On Rainy Days

 

yongshinAp4dEI6CAAAaSUr.jpg large

 

Writer  : sarasse_ (twitter : @sarasse_ || facebook : Hadiyana Fajar Saras Tianing)

Type    : Oneshoot (9749 words)

Genre : Romance, Sad, or Happy? (tentukan sendiri)

Rating: PG 16

Main Cast : Jung Yonghwa, Park Shinhye

Other Cast : Son Dongwoon, Lee Jonghyun, Kim Jiyeon, Im Yoona, Choi Daniel, Jang Nara.

 

Title     : On Rainy Days

Disclaimer       : Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Bila ada kesamaan tokoh, tema, dan alur cerita pada FF lain, itu merupakan sebuah kebetulan. Karena FF ini murni lahir dari pemikiran saya ketika mendengarkan lagu dari ‘Beast-On Rainy Day’. Writer bukanlah pemilik Cast, writer hanya meminjam nama-nama cast untuk mendukung FF ini. FF ini juga pernah dimasukkan kedalam htttp://dooliersindonesia.wordpress.com

 

 

 

Author Pov

Ckrek! Ckrek!

Seorang namja tengah asik memotret yeoja yang ada di seberang kelasnya, ya dia adalah Jung Yonghwa, siswa kelas menengah di Seoul International High School. Seorang namja yang selama hampir 1 tahun ini telah memperhatikan seorang yeoja bernama Park Shinhye yang bersekolah tepat di samping sekolahnya, yaitu Seoul Institute of the Art. Kedua sekolah ini sebenarnya satu yayasan, tetapi berbeda dikarenakan Seoul High School International merupakan sekolah yang mengkhususkan anak laki-laki untuk bergabung dalamnya.

“Semakin hari kau semakin cantik, tetapi mengapa aku tak pernah melihat kau tersenyum sekalipun? Ada apa sebenarnya?” tanya Yonghwa pada dirinya sendiri.

“Yya Jung Yonghwa!!Kau pasti mengintip gadis itu lagi kan?Dasar kau ini!Namja macam apa yang tidak dapat mengungkapkan perasaannya selama 1 tahun?Apakah kau itu bodoh eoh?” tiba-tiba Dongwoon datang membangunkan lamunan Yonghwa.

“Kau itu sangat sok tau Dongwoon-ah!Aku tidak mengintip asal kau tau, aku hanya sedang berpikir mengapa selama ini aku tak pernah melihatnya tersenyum, apakah dia benar-benar seperti robot yang tak pernah senyum sedikitpun?” jawab Yonghwa tegas.

“Lalu apa namanya jika bukan mengintip?Hah?Kau saja tahu tentang dirinya yang tak pernah tersenyum!Aigoo Yonghwa-ya!Neo jigeum micheoseo!Jinja MICHEOSEO!Arraso?” Dongwoon pun pergi meninggalkan Yonghwa.

Author Pov End

 

Yonghwa Pov

Mungkin benar apa yang dikatakan Dongwoon, aku sudah gila saat ini, lebih tepatnya gila karena seorang wanita. Wanita yang menarik perhatianku semenjak masa orientasi waktu itu, bahkan sampai saat ini, aku masih selalu memperhatikannya.

Flashback

“Jeoseonghamnida Choi seonsaengnim!Aku terlambat di hari pertama orientasi!Jeongmal Jeoseonghamnida!” nafasku masih terus naik turun karena aku berlari sekencang mungkin untuk dapat sampai kesini dengan cepat, namun hasilnya nihil!Aku tetap saja terlambat. Dasar Jung Yonghwa pabo!!

“Kau darimana saja hah?sudah tau hari pertama masa orientasi, mengapa terlambat?” tanya Choi seonsaengnim padaku. Aku tidak menjawab pertanyaan itu, aku hanya bisa tertunduk karena merasa bersalah.

Seandainya aku tidak membantu gadis itu, pasti aku tidak akan terlambat. Dasar gadis keras kepala! Masih untung aku mau menolongnya tadi, jika tidak, mungkin dia sudah ada dirumah sakit saat ini.

“Yya kau! Awas ada mobil di belakangmu!” teriakku saat melihat seorang yeoja yang sedang menyebrang tanpa memperhatikan jalan karena terlalu asik mendengarkan lagu dari headphonenya. Namun dia tak mampu mendengarku. Ku lihat sebuah mobil yang sedang melaju kencang mulai mendekati dirinya. Tanpa pikir panjang lagi, aku langsung menghampiri dirinya dan mendorong tubuhnya hingga kami tersungkur di pinggir trotoar.

“Yya!Neo Micheoseo?Menyebrang jalan dengan headphone di telinga seperti ini sangat membahayakan!Apa kau ingin mati menyebrang jalan tanpa memperhatikan apa yang ada di dekatmu eoh?Aigoo!” umpatku pada gadis itu.

“Dasar nappeun namja!Bilang saja kau ingin mencuri kesempatan untuk memelukku!Dasar namja yadong!Dan karenamu, sekarang headphone dan handphone ku rusak karena terjatuh. Aku minta ganti rugi sekarang juga!Mana uang ganti rugimu?” gadis itu malah berbalik memarahiku sekarang.

“Kalau bukan karena aku, kau mungkin sudah berada di rumah sakit sekarang. Dasar gadis tidak tau terima kasih!Masih untung aku mau menolongmu.” Aku pun langsung melihat arloji di tanganku. Astaga!!Sekarang sudah pukul 07.15! Aku akan terlambat kalau begini.

“Aku sudah terlambat hari ini. Lebih baik kau segeralah berangkat ke sekolah sebelum terlambat juga. Dan aku minta maaf telah merusak barang milikmu. Mianhae!!” ucapku sambil menunduk bermaksud untuk meminta maaf padanya. Tapi saat aku mengangkat wajahku, gadis itu malah meninju perutku. Aissh! Dasar gadis gila! Dia pun langsung berlari meninggalkanku dengan menjulurkan lidahnya.

“Itu balasan untukmu nappeun namja!” teriaknya sambil berlari menjauhiku.

“Setelah memukulku, dia malah seperti itu. Dasar gadis aneh!” ucapku dalam hati.

Flashback End

Yonghwa Pov End

Author Pov

“Hari ini kita kan memulai pelajaran tentang seni musik. Tolong buka halaman 123 dan saya akan mulai menjelaskannya!” ucap Jang Seongsaenim yang telah siap menjelaskan tentang hal itu.

“Kau tau tidak kalau guru kita itu sangat cantik?Tetapi mengapa sampai saat ini ia tak punya namjachingu ya? Mungkinkah karena dia terlalu galak?” Jiyeon membisikkan hal tersebut kepada Shinhye, Yoona pun hanya terkekeh kecil. Park Shinhye hanya diam tanpa menatap Jiyeon.

