Deception A Masokis (Part 16 – Ending)

 

DAM16

Title: Deception A Masokis 16 (ENDING)

Genre: Politic, Friendship, Romance, Action, School live

Rate: 15th

Cast:

Kyuhyun SJ as Cho Kyuhyun

Kang Rail OC

Changmin DBSK as Shim Changmin

Minhoo Shinee as Choi Minho

Jonghyun CNBlue as Lee Jonghyun

Author: Susan

FB: www.facebook.com/ susan.a.hermawan

Twitt: @sa02011

 

 

 

            Biar hujan yang melukis keluku, biar gerimis menyiram gersangku dan biar dingin menyelimutiku. Bersama pelangi kugambar cerita kita. Mampukah aku bercerita bahagia setelah pedih merajamku ataukah kuciptakan pelangi dengan cahaya monokromatis dari sisimu? Aku mencintaimu, bisakah kau ada disisiku? Kumohon, jangan tinggalkan aku. Jangan buat hatiku patah.

 

 

 

 

 

-=DECEPTION A MASOKIS=-

 

 

 

 

 

Aku melangkah pelan, menelan ludah dan bernafas melalui mulut. Sepertinya paru-paruku tak cukup untuk berespirasi jika hanya hidungku yang memasok udara. Aku bisa mendengar debaran jantungku sendiri. Dan begitu kulihat orang didalam sana… hatiku mencelos! Ada dua orang, aku hamper menangis melihat keadaan mereka yang terikat dengan cairan berwarna merah mengotori kulit mereka yang bersih. Sesosok lain muncul dari ruangan sebelah yang dihubungkan pintu kecil. Ia tersenyum hangat dan mengedipkan matanya, terlihat bersahabat. “Selamat datang, sayang…”

Tubuhku hamper merosot namun kutamengi dengan sikap bodoh agar pura-pura tegar. “Apa maumu!” aku berteriak seperti orang gila, berteriak seolah aku ada di hutan. Wanita itu terkikik lalu menghampiri Kyuhyun dan menarik pisau kecilnya dengan tangan kiri sementara tangan kanannya memegangi pistol. Aku berhambur menujunya hingga suara dinginnya menghentikanku. “Berhenti di tempatmu, sayang… atau kau akan melihat peluru pistolku bersarang di pelipisnya. Oh, bukankah kau sangat mencintainya…?”

“Wanita iblis!” makiku dengan perasaan carut-marut. Bagaimana bisa wanita itu melakukan hal sadis pada Kyuhyun dan Mr. Ernest. Ia menekan pisaunya di pelipis Kyuhyun dan menginjak telapak tangan Kyuhyun dengan sepatu pantophelnya. “Kenapa kau melakukan ini! Berhenti menyakitinya!”

Ia menghentikan aksi setannya, lalu melangkah menuju Mr. Ernest, “Hai, apakah kau masih berniat memberi tahu Rail tentang keberadaan ibu kandungnya? Kuharap, tidak. Dan jangan keras kepala!” Wanita itumenghujamkan pisaunya secara mengambang di lengan guruku, menggoresnya hingga kemeja yang dikenakan Ernest sobek. Darah mengalir pelan dan merembes ke kain bajunya. Aku menggigil.

Dengan perasaan tak karuan, kupandangi Mr. Ernest yang memincing; ia meludahi Hwayeon dan wanita itu balas menendang dada Ernest, membuat lelaki bule itu terbatuk. Bunuh saja wanita itu, Tuhan! Cabut saja nyawanya dan masukkan dia ke neraka! Aku tak sudi memiliki ibu tiri seperti dia.

Aku mencoba menguasai diriku agar tak membeku; menikmati aksi gilanya yang memiriskan hati. “Kenapa kau lakukan ini?” aku berjalan pelan ke arah Kyuhyun dan menghampiri tubuh terikat Kyuhyun. Kusapu darah yang mengalir dari pelipisnya dengan tangan kananku. Tiba-tiba saja, dadaku sesak karena melihatnya tak berdaya begini. Sesak karena aku tahu ia tengah kesakitan.