“Ada apa sih denganmu Shinhye-ya?Semenjak 1 tahun lalu, kau tak pernah mau banyak berbicara padaku lagi?Apakah kau marah dan benci padaku?Tapi apa yang membuatmu seperti itu padaku?Kau, tidak tahukah aku merindukanmu?Hah!Bukankah kita sudah bersahabat semenjak SMP?” teriak Jiyeon yang membuat seisi kelas memperhatikannya. Yoona pun langsung menarik tangan Jiyeon bermaksud untuk memberhentikannya.

“Kim Jiyeon, ada apa denganmu?Mengapa begitu berisik disana?” teriak Jang Seongsaenim pada Jiyeon.

“Jeoseonghamnida seongsaenim.” Balas Jiyeon lalu kembali duduk di bangkunya semula.

“Mianhae Jiyeon-ah!Jeongmal mianhae” ungkap Shinhye dalam hati.

“Hari ini kita sudahi cukup sampai sini. Apakah ada yang ingin ditanyakan? Jika tidak, aku pergi sekarang ne! Annyeong anak-anak! Oh ya, Park Shinhye, kau kutunggu di Ruang Guru 15 menit lagi” ucap Jang Seongsaenim lalu pergi meninggalkan kelas.

Seisi kelas hanya saling berbisik satu sama lain yang mulai membicarakan hubungan antara Shinhye dan gurunya itu. Karena mereka semua tau, hanya anak-anak ‘special’ lah yang akan dipanggil oleh guru yang dikenal killer itu.

Author Pov End

 

Shinhye Pov

Jang Seongsaenim memanggilku untuk menemuinya di ruang guru. Entah apa yang membuatnya memanggilku. Dengan langkah gontai, aku telusuri koridor sekolah untuk menemuinya. Sesampainya di depan ruang guru, aku dengan ragu membuka pintu yang bertuliskan ruang guru itu.

“Annyeonghaseyo Seongsaenim” sapaku pada setiap guru yang ada di ruangan itu.

Aku mulai mencari meja yang bertuliskan nama Jang Nara. Ya, dialah guru yang memanggilku tadi.

“Annyeong Shinhye-ya! Kajja kita ke ruanganku saja” ucapnya sambil menarik tanganku untuk masuk ke dalam ruangannya.

“Aku tau kau masih mengingat kejadian tahun lalu, tapi tak bisakah kau lebih ramah sedikit kepada teman-teman sekelasmu ? Aku sebagai gurumu juga sangat merindukan senyumanmu itu, senyuman yang telah hilang sejak 1 tahun lalu” ucap Jang Seongsaenim kepadaku sembari memelukku dari belakang dan memegang bahuku.

“Aku telah berusaha seongsaenim, tapi apakah aku masih terlihat terlalu dingin kepada mereka semua? Aku juga ingin sekali tersenyum kepada mereka semua seperti dulu, tetapi entah mengapa setiap aku ingin tersenyum, aku juga ingin menangis di waktu yang bersamaan. Apakah ini salahku jika aku bersikap seperti itu? Apakah ini juga salahku hingga orangtuaku pergi meninggalkanku? Tolong jelaskan ini semua seongsaenim! Sampai saat ini aku telah mencari jawaban dari semua pertanyaanku namun tidak bisa ku dapat” akhirnya pertahananku goyah juga. Air mata yang sudah ku simpan sejak 1 bulan lalu akhirnya mengalir membasahi pipiku.

“Datanglah kepadaku saat kau membutuhkan teman Shinhye-ya. Aku akan selalu ada disampingmu, seperti janjiku kepada orangtuamu dulu” dia tetap memelukku. Hangat! Itu yang kurasakan saat dirinya memelukku. Rasa pelukannya sama seperti pelukkan eomma. Eomma, nan bogoshippeo! Aku makin merapatkan tubuhku dipelukannya, rasanya aku ingin waktu berhenti walau hanya satu jam saja. Aku masih ingin merasakan pelukan dari ajumoni. Ya, Jang Nara seongsaenim adalah adik dari ibuku. Itu kenapa aku sangat dekat padanya.

“Kau tak boleh pulang terlambat ne? Aku akan memasak makanan kesukaanmu” ucapnya padaku sembari memelukku lagi.

“Ne ajumoni! Sekarang aku akan kembali ke kelas, dan hati-hati dijalan ketika pulang” “Aku duluan ajumoni” lanjutku sembari meninggalkan ruangan itu,

“Jangan begitu kencang memanggilku, apakah kau tidak tau kalau aku malu eoh? Dan ajumoni? Apakah aku sudah setua itu?” lanjut ajumoni yang langsung menghentikan langkahku ketika ingin membuka pintu.

“Ne arraseo! Annyeong!” aku pun menutup pintu ruangannya lalu berjalan keluar ruang guru.

Shinhye Pov End

 

 

 

 

 

Yonghwa Pov

Aku berjalan menuju lapangan ketika Choi Seongsaenim memberikan pengumuman 5 menit lalu memalui mikrofon sekolah untuk berkumpul dilapangan. Kulihat Dongwoon dan Jonghyun berjalan mendahuluiku. Ada apa sebenarnya sampai mereka semua harus terburu-buru seperti itu?

“Yya Dongwoon-ah, Jonghyun-ah! Mengapa kalian sangat terburu-buru? Apakah ini pengambilan hasil ujian?” tanyaku pada kedua sahabatku ini.

“Kau tidak tahu? Choi Seongsaenim akan mengumumkan bahwa kita akan bekolaborasi dengan sekolah sebelah, kau tidak tau berita inikah?” jawab Jonghyun dan juga tanyanya padaku.

“Apakah kau tidak tau bahwa sahabatmu ini terlalu sibuk pada yeojachingu khayalannya Jonghyun-ah? Bahkan aku pun ragu kalau dia masih mengingat kita ini sahabatnya” sambung Dongwoon dengan tatapan matanya yang tajam seperti elang yang siap menerkam mangsanya.

“Kau terlalu banyak bicara Dongwoon-ah” aku bermaksud membela diri dan ingin menarik kerah bajunya, tapi dia sudah terlampau jauh untuk kukejar karena dia langsung berlari saat selesai menggodaku.

“Apakah kalian tau mengapa aku mengumpulkan kalian disini?” tanya Choi Seongsaenim pada kami semua,

“Aku tau! Kita akan mengadakan study tour bersama para yeoja dari sekolah sebelah, bukankah begitu seongsaenim?” jawab Jonghyun yang membuat siswa lain penasaran apakah benar tentang berita ini.

“Kau tau darimana berita seperti itu? Bukan seperti itu para siswa-siswaku. Kita memang akan berkolaborasi dengan sekolah sebelah, namun bukan untuk study tour, tetapi untuk membuat sebuah drama musikal. Tolong jangan salah sangka!” jawab Choi Seongsaenim kepada kami.