“Kenapa kau tak pernah menerimaku?” ia membalik tubuhnya setelah berhasil menciptakan goresan di tangan guru musikku. “Sebagai ibumu?” nadanya mendesis mirip sebuah ancaman. Aku menelan ludahku dengan susah.

“Kyuhyun…” panggilku lemah dan Kyuhyun mendongak sebentar. Pipinya penuh luka memar dan amis darah tercium di indraku.

“Menjauhlah dari dia, Nak…. Mari Kita bicarakan ini baik-baik.” Ia  membuat penawaran. Aku hanya kaku. Akhirnya, aku mengikutinya; beringsut menjauh dari Kyuhyun, takut jika aku tak menurutinya, ia akan melakukan hal buruk. Aku berdiri, menyerong tubuh dan mendekat.

“Jelaskan padaku, apa kau pemilik buku harian berwarna abu?”

Hwayeon tersenyum, memamerkan gigi tikusnya yang rapi. Aku bisa melihat wajahnya yang mulai berkerut. “Kau yang menemukannya?”

Aku ingat masing-masing kalimat yang tertulis di buku itu. Membuatku bergidik. “Apa kejadian yang menimpa ayahku dan kematian Park In, termasuk yang melaporkan Kyuhyun ke polisi itu kamu, Nyonya Jung Hwayeon?”

“Kau tentunya ingat kalimat pertamaku. Causa prima Kang Rail, hiperbola pertautan. Jadi sebabnya adalah sikapmu padaku. Ayahmu mengijinkanmu pergi kencan dengan Kyuhyun tanpa meminta pertimbanganku. Jadi, bukan salahku jika situsnya dibajak. Lalu Kyuhyun, kau selalu memperhatikan pemuda tak berguna itu ketimbang membalas perhatianku. Kemudian Park In, gadis itu membuatku marah karena ingin menceritakan Shinra yang sudah mati. Ahahaaa. Sayangnya, dia malah tak sengaja jatuh malam itu. Oh, aku kasihan sekali dengan gadis cantik itu. Ia berumur pendek sekali. Kupikir, itu balasan yang memuaskan untuknya dan lagi-lagi, keberuntungan berpihak padaku. Ahahaaa. Park In yang malang dan ibumu… dia sama saja, tak berguna. Shinra begitu mudah kubunuh. Hahaa.” Tawanya sangat menjijikkan. Lututku melemas saat kalimat terakhirnya ia ucapkan. Ia membunuh ibuku? Mataku panas dan dadaku bergetar. Airmataku mengalir.

“Rail, kau tahu kan maori kesepian lantakkan Auckland? Ayahku adalah suku Maori, menikah dengan ibuku, orang korea. Lantakkan Auckland… karena akulah yang membakar Rumah Sakit Jiwa yang ditinggali Ibumu. Aku ingin membunuh ibumu tanpa meninggalkan jejak. Tapi, lagi-lagi dia selamat dan tinggal dengan Mr. Ernest. Beruntung, aku tahu dan menghabisinya dengan tanganku sendiri.”

“Psikopat keji. Wanita laknat kau!” umpatku penuh amarah. Aku menghambur menujunya, ia yang tak siap menerima seranganku jadi tergagap, mundur dan memudahkan tangan kananku berayun di udara lalu menekuk tangan kanannya, tangan kiriku memukul punggang tangan kanannya, pistol yang ia pegang terjatuh, namun sayang, lenganku terkena goresan pisau dari tangan kirinya. Ia berungkit, menginjakkan kakinya dengan kuat di kakiku lalu sikunya menyodok dadaku, aku terjerembab.

Kyuhyun berdiri sempoyongan, ia berhasil melepaskan tubuhnya dari ikatan. Kulirik Mr. ernest yang masih tertali.

“Kau mau menyerahkan nyawamu? Dengar, aku tak segan-segan membunuhmu!” ancam Hwayeon pada Kyuhyun yang berdiri di depanku. Aku hanya mengerang sakit saat sayatan di lenganku terasa perih. “Karena aku adalah Phoenix yang memangsa Simurgh.”

Derap langkah dari luar terdengar, daun pintu terungkit dan dua sosokl muncul di sana. Lelaki berjas hitam itu berdiri mangapit Hwayeon. Aku memicingkan mata. Mereka pengawal pribadi wanita itu, kan? Jadi, selama ini mereka berkonspirasi? Keterlaluan.

Hwayeon memberi kode menyerang, aku meraih baju Kyuhyun, membantingnya ke kanan dan kakiku menerjang dada salah satu pengawal, tendanganku itu membuatnya terhuyung mundur seraya memegangi dadanya. Aku tak diam, kakiku memutar ke belakang dan menangkis serangan lelaki pengawal berkaca mata lalu saat ia terlena kupukul dadanya. Aku berkelit kesamping saat lelaki yang kuserang pertama sudah bangkit dan melayangkan pukulan padaku. Tanganku meninju pangkal lengannya dan kakiku menendang lututnya. Lelaki itu ambruk. Kuedarkan pandanganku, memastikan keadaan Kyuhyun hingga akhirnya ada sebuah pukulan mengenai tulang igaku. Aku merintih kecil dan kehilangan keseimbangan, tubuhku jatuh. Lelaki itu hendak menginjak dadaku, kutahan dengan dua tanganku. Kuputar sendi di telapak kakinyaa, mengungkik posisi lalu  berdiri tegak sementara pengawal berkacamata itu jatuh berdebam.

“Rail…” suara tenang itu menggambarkan picik yang ia tahan. Ia berjalan menuju Kyuhyun yang berdiri menyandar di samping jendela. Aku kalut manakala pistol yang tadi jatuh sudah digenggamnya. Aku berlari mencoba menyelamatkan Kyuhyun. sialan! Bedebah tengik itu mencegah niatku mereka berdua menyerangku lagi. aku bersalto di udara, mengarahkan kekuatan penuh di bagian kaki dan menendang dada mereka berdua, tanganku meninju dagu dan darah muncrat dari mulut lelaki tanpa kacamata. Tanganku menekuk lelaki yang satunya dan menghadiahinya pukulan di tengkuk. Dua lelaki itu sudah terkapar.

Perhatianku kembali pada Kyuhyun. Terlambat! Wanita itu mencoba menendang Kyuhyun namun mampu dipatahkan oleh Kyuhyun tapi siapa sangka, saat Kyuhyun membalik tubuhnya hendak mengunci tubuh Hwayeon ke belakang, pisau stainless itu menancap di perut kiri Kyuhyun. mencipratkan darah dan Kyuhyun menghentikan aktivitasnya. Kyuhyun diam dan meringis; menahan nyeri beberapa saat lalu meninju punggung Hwayeon dan aku bergegas mendekat, menendang tubuhnya. Ia oleng ke kiri. Dan jatuh tepat di dekat pistolnya. Wanita paruh baya itu tersenyum licik dan buru-buru mengambil pistol. Ia melempar pisaunya ke lantai, senyumnya licik diringi uraian airmata. Wanita licik itu menangis. Sungguh, aku tak tega melihat Hwayeon, anehnya, aku melihat ia seperti ibuku. Inikah yang dialami ibuku?

Ia berbuat seperti ini karena ingin aku memperhatikannya. Ya Tuhan, betapa pendosanya aku…

Hwayeon mengacungkan pistolnya ke Kyuhyun, padaku lalu beralih ke Mr. Ernest yang masih terikat hingga akhirnya, pistol itu telak ditujukan padaku.