Apa? Kolaborasi? Berarti aku akan bertemu dengannya, bertemu dengan Park Shinhye. Bukankah ini bagus untukku? Agar aku bisa lebih dalam memahaminya lebih dari sekedar foto? Kalau begitu aku akan meminta kepada seongsaenim agar aku bisa satu kelompok dengannya. Satu kelompok? Apakah drama musikal ini akan dibagi menjadi kelompok? Kurasa aku harus bertanya.

“Seongsaenim, bagaimanakah kita melakukan drama ini? Apakah kita semua akan melakukannya? Ataukah akan berkelompok?” tanyaku pada seongsaenim

“Pertanyaan yang bagus Jung Yonghwa, baiklah aku akan menjelaskan. Kita akan melakukannya secara berkelompok. Dan dalam setiap kelompok terdiri dari 6 orang, harus ada yang bisa bernyanyi, bermain alat musik, dan berakting dalam setiap kelompoknya. Dan setiap kelompok sudah diatur oleh para juri nantinya” jawabnya pada kami

“Juri? Apakah kita akan melakukan audisi seongsaenim?” tanya Jonghyun pada seongsaenim

“Iya kau benar Lee Jonghyun, setiap kelompok akan diaudisi sebagai pemain inti dan pemain pembantu dalam drama, kita hanya butuh 4 kelompok yang berarti hanya 24 orang yang berpartisipasi. Dan ini hanya akan diikuti oleh siswa dan siswi di kelas menengah saja. Kuharap yang tidak terpilih jangan merasa sedih dan patah semangat, karena ini hanya drama penyambutan untuk pemilik yayasan kita. Tapi bagi yang terpilih, jangan menganggap remeh hal ini, karena ini merupakan sebuah tanggung jawab untuk kalian. Arrasseo? Kurasa semuanya sudah cukup, kalian akan dapat melihat kelompok kalian besok pagi di papan pengumuman. Silahkan kembali ke kelas masing-masing!” kami pun kembali ke kelas masing-masing setelah mendengar pengumuman ini. Tetapi tidak denganku. Aku malah mendekat kepada seongsaenim dengan bermaksud bertanya siapa saja kah yang ada didalam kelompokku dan berharap agar aku bisa satu kelompok dengan Park Shinhye.

“Chamkamman seongsaenim! Bisakah aku tau dengan siapa saja aku berkelompok?” tanyaku dengan nada ragu,

“Apakah kau tuli? Bukankah sudah ku katakan besok pagi kau akan mengetahuinya? Kau sungguh penasaran Yong-ah” jawabnya sambil meledekku.

“Yya! Jangan memanggilku begitu! Aku malu jika mereka semua tahu kalau kita” baru aku akan melanjutkan perkataanku, seongsaenim langsung menyambar seperti petir,

“Kalau kita murid dan guru? Aku menunggumu dirumah, jangan pulang terlambat ne? Arrasseo?”

“Arra” aku pun kembali ke kelas dengan langkah penasaran dan tidak sabar menunggu hari esok.

Yonghwa Pov End

 

Author Pov

Tidak hanya kegaduhan di Seoul International High School, tetapi hal ini juga terjadi di Seoul Institute of the Art semenjak Jang Seongsaenim memberikan pengumuman yang sama seperti di sekolah sebelahnya. Mereka telah bersiap-siap untuk pengumuman hari esok, atau lebih tepatnya untuk mengetahui dengan siapa saja mereka akan berkelompok.

Kriing… kriing…

Bel pulang sekolah telah berbunyi, ini menunjukkan bahwa setiap siswa telah bersiap untuk pulang. Tetapi tidak untuk Jiyeon dan Yoona, mereka tampaknya mendekati Shinhye untuk mencoba berbicara dengannya.

“kira-kira apakah kita akan satu kelompok besok? Ini sama seperti festival menyanyi di SMP tiga tahun lalu, saat kita bertiga ada dalam sebuah kelompok bernyanyi dan memenangkan juara satu, kau ingat?” tanya Yoona pada Shinhye, namun Shinhye hanya mengangguk.

“Kau sudah lihat sendirikan Yoona? Dia itu sudah lupa siapa kita berdua, buktinya setiap diajak bicara, dia tak pernah mau menatap kita lagi. Sudahlah sebaiknya kita pulang, sepertinya langit akan menumpahkan airnya hari ini” ajak Jiyeon paksa kepada Yoona,

“Annyeong Shinhye” Yoona menyapaku lalu berlari mengejar Jiyeon.

“Jiyeon-ah, kau tidak boleh terlalu kasar begitu kepada Shinhye, biar bagaimanapun, dia tetap sahabat kita. Apakah kau tidah ingat janji kita dulu saat menang festival menyanyi?” ucap Yoona mencoba untuk mengingatkan hal itu pada Jiyeon.

“Tentu saja aku ingat. Aku tidak mungkin lupa dengan hal itu” jawab Jiyeon dengan senyum yang mengumbar semua giginya.

Flashback

“Dan pemenang dari festival menyanyi tingkat SMP tahun ini adalah ShinYooJi! Chukkae untuk pemenangnya” suara sang pembawa acara menyebut kelompok kami sebagai pemenangnya, benarkah ini? Ataukah hanya mimpi? Kami masih terpaku ditempat duduk kami karena kami tidak yakin dengan apa yang barusan kami dengar.

“Kepada kelompok bernyanyi bernama ShinYooJi, silahkan naik keatas panggung untuk penyerahan trofi dan hadiah” ucap sang pembawa acara lagi.

“waaah! Kita benar-benar pemenangnya! Ini bukan mimpi kan?” ucap Yoona,

“tentu saja bukan! Kajja kita naik” jawab Jiyeon disertai anggukan Shinhye.

Mereka pun segera naik ke atas panggung untuk menerima apa yang semestinya mereka dapatkan. Mereka berfoto bersama, tertawa bersama, dan pada akhirnya mereka pun membuat janji bersama. Janji yang tidak akan pernah mereka lupakan seumur hidup mereka.

“Mulai hari ini, kita ShinYooJi, akan terus selalu menjadi ShinYooJi sampai kapanpun. Akan berbagi cerita apapun yang terjadi, selalu membuat yang sedih menjadi tersenyum, selalu menghargai pendapat masing-masing, selalu ada disaat apapun dan kapanpun saat dibutuhkan, dan tidak pernah meniggalkan temannya sendiri. Eottokhae? Yoksi?” ucap Shinhye pada kami.

“Yoksi!” jawab kami serempak.

Flashback End

“Apakah kau ingat janji kita?Apakah kau tidak berfikir bahwa kita telah mengkhianatinya?” ungkap Yoona pada Jiyeon,

“Mwo? Mengkhianatinya? Siapa? Shinhye maksudmu?” tanya Jiyeon balik,

“Hemmm” jawab Yoona.