“Dengar, Rail. Jika kau tak bisa menerimaku lebih baik kau mati saja!” Hwayeon menarik pelatuknya dan siap menembak. Aku belum sempat berkelit namun yang terjadi selanjutnya sangat menohokku. Kyuhyun menendang wanita itu, membuat tubuh semampai itu hilang kendali dan terlempar begitu saja melewati jendela. Jeritan wanita itu bebarengan dentuman pistol yang bersarang di dada Kyuhyun. Hwayeon jatuh dari lantai lima dan Kyuhyun rebah. Ia memegangi dadanya yang tertembak.

“Kyu…” aku melongo, dadaku terasa sesak. Dan aku kesulitan memasok udara. Kyuhyun menggigit bibir bawahnya. Sekarang, aku bisa merasai waktu berjalan melambat dan otakku menyimpan tiap detil wajah Kyuhyun yang kesakitan. Segera kusongsong tubuhnya itu. Ia diam, memandangku dengan mata sayunya, rambut berantakan, bau amis dan wajah berlumuran darah. Lelaki itu mencoba tersenyum; ingin menenangkanku. Konyol sekali bukan? Dalam keadaannya yang parah begini, ia masih mencoba menghiburku. Lelaki bodoh!

“Aku tak apa…apa…”

Bohong jika aku tak menangis melihat keadaannya dan munafik jika aku tak meneteskan airmata saat ini. Kupegangi kepala Kyuhyun, mengangkatnya di pahaku dan aku mirip orang yang mengalami disfungsi otak; tak bisa berfikir kecuali meratapi keadaan Kyuhyun berlumuran darah. Aku menggeleng lemah saat darah mengenai tanganku dari perut Kyuhyun. berharap, jika hari ini hanyalah mimpi. Changmin? Dimana dia? Apa lelaki itu tengah melawan anak buah Hwayeon? Siapa pun, tolong aku!

“Kau akan baik-baik saja, kan? Aku akan membawamu ke rumah sakit. Aku yakin kau selamat.”

Kyuhyun tersenyum, “kau masih sama.”

“Bertahanlah…. Kumohon,”

“Aku akan bertahan. Apa Changmin sudah menceritakan semuanya?” Aku mengangguk dengan tenggorokan tercekat. Ada sesuatu yang menyumbatnya, membuatku kesulitan menelan ludah. “Ra-ya, sampaikan lamaranku untuk Ayahmu…” tangan Kyuhyun lemah, ia sampai tak bisa merogoh saku jasnya. “Ambillah,” Kyuhyun memberi isyarat agar mengambil benda di kantong jasnya.

Tanganku yang gemetaran masuk ke kantong Kyuhyun lalu menemukan kotak perhiasan berwarna merah terang dan begitu kubuku isinya sebuah cincin yang cantik.

“Aku melamarmu dengan lamaran surga—dengan cinta dari langit.”

Airmataku makin merebak dan tubuhku bergetar tak karuan. Tak ada kalimat yang mampu kukeluarkan. Satu-satunya yang bisa kulakukan hanya tergugu dalam tangis. Kurengkuh kepala Kyuhyun, menciumi wajahnya dan airmataku terus mengalir. Anak rambutku masuk ke mulut, sebagian menutup mata. Aku tak peduli.

Mianhae[1]…” Ucap terakhir Kyuhyun lalu menutup mata. Kepalanya melemah dan tak bergerak lagi. Hatiku mencolos. Ya Tuhan… ini mimpi, kan?

“Kyuhyun-ah, ireona[2]…” aku ketakutan manakala Kyuhyun benar-benar terpejam. Kugunjangkan bahunya. “Jebal,[3] ireona[4]—jangan tinggalkan aku…. Katamu kau mencintaiku, Mengapa kau membuatku menangis? Kyu, kumohon—bangunlah… aku—aku menerima lamaran surgamu—bangunlah, Kyu…” tubuhku bergetar dan aku limbung. Bumi seakan berputar cepat dan kunang-kunang menyergap mataku. Aku tak melihat apapun kecuali gelap.

Kyuhyunku… gumamku perih.

 

***

Kupandangi batu nisan yang penuh debu. Disana tertulis Kang Shinra. Kuhela nafasku dengan berat.

“Ia meninggal setahun lalu. Wanita yang baik dan ia sangat ingin bertemu denganmu.” Mr. Ernest ikut berjongkok di nisan ibuku. Aku mendongak, berharap ibuku menyapaku dari langit dan ia juga mengabarkan keadaan Kyuhyun.

Sejak kejadian tiga bulan lalu, aku berbaikan dengan Ayahku. Ia juga melakukan konferensi pers terkait ibu yang hilang, meminta maaf pada publik dan ia juga menjelaskan keadaan Hwayeon yang meninggal karena jatuh dari lantai lima. Semenjak kejadian itu, aku bisa melihat Ayahku sebagai sosok orang tua yang utuh. Bukan sekedar embel-embel. Kini, aku mengerti seberapa besar kesalahan Ayahku, dia tetap orang tuaku. Dia adalah keluargaku. Ayah pernah mengatakan kemarin, saat di dalam pesawat menuju Auckland bahwa sejauh apapun ia melangkah, keluarga adalah kekuatan dibelakangnya dan keluarga adalah tempat logis untuk meletakkan semua kasih sayang Aku bersyukur memiliki ayah sepertinya, lelaki bertanggung jawab dan berani mengakui kesalahannya bahkan ia juga meminta maaf. Bukankah ayahku hebat?

Ayah mengajakku berkunjung ke makam ibu di Auckland. Jujur, meski aku bahagia dengan keadaan Ayahku, aku tak bisa membohongi perasaanku. Tetap ada rasa kehilangan.

Di makam ini, hatiku campur aduk. Kulihat Ayah menunduk hening di samping Mr. Ernest. Ia diam dan tangannya mencengkram pinggiran makam.

“Ibumu lah yang mengajariku Moonlight Sonata. Aku pernah berjanji untuk membawamu bertemu dengannya, dan hari ini lunaslah hutangku padanya. Kang Shinra, damailah disana…”

Aku hanya kaku, mataku mulai berkaca-kaca. Setelah berharap sekian tahun bertemu dengan ibuku, aku hanya bisa menemui namanya ditulis di makam. Kami semua tak ada yang bercakap. Aku rindu ibuku, setelah 14 tahun berpisah… beberapa bulan lalu aku masih punya harapan bertemu dengannya, sekalipun dia memiliki sakit skizoprenia, aku akan menerimanya. Tapi, harapanku pudar setelah Mr. Ernest membawaku ke pemakaman ini; memahami tentang rahasia kehidupan. Kematian adalah cara Tuhan memeluk hambaNya dan kematian adalah cara sang waktu bertaruh dalam pertemuan dan perpisahan.

Ayah berdiri diikuti Mr. Ernest. Ia hanya memandangku; tak berani menyela. Lelaki paruh baya itu melepas kaca mata dan menyeka airmata. Ia memandang guru musik sekaligus orang yang merawat ibu selama di Auckland. Dalam diam, mereka meninggalkanku. Suasana benar-benar dingin dan kelu. Angin berhembus sepoi menerbangkan aroma bunga lili yang kubawa untuk ibuku. Aku yang semula berjongkok kini berlutut. Aku ada disini seakan untuk meyakinkanku dari mimpi panjangku. Dan ini benar-benar buruk untuk kujalani.

“Eomma, biarkan aku memelukmu…” aku merintih, menghiba lalu detik berikutnya aku menubruk pusara dan tertelungkup diatasnya, air mataku membanjiri  makam yang menaungi jasad ibu. Kutumpahkan semua gengsi dan rasa sesak yang kutahan sekian lama. Mencoba belajar ikhlas bahwa apa yang kumiliki akan pergi. Sama seperti Kyuhyun. ia sudah menemui kekasih sejatinya. Dan belajar rela itu sangat sulit, terlebih saat aku masih sangat berharap bisa bertemu.

Senja semakin tua, aku masih tertelungkup disana dan tak ada satupun yang menarik tubuhnya agar berhenti menangisi kepergian orang yang kucinta. Suara tangisku kini berubah sesenggukan.