“Apa maksudmu bicara begitu? Mengapa jadi aku yang mengkhianatinya? Bukankah kita yang merasa dikhianati olehnya? Bahkan dia sudah tak mau berbicara pada kita lagi. Apakah kau lupa eoh?” Jiyeon bertanya kembali padaku,

“Tapi kita berdua kan tahu, kejadian yang menimpa 1 tahun lalu pada orangtuanya itu telah membuat dirinya banyak berubah sampai saat ini, apakah kau tidak ingat? Dia telah kehilangan senyum dan cerianya 1 tahun ini, kita seharusnya ada di sampingnya untuk menemaninya agar dia tak merasa sendiri, bukankah itu janji kita? Jangan pernah membiarkan salah satu sahabat kita merasa sendiri? Tolong jangan egois Jiyeon-ah! Dia sangat membutuhkan kita saat ini, karena hanya kita yang dia punya. Arrasseo?” Yoona menjelaskan kesalahpahaman yang kini mulai terjadi.

“Arrasseo Yoona-ya” Jiyeon sepertinya telah mengalah dengan ego yang ada pada dirinya. Yoona benar, seharusnya mereka tidak meninggalkan Shinhye sendirian.

Author Pov End

 

Shinhye Pov

Mianhae Jiyeon-ah! Mianhae Yoona-ya! Bukannya aku tidak ingin berbicara banyak kepada kalian, tetapi setiap melihat kalian, aku selalu mengingat appa dan eomma yang selalu menanyakan kalian setiap minggunya saat kalian tak kunjung datang untuk sekedar bertamu ataupun menginap dirumah. Setiap aku melihat kalian, aku selalu merasa bahwa akulah pembawa sial. Sampai-sampai karena diriku, appa dan eomma harus meninggalkanku untuk selamanya.

Dengan malas kugendong tasku, ku langkahkan kakiku keluar kelas ini, untuk menyapa dunia yang kejam, dunia yang telah membawa appa dan eomma pergi dari dalamnya. Ku nyalakan handphoneku, ku pasang headphoneku, ku putar lagu Beast-On Rainy Days yang bertengger di paling atas playlistku…

 

Sesangi eodiwojigo jeoyeongi biga naerimyeon yeojeonhi geudaero

Oneuldo oegi meobsi nan beoseonajil meothanae neoui saenggak anesso

Ije keuchiraneun geol ajiman miryeoniran geol ajiman ije anil geol ajiman

Geukkajit jajonsime neol japji mothaedeon naega jugeum ashwiul puninikka

Biga oneun naren nareul chajabwa bameul saeweo geurophida

Biga gecheyogamyeon nodu taraseo seoseokhi jogeumsik geuchigagetji

 

Tiba-tiba setetes air bening jatuh di punggung tanganku, perlahan-lahan tetesan itu menjadi puluhan, ratusan, bahkan ribuan tetes air yang jatuh. Ya memang benar yang dikatakan Jiyeon tadi, hari ini akan turun hujan. Bahkan hujan yang sangat lebat disertai angin kencang. Aku pun dengan cepat berlari menyebrangi jalan raya didepan sekolahku untuk sampai ke halte bus di seberang jalan, karena halte itu memiliki tempat seperti ruangan untuk para siswa biasanya menuggu bus datang. Saat ditengah penyebrangan itu, ku lihat ada 2 cahaya yang semakin lama semakin mendekat ke arahku, sampai akhirnya…

 

Ciiittt…. Ciiiit… Brukk!!

Aku terhempas ke samping trotoar, aku hanya menatap langit yang sedang memuntahkan airnya, dan ini mengingatkanku pada satu hal..

Flashback

“Appa, eomma! Kajja kita pergi ke taman bermain! Aku ingin bermain bersama appa dan eomma sekarang!” ajakku paksa kepada kedua orangtuaku, maklum karena appa dan eomma baru saja kembali dari rumah haelmoni yang sedang sakit dan mengharuskan mereka menginap satu minggu disana.

“Tapi ini sedang mendung Shinie, bagaimana kalau sebelum kita sampai sana turun hujan?” tanya eomma padaku,

“Biarlah eomma, lagipula bukankah bertambah asik jika kita bermain diiringi dengan air hujan yang jatuh? Eomma, appa, palli kajja!” aku mencoba lebih berkata manja kepada mereka agar mereka mau menemaniku.

“Geurae kajja! Appa dan eomma akan menemani putri kami yang sangat kami cintai” jawab appa sembari mengambil kunci mobil diatas meja.

Kami pun melaju dengan kecepatan normal, sampai akhirnya hujan turun membasahi badan mobil kami.

“Kau lihat Shinie? Sekarang turun hujan, bukankah eomma sudah bilang tadi?”

“Aigoo anak ini malah tertidur! Bukankah dia bilang dia ingin bermain dengan kita?” kata-kata eomma samar-samar ku dengar,

“Appa, apakah kita sudah sampai?” tanyaku saat membuka mata,

“Belum Shinie, mungkin sebentar lagi kita akan sampai” jawab appa dengan senyum khasnya.

Tiba-tiba kulihat ada dua buah cahaya menghampiri mobil yang kami tumpangi, dan lama kelamaan cahaya itu makin mendekat dan… Bruuk!!

Aku tak bisa melihat apapun, mataku tiba-tiba gelap dan aku tak ingat apapun.

“Aku dimana? Dokter, aku dimana?” tanyaku pada seorang laki-laki yang terlihat mengenakan jas putih panjang selutut,

“Kau sudah sadar? Kau ada di rumah sakit nona Park, tadi mobilmu mengalami kecelakaan dan kami langsung membawamu kesini” jawab Dokter yang bermarga Kang itu yang dapat terlihat jelas dari nama di jasnya,

“Lalu dimana appa dan eomma?” aku mencoba mencari kedua orangtuaku, aku melihat-lihat ke kanan dan ke kiri,namun tak juga ku temui,

“Dokter, dimana kedua orangtuaku? Mengapa kau tidak menjawab? Dimana mereka dokter?” tanyaku pada dokter yang tak mau menjawab. Aku mulai gusar hingga akhirnya aku mencoba bangun dari tempatku tapi aku tiba-tiba merasa pusing dan perih.

“Kepalaku? Tanganku?” tanyaku heran sambil melihat tangan mulusku yang telah terbungkus perban dan kepalaku juga mendapat hal yang sama.

“Aaaahh!” pekikku saat kutekan kepalakuagak keras,

“Kau harus banyak beristirahat nona Park, jika kau ingin segera pulih” jawab suster yang sejak tadi sudah berada disamping Dokter Kang.

“Tapi dimana kedua orangtuaku? Dimana mereka? Mengapa mereka tak kulihat dari tadi?” tanyaku lagi pada dokter itu,

“Mianhae nona Park! Dari kecelakaan tadi, hanya kau yang berhasil selamat dan hidup” jawab Dokter Kang,

“Andwae!!! Kau pasti berbohong kan? Kau pasti sedang mempermainkanku saat ini!” bentakku padanya mencoba tak percaya pada apa yang terjadi.

“Kau harus tenang nona Park! Tenanglah nona Park” suster itu langsung memelukku dengan erat agar aku tak bangkit dari temapt tidurku,

“Lepaskan aku sekarang!LEPASKAN!! Kau bilang tenang? Apakah aku bisa tenang saat ini?” aku mencoba menjauhkan suster itu dariku. Kucabut jarum infus dari tanganku, kucoba berlari dengan diri yang lemah ini. Aku segera mencari kamar dimana aku bisa menemukan appa dan eomma,

“Appa, eomma! Ayo keluar! Sudah cukup bermain-mainnya kali ini! Ayo kita pulang!” aku masih terus mencari keberadaan kedua orangtuaku dengan air mata yang masih mengalir di kedua mataku,

“Appa, eomma! Ayo pulang! Aku sudah lelah!” teriakku lagi sambil berusaha menemukan mereka. Hingga akhirnya aku menemukan bibiku, Jang Nara yang sedang duduk tertunduk menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya.

“Ajumoni! Mengapa kau ada disini? Apa yang kau lakukan? Apakah kau melihat appa dan eomma? Dimana mereka ajumoni?” tanyaku dengan nafas yang memburu.

“Uri Shinie-ya, appa dan eomma sudah tenang di dunia sana. Dunia yang indah untuk mereka. Dunia yang tidak akan bisa kita temui dimanapun sebelum kita meninggal.” jawab bibiku dengan dada yang naik turun dan suara yang terbata-bata, dia mencoba menenangkanku dan memelukku.

“Andwae!! Ajumoni pasti berbohong! Kalau mereka berada didunia yang indah, mengapa mereka tidak mengajakku ikut serta? Mengapa? Aku harus berbicara kepada mereka ajumoni” aku melepaskan pelukan bibiku dan masuk kedalam kamar yang bertuliskan ‘Ruang Mayat’.

“Appa, eomma, kalian dimana?” tanyaku pada seisi ruangan ini, aku membuka satu per satu penutup wajah mereka. Aku tak peduli apakah mereka masih hidup atau tidak, saat ini aku hanya mencari kedua orangtuaku. Dan di ranjang keempat, kulihat nama Park Shin Geol dan sebelahnya Jang Hye Ra. Bukankah ini nama kedua orangtuaku? Aku membuka penutup itu, kusibakkan penutup itu ke lantai, kulihatwajah yang dipenuhi darah yang sudah mulai membeku.

“Appa, eomma!” teriakku pada mereka dengan memegang tangan mereka berdua.

“APPA! EOMMA! ANDWAEYO!” tangisku pecah mengisi kesepiannya ruangan itu, aku hanya merasakan dunia ini seolah berhenti berputar.

Flashback End

Shinhye Pov End

 

Author Pov

Shinhye kini sedang berada dipelukan Yonghwa. Ya, Yonghwa-lah yang menolongnya lagi dari kejadian buruk seperti ini. Yonghwa lalu menggendong tubuh Shinhye kedalam ruangan halte bus. Mata Shinhye masih terus terpejam. Bibirnya menggigil dan membeku. Yonghwa yang tidak tega melihat Shinhye seperti ini terus memeluknya. Dia sangat sedih melihat gadis yang dicintainya seperti ini. , bangunlah! Ucap Yonghwa dalam hati.

Karena tak tega melihat gadis yang dicintainya seperti ini, dengan cepat namun lembut Yonghwa mendekatkan bibirnya ke bibir Shinhye, Yonghwa menciumnya lembut tanpa adanya nafsu yang mendera. Tak disangka Shinhye membuka matanya dan langsung kaget melihat seseorang yang ada didepan wajahnya. Shinhye pun langsung mendorong Yonghwa.

“Yya! Neo micheoseo? Menciumku saat aku sedang tak sadarkan diri, sungguh pintar mengambil kesempatan! Ckckck..” dengan sigap Shinhye langsung berdiri membelakangi Yonghwa,

“Mianhae sudah menciummu! Aku hanya tak ingin melihat kau kedinginan seperti tadi. Jeongmal mianhae . Aku duluan ne” masih dengan hati yang berdebar, Yonghwa meninggalkan Shinhye di halte bus.

“Lelaki macam apa dia? Setelah menciumku, dia malah pergi meninggalkanku, dasar aneh! Tapi, darimana dia tau namaku?” gumam Shinhye sambil menggaruk kepalanya sendiri yang tidak gatal. Tanpa sadar, Shinhye pun mengumbar senyumnya, senyum yang selama satu tahun ini hilang.

“Aigoo!! Lihat uri chingu ini Jiyeon-ah! Dia tersenyum! Bukankah itu baik?” tiba-tiba suara Yoona mengagetkanku,

“Ne, ne! You right now Yoona-ya” timpal Jiyeon.

“Neo? Kalian darimana? Bukankah sedari tadi kalian sudah pulang? Jangan bilang padaku kalian sedang janjian dengan namja sekolah sebelah dan ingin dating” jawab Shinhye sambil tertawa lepas,

“Yya! Kau selalu saja menggoda kami! Tapi itu tak masalah asal itu bisa membuatmu tersenyum dan tertawa Shinhye-ya. Uri Shinhye comeback now!” ucap Yoona pada Jiyeon. Jiyeon dan Yoona langsung memelukku.

“Kajja kerumahmu Shinhye-ya” ajak mereka berdua,

“Kajja” jawab Shinhye sambil terus tersenyum.

 

Di rumah Shinhye….

“Aku pulang ajumoni!” Shinhye memberi salam, Jiyeon dan Yoona hanya menatap bingung sahabatnya ini,

“Bukankah semenjak ahjumma dan ahjussi meninggal kau tinggal sendirian Shinhye-ya?” tanya Jiyeon penasaran, Yoona lalu langsung menyenggol lengan Jiyeon.

“Gwaenchana Yoona-ya, Jiyeon-ah, aku tidak tinggal sendiri selama ini, aku tinggal bersama bibiku. Dan kalian telah mengenalnya dengan baik, bahkan kalian sering membicarakannya” jawab Shinhye. Kedua sahabatnya itu masih bingung dengan jawaban Shinhye barusan,

“Kajja” Shihye langsung menarik kedua tangan sahabatnya itu.