“Mau sampai kapan kau menangis?” aku menahan isakanku begitu mendengar jenis suara yang khas. Aku hanya diam, menunggu suara itu muncul lagi. “Geurom,[5] kalau kau masih mau menangis…”

Kini, aku mendongak. Tak mampu menahan rasa ingin tahu dan membenarkan prasangkaku tentang pemilik suara itu. Jantungku rasanya sudah copot dari tempatnya. Kukucek mataku berkali-kali dan lelaki itu masih mengumbar senyumnya. Ia terkekeh lalu menunduk kemudian ia mendongak lagi dan melangkah menujuku.

“Aku sangat berterima kasih pada Jihyun yang datang tepat waktu dengan membawa beberapa polisi. Ia bisa menyelamatkan Changmin yang kewalahan menghadapi anak buah Hwayeon.”

Mianhae,[6]” ucapnya kecil dan tubuhku malah mengejang seiring tubuhnya yang mendekat, “maafkan aku karena merahasiakan diri selama ini. Apa aku membuatmu menangis tiap malam?” ia berhenti dan aku hanya mematung. “Oh, apa aku terlalu percaya diri?” ia mengerling dan lagi-lagi, sendi-sendiku kaku. Kelopak mataku ikut tak bisa digerakkan dan perutku mual.

“Kini, aku sudah dijadikan sebagai agen rahasia; identitasku dihilangkan dan berpura-pura mati. Aku bukan Kyuhyun lagi. Cho Kyuhyun sudah mati tapi aku adalah Kyuhyun. Hah, sulit sekali menjelaskannya. Apa kau tahu resiko menjadi agen rahasia? Hash, aku bahkan tak punya nama.” Gerutunya dengan kekanakan.

“Omong-omong, kenapa kau diam saja? Apa kau masih mau menerima lamaranku tiga bulan lalu? Kuharap, aku mendapat jawaban memuaskan setelah kelulusanmu dari NHS.” Ia berhenti, ikut jongkok di sisiku. “Bahkan, aku menemuimu di makam ibumu, Aku hanya diperbolehkan membuka identitasku pada keluarga dan calon istriku, tentunya.” Kyuhyun ganti menatap nisan. “Eommanim,[7] kau menerimaku sebagai menantu, kan?”

Aku masih shock. Masih belum percaya jika pemuda itu Kyuhyun. “Kenapa kau datang lagi?” Akhirnya, aku bisa berbicara dengan napas tersengal, masa bodoh dengan mataku yang mulai memanas. Lelaki tak perperasaan itu malah tersenyum hangat, seakan menyampaikan kerinduannya. Aku menghembuskan napas dengan kasar.             “Katakan! Mengapa kau menemuiku lagi?!”

“Setahuku, cinta sejati tak membutuhkan kata-kata.”

Aku diam mencerna kalimatnya. Kyuhyun benar, tak ada alasan untuk mengatakan tentang penyebabnya menemuiku jika ia mencintaiku. Aku hanya mampu menatapnya. Aku bergetar.

“Selama dua bulan aku koma di rumah sakit. Pihak NIS meminta keluargaku untuk merahasiakan ini, dan membuat kebohongan tentang kematianku. Sekarang, aku menagih jawabanmu.” Kyuhyun berhenti, ia memandangku lekat dan memamerkan senyum malaikatnya. “Apa kau tak mau memberikan hidupmu padaku? Kalau pun kau tak mau, aku akan memaksamu.” Ia tertawa renyah, memamerkan giginya yang berderet rapi. Darahku serasa muncrat dari ubun-ubun saat kutahan selaksa kebahagiaan yang membuncah memenuhi hati.

Kyuhyun masih bodoh. Hei, dimana-mana, lelaki yang mengajak gadisnya menikah itu tidak menggunakan kalimat penuh intimidasi. Astaga, apa ia kehilangan ilmu rayunya? Seharusnya ia memintaku baik-baik, bukan dengan cara seperti itu. Menggelikan.

Melihatku tersenyum, Kyuhyun balas menarik bibirnya secara simetris. Ia meraih jemariku dan meremasnya. Kami berjongkok, saling memandang dan hati berdebar-debar. Kini, aku percaya jika sosok itu nyata dan ia masih Kyuhyunku.

“Bagaimana? Kau mau menikah denganku? Mempercayakan dan memberikan hidupmu padaku?”

“Bagaimana mungkin aku tidak memercayakan dan memberikan hidupku pada seseorang yang telah memintanya? Kyuhyun-ah, aku datang padamu. Menyerahkan hidupku dengan sukarela.”

 

 

 

END

 

 

 

 

 

 

 

Akhirnya, kelar juga ff ini sodara. Hihii. Makasih udah setia baca FF ini. Mianhae, ff ini membingungkan, penuh teka-teki, dan yang pasti dialog-dialog dan alur yang penuh kejutan. Wkwkwkwk.

 Silakan komen di part terakhir, ntar komen terbaik, aku beri reward berupa pulsa Rp. 5000. kan lumayan buat internetan seharian ampe keriting… hahaahaa

Ciiee, Kyuhyun pura-pura mati untuk menghilangkan identitasnya dan dia jadi agen penyusup. Ahahaa. Ciee, Rail jatuh cinta ama penyusup! #PLLAAKKK

 

Siapa yang udah suudzon kalo Kyu mati? *angkat kupingnya!* :p :p

 

POKOKNYA, MAKASIH YA UDAH BACA! 😀

 

 

 

REGARDS!

EMNNA

 

 

 

[1] Maafkan aku

 

[2] Bangunlah

 

[3] Kumohon

 

[4] Idem dengan 16

 

[5] Baiklah

 

[6] Idem dengan 17

 

[7] Ibu

10 thoughts on “Deception A Masokis (Part 16 – Ending)

  1. astaga …
    DAEBAK BANGET ceritanya…
    bikin kata-kata nya seperti benaran mengetahui ttng politik dan benar-benar memahami teka-teki

    saya udah lama loh nungguin kelanjutan ceritanya..

    daebak buat authornya..

  2. God.. Ceritanya keren banget thor !! Ddaebak ! Aku kasih 100 jempol buat author !! Aku kira Kyu beneran meninggal, ternyata nggak.. Udah nangis padahal.. Daebak ! Daebak ! Daebak !

  3. Walo sempet kecewa sm alur cerita yg bikin kyu tiba2 trkabarkn die, akhirnya happy end..awalny sdh curiga sm ibu tiriny rail, tp biasany cerita ibu tiri jht sdh biasa, jd g munkin..malah kepikirn minho *g nyambung ya..aq dah yakin kl bkn ibu kandung rail, author pinter bgt mmbuat jebakan ha…ketipu smua dech, tnyata yg biasa mjd tokoh utamany..lanjutkan karyanya!

  4. Gila keren banget, dari awal sampe akhir chapter selalu keren dan bikin ingin teriak gara-gara tingkah Kyu Hyun, aigooo pokoknya ini FF pertama yang masuk daftar favourite dan terbaik aku ^^ DAEBAAAAAKKK ^^

  5. Itu ibunya rail gila apa gimana tuh? Nggk di terima kok malah ngotot di terima rail =o=
    hah kirain kyuhyun beneran mati :3
    eh ternyata dia idup/? 😀
    suka sama cara kyu ngelamar waktu di tempat dia tertembak, saya mewek masa 😥
    tapi untungnya happy ending 🙂 sempat mengira sad ending loh 😦
    keep writing thor,
    berkarya terus demi kelangsungan bangsa/? *ehem* maksudnya bangsa pembaca FF 😀

  6. Halo!
    Aq coba liat2 ff ni. Hasilnya seru.. Thanxs eon bwat ffnya. Menghibur bngt… Gomawo..
    Semangat 😀 ❤

Tinggalkan komentar