“Ajumoni! Ada yang ingin bertemu” Shinhye pun langsung menarik tangan Jang Nara untuk ikut dengannya ke ruang tamu,

“Jiyeon-ah, Yoona-ya, kenalkan ini bibiku” Shinhye menyimpan seribu tawa untuk mereka,

“Mwo?? Annyeong Jang Seongsaenim!” jawab mereka berdua serempak.

“Jadi selama ini Jang Seongsaenim itu bibimu? Jigeum, uri chingu jeongmal nappeun” Jiyeon mulai berceloteh lalu mencubit pipi chubby Shinhye.

“Appo Jiyeon-ah! Ne, dia memang bibiku. Yang sanggup merawatku sampai saat ini. Oh ya, apakah kalian tau tentang namja tadi? Siapakah namanya? Aku ingat dulu ia juga pernah menolongku saat masa orientasi kita” tanya Shinhye penasaran

“Namja nuguya? Yang menciummu di halte tadi? Dia itu Jung Yonghwa,dia bersekolah di sebelah sekolah kita, apakah kau tidak tau?” jawab Jiyeon sambil menggoda Shinhye.

“Yya! Tak bisakah kau diam? Aku takut bibi mendengar hal ini” tangan Shinhye pun langsung membekap mulut Jiyeon dengan tangannya.

“Tapi kurasa, kau mampu tersenyum bahkan tertawa lagi karenanya, first kisseu eoh?” Yoona pun ikut menggoda Shinhye. Kini Shinhye berlari mengejar kedua sahabatnya itu. Jang Nara yang sudah selesai memasak ternyata memperhatikan mereka sedari tadi, dia hanya tersenyum melihat keponakan satu-satunya dapat kembali seperti dulu.

“Anak-anak, ayo kita makan” teriak Jang Nara mencoba menghentikan mereka bertiga.

“Ne seongsaenim!” jawab mereka bertiga kompak.

“Kami akan makan dengan baik!” ucap mereka bersamaan.

“eemm mashita seongsaenim! Ige daebakk!” ujar Jiyeon yang lahap sekali menelan nasi kare buatan Jang Nara,

“yya Jiyeon, pelan-pelanlah kalau makan! Nanti kau bisa tersedak!” jawab Yoona diikuti anggukan Shinhye dan Jang Nara.

“aaah aku kenyang! Geomapseumida seongsaenim untuk nasi kare nya” ucap Yoona dan sekarang diikuti anggukan Jiyeon,

“Ne, cheonmanyeo. Aku akan merapikan ini, kau gantilah dulu bajumu Park Shinhye, itu terlihat sangat basah!” ucap Jang Nara sembari membawa piring ke dapur.

“Ne, ajumoni” Shinhye pun bergegas naik ke kamarnya yang diikuti Jiyeon dan Yoona.

Author Pov End

 

Shinhye Pov

“Yoona-ya, Jiyeon-ah, mianhae untuk sikapku selama ini yang selalu dingin pada kalian! Aku sungguh ingin sekali memeluk kalian, tapi setiap aku melihat kalian aku selalu teringat pada appa dan eomma yang selalu menanyakan kalian. Mianhae! Jeongmal mianhae ”

Aku menunduk menahan air mataku agar tak jatuh di pelupuk mataku. Aku tak mampu menatap mereka berdua. Aku terlalu merasa bersalah pada mereka.

“Shinhye-ya, gwaenchanayeo! Bukankah itu arti persahabatan? Tak pernah meninggalkan temannya sendiri saat menderita? Bukankah itu janji kita?” jawab Yoona mencoba mengingatkanku.

“Ne aku ingat! Tentu sangat ingat! Gomawo untuk menjadi temanku disaat apapun” jawabku dan langsung memeluk kedua sahabatku ini.

“Tapi, kenapa kalian berdua belum pulang tadi? Apa yang kalian lakukan? Jangan-jangan..” tanyaku kepada kedua sahabatku ini,

“tadinya aku akan menemani Jiyeon untuk meminta maaf padamu atas sikapnya padamu akhir-akhir ini, tapi tak kusangka saat di halte bus, kulihat kau dan Yonghwa sedang kisseu, jadi ku tahan Jiyeon untuk mengganggumu” jawab Yoona sambil terkekeh kecil,

“ku pikir kau akan tertabrak tadi, makanya aku segera menuju halte bus, setelah sampai disana, aku malah melihatmu dengan Yonghwa, eotteohkae?” kerlingan Jiyeon membuatku merinding,

“apanya yang bagaimana Jiyeon-ah?” tanyaku dengan hati berdebar,

“bagaimana rasanya berciuman dengan namja yang sangat pintar dan tampan?Aigoo wajahmu memerah Shinhye-ya!” Jiyeon benar-benar membuatku malu dengan semua kata-katanya,

“sebenarnya kami memang menunggu Yonghwa dan teman-temannya disana, lalu kami melihatmu jalan tanpa memperhatikan sekeliling, sampai akhirnya Yonghwa mencoba untuk mengikutimu, dan terjadilah insiden itu” penjelasan Yoona membuatku bingung, mengapa Yonghwa mengikutiku? Seakan tahu apa yang ada didalam pikiranku, Yoona langsung menjawab,

“sebenarnya sudah dari lama Yonghwa mencari tahu tentang identitasmu, siapa namamu, apa kesukaanmu, apa yang kau benci, dan semua yang berkaitan tentang dirimu. Apa kau tidak ingat saat menemukan bunga yang berbeda di lokermu hampir setiap hari? Atau saat setiap coklat ada di kolong mejamu selama ini?” aku mencoba mengingat-ingat apa yang dikatakan Yoona padaku,

Flashback

-Aku adalah tulip! Aku bisa tumbuh saat penyiramku memperhatikanku! Tetapi aku sangat sedih ketika penyiramku melupakanku!-

-Aku adalah anggrek dan bisa tumbuh dimana saja, seperti dirimu!-

-Aku adalah mawar, yang selalu melindungi diriku dengan duri dari kejamnya dunia luar, sama seperti dirimu! Shinhye fighting!-

Siapakah pengirim ini? Sudah seminggu ini aku selalu mendapat bunga, apakah dia tukang bunga?

“ Ini coklat pertama yang akan kau dapat, dan aku akan terus memberikan ini sampai kau tersenyum, tersenyumlah! Karena aku selalu memperhatikanmu ^_^ ”

Kemarin bunga dan saat ini coklat, siapa kau sebenarnya?

Flashback End

“Eoh, aku ingat Yoona-ya” akupun langsung menuju kotak yang berisi semua barang-barang itu dan menunjukkannya pada Yoona dan Jiyeon,

“Ini semua yang diberikan Yonghwa? Waaah daebakk! Ini sangat banyak Shinhye-ya. Chukkae!” jawab Jiyeon yang langsung ingin memakan coklat itu,

“Jiyeon andwae! Ini semua milik Shinhye! Kau ini!” Yoona mencoba merebut kembali coklatku dari tangan Jiyeon.

“Arrasseo Yoona-ssi” tampak kekecewaan di wajah Jiyeon.

“Kalau kau mau, kau bisa minta dibelikan oleh namjachingumu yang bernama Son Dongwoon itu bukan?” pernyataan Yoona membuat Jiyeon tersedak,

“Nuguya? Dongwoon-ah? Bahkan sampai saat ini dia belum mengungkapkan hal itu padaku Yoona-ya, eotteohkae?” Jiyeon terlihat lesu seketika, “lalu bagaimana denganmu dan Jonghyun? Sudah sejauh manakah kalian?” lanjut Jiyeon,

“Aku sudah mengenalkannya kepada orangtuaku begitupun sebaliknya,” jawab Yoona sambil membaca majalah yang kini ada ditangannya,

“kau beruntung Yoona-ya, kurasa Doongwoon tak benar-benar menyukaiku,” kudengar Jiyeon menghela nafasnya,

“Jadi selama ini kalian sudah dating dengan namja?Aigoo aku sampai tidak tahu! Dimanakah kalian dekat satu sama lain?” tanyaku penasaran,

“Kau lupa? Saat itu ketika pertandingan bola basket antar kelas satu yayasan, merekalah tiga pemain inti tim basket Seoul International High School, lalu saat di kantin mereka mendekati kami dan mengajak kami berkenalan, lalu kami saling dekat satu sama lain hingga akhirnya Jonghyun menyatakan cintanya di lapangan basket sekolah kita. Itu sungguh manis Shinhye-ya” jawab Yoona dengan wajah bahagianya,

“Mianhae sudah tak tau banyak tentang kalian selama satu tahun ini”

Flashback

Seketika mataku menjadi gelap, kurasakan kakiku membeku hingga aku tak mampu untuk berdiri. Tiba-tiba, ada sesuatu yang menyentuh bibirku. Hangat, lembab, dan manis. Apakah ini? Apakah ini es krim? Kubuka mataku perlahan untuk memastikan, tak kusangka seorang namja kini tengah berada di atasku, dapat kulihat wajahnya sangat dekat dan dapat kurasakan hembusan nafasnya, ya Tuhan! Apa yang sedang dia lakukan? Dia pun segera mengakhiri ini semua saat dia melihatku yang sudah membuka mataku.

“Mianhae sudah memciummu! Aku hanya tak ingin melihat kau kedinginan seperti tadi. Jeongmal mianhae . Aku duluan ne” dia pergi meninggalkanku dengan wajah yang memerah,

“Setidaknya, apapun yang sedang kau hadapi dan kau rasakan saat ini, tetaplah menangis jika kau ingin menangis, dan tetaplah tersenyum jika kau ingin tersenyum, dan ungkapkanlah apa yang kau rasakan kepada orang yang menyayangimu yang ada disekelilingmu, seperti Jiyeon Yoona, dan aku” teriaknya yang semakin lama semakin menjauh dan menghilang ditelan jarak diantara kami.

Flashback End

Setidaknya kau benar Jung Yonghwa, mulai saat ini aku akan ungkapkan apa yang sedang aku rasakan pada orang-orang yang menyayangiku, terima kasih untuk nasihatnya! Aku akan terus mengingat pesanmu itu.

Aku pun mematikan lampu kamarku dan bergegas tidur. Shinhye fighting to tomorrow!

Shinhye Pov End

 

Di tempat lain…

Yonghwa Pov

Apa yang kulakukan padanya? Mengapa aku malah menciumnya tadi? Akankah dia benci padaku setelahnya?

Pertanyaan demi pertanyaan selalu berputar di otakku sedari tadi. Aku hanya takut jika Shinhye tiba-tiba marah padaku besok. Huwaaa eotteokhae??

Tapi bibirnya itu sangat manis dan tak mungkin dapat kulupakan sepanjang hidupku, kini aku akhirnya telah melakukan ciuman pertamaku dengan orang yang benar-benar kucintai. Aku merasa sangat senang, tapi bagaimana dengannya? Dan bagaimana dengan besok? Arrhg kepalaku pusing memikirkan hal ini terus menerus. Kuputuskan untuk tidur.baru saja ingin ku terlelap, tiba-tiba…

“yya Yonghwa! Palli kita makan! Aku takut masakan yang kubuat akan segera dingin” kalian dengar sendiri kan? Itu adalah suara Choi Seongsaenim, dan pasti kalian sangat ingin tahu apa yang dilakukan seorang guru dirumah gurunya, memberikan privatkah?menjenguknya kah?ahh ini akan kujelaskan nanti saat waktunya tiba.

“Kau, dapatkah memberitahuku untuk pembagian kelompok esok hari? Aku janji tidak akan memberitahu siapapun” ku coba untuk tetap mencari tahu dengan siapa aku akan berkelompok besok, dan mudah-mudahan saja dengannya.

“Geurae, ini adalah kertas yang berisi nama-nama siswa di setiap kelompoknya” Choi Seongsaenim memberikan selembar kertas padaku dan aku mulai membacanya. Kelompok satu ternyata bukan kelompokku, aku terus membaca hingga kelompok ke delapan dan ada namaku bertengger diatas,

Kelompok 8
–          Jung Yonghwa

–          Son Dongwoon

–          Lee Jonghyun

   –     Park Shinye

–  Kim Jiyeon

–  Im Yoona

 

Mataku terbelalak melihat nama yang ada dialam kotak itu, benarkah ini? Ya Tuhan, benarkah aku akan berada dikelompok yang sama dengannya? Sungguh sangat hebat takdir yang kau buat untuk kami. Aku hanya tersenyum melihat ini semua.

“Waeyo kau senyum-senyum sendiri seperti itu? Jangan-jangan kau menyukaiku ya?Ini sudah malam, sebaiknya kau tidur Yonghwa-ya” ucap Choi Seongsaenim padaku lalu berlalu meniggalkanku. Apa kau bilang? Aku menyukaimu? Itu tidak mungkin!

Yonghwa Pov End

 

Esok Harinya di Sekolah…

Author Pov

Shinhye dengan semangat yang baru mulai melangkahkan kakinya dengan senyum indah di wajahnya di koridor sekolah. Dia mulai menyapa setiap temannya di sekolah ini.

“Shinhye-ya, geumanhae!” ucap Jiyeon dan Yoona dengan nafas yang tersengal-sengal menghampiri Shinhye,

“Waeyo Jiyeon-ah? Kau sedang olahragakah sepagi ini hingga terlihat sangat lelah?” jawab Shinhye yang mendekati mereka dengan tatapan bingung,

“Jigeum, kita akan melihat dengan siapakah kita akan berkelompok, dan ku harap kau tak terkejut ya?? ” jelas Yoona yang kini tengah menarik tangan Shinhye dan berjalan dengan cepat menuju papan pengumuman sekolah,

“Igeo, kau lihat? Kita ada di kelompok 8 dan berkelompok dengan mereka semua Shinhye-ya, jadi kita tak perlu sungkan lagi satu sama lain” Jiyeon menunjukkan daftar nama kelompok kepada Shinhye diikuti dengan anggukan Yoona,

“Kita akan menjadi triple couple Jiyeon-ah, benarkan Shinhye?” Yoona tersenyum jail kepada Shinhye.

“Apakah aku akan satu kelompok dengannya? Satu kelompok dengan orang yang sudah banyak mengetahui tentangku? Aahh andwae!!” Gumam Shinhye dalam hati sembari mengacak-acak rambutnya sendiri, kedua sahabatnya hanya bingung melihat tingkah Shinhye kali ini.

Disisi lain di Seoul International High School para namja pun ikut berteriak karena telah mengetahui daftar nama anggota kelompok masing-masing.

“You see that Jonghyun-ah? Kita akan satu kelompok dengan yeoja-yeoja kita, Jiyeon-ah, aku datang chagi-ya” ucap Dongwoon sambil menyenggol pundak Jonghyun, dan Jonghyun hanya tersenyum mendengarnya.

“Yonghwa-ya, eotteokhae? Bukankah kau akan senang karena ada ‘dia’ di kelompok kita?” tanya Jonghyun kepada Yonghwa, namun Yonghwa malah meninggalkan mereka ke kelas denagn senyum indahnya.

“Apakah kalian sudah mengetahui dengan siapa saja kalian berkelompok?” tanya Jang Seongsaenim kepada para siswanya,

“Ne, algeuseumnida” jawab para muridnya serentak,

“Geurae, sekarang kita akan berkumpul di lapangan inti untuk menemui para anggota kelompok kalian, untuk mendiskusikan lagu apa saja yang akan kalian bawakan saat audisi, dan ingat, lagu yang kalian tampilkan saat audisi adalah lagu yang akan kalian bawakan saat showcase nanti, jadi diharap persiapkan dengan sebaik-baiknya” kali ini Jang Seongsaenim mengajak para muridnya untuk segera menuju lapangan inti sekolah itu.

Disaat yang sama, Choi Seongsaenim pun menjelaskan hal yag sama kepada para siswanya.

“Kajja kita berkumpul kesana sekarang” ajak Choi Seongsaenim kepada para siswanya itu.

Author Pov End

 

 

 

Yonghwa Pov

Manikku mencari-cari dimana ‘dia’, bagaimana aku bisa menemukannya saat ratusan manusia sedang berkumpul menjadi satu dilapangan ini? Kau pabo Jung Yonghwa!

“Sekarang kami akan mengumpulkan masing-masing anggota, yang namanya kami sebut, harap berpindah tempat dan segera berkumpul dengan anggota lainnya” ucap Jang Seongsaenim dan Choi Seongsaenim secara bersamaan,

“Kelompok satu bla…bla…bla…” kami semua masih mendengarkan kedua guruku itu, hingga akhirnya,

“Kelompok kedelapan, Jung Yonghwa, Son Dongwoon, Lee Jonghyun” aku dan kedua sahabatku langsung memisahkan diri setelah nama kami disebut oleh Choi Seongsaenim,

“Park Shinhye, Kim Jiyeon, Im Yoona” lanjut Jang Seongsaenim,

Ah itu dia! Yeoja yang selama ini kucintai! Kulihat dia mengenakan kardigan kuning yang kontras dengan warna kulitnya, sepatu sneakers yang senada dengan seragam sekolahnya, dan rambutnya yang panjang bergelombang dibiarkannya tergerai dengan poni yang dikuncir apel. Oh, neomu neomu kyeopta! Jantung ini semakin berdebar tak karuan, sampai akhirnya sebuah tangan menyenggolku dan membuyarkan lamunanku,

“Kau, berusahalah untuk tetap sadar melihatnya Yonghwa-ya, setidaknya, simpanlah tanganmu yang kau simpan di dadamu itu” kudengar Dongwoong terkekeh kecil dan segera kuturunkan tanganku dari dadaku.

“Annyeong Dongwoon-ah” sapa yeoja yang kutahu bernama Jiyeon. Ku coba melemparkan senyum terbaikku pada Shinhye, dan tak ku sangka, dia membalas senyumku. Aahh! Inilah senyum yang kurindukan dari 1 tahun lalu, senyum yang membuatku mampu menaruh semua namanya diruang hatiku. Andai kau tahu Shinhye, saat ini aku sangat ingin memelukmu.

Yonghwa Pov End

 

Shinhye Pov

Kulihat Yonghwa terus memperhatikanku sejak namaku disebut oleh seongsaenim. Ku lihat senyumnya yang indah yang mampu menenangkan dan menghangatkan hatiku. Ya Tuhan! Ada apa dengan perasaan ku saat ini? Mengapa jantung ini berpacu tak karuan?

“Annyeong Dongwoon-ah” sapa Jiyeon pada namja yang baru ku ketahui namanya hari itu juga. Dan yang ada disampingnya itu pasti Lee Jonghyun, namjachingu dari Yoona sahabatku. Saat aku memperhatikan Jonghyun, tiba-tiba mata kami bertemu. Aku hampir pingsan dibuatnya, dia pun tersenyum padaku, kulihat ada ketulusan yang mendalam di dalam matanya yang memandangku, dan aku hanya berani membalas senyum indahnya itu.

Shinhye Pove End

 

Author Pov

“Baiklah, jika kalian telah mengerti, harap segera memutuskan lagu apa yang akan kalian bawakan di audisi lusa nanti, dan ingat, ini adalah lagu yang akan kalian bawakan di showcase nanti” penjelasan Choi Seongsaenim membuat kami para siswa-siswinya mengerti.

“Kalian bisa menemuiku dan Jang Seongsaenim untuk mendiskusikan apa yang akan kalian bawakan nantinya” lanjutnya.

Para kelompok masing-masing memisahkan diri, berdiskusi satu sama lain, bernyanyi satu sama lain, termasuk dengan kelompok Yonghwa dkk.

“Lalu, apa yang akan kita tampilkan saat audisi nanti? Kita hanya punya waktu 2 hari” tanya Jonghyun pada semua anggotanya, karena kebetulan dialah yang ditunjuk menjadi seorang ketua.

“Bagaimana kalau masing-masing couple dari kita bernyanyi? Aku dengan oppa, Jiyeon dengan Dongwoon, dan tentu saja Shinhye dengan Yongwa” jawab Yoona seketika,

“Kurasa itu ide yang baik, lalu apa yang akan kiat nyanyikan dari masing-masing couple?” tanya Dongwoon antusias,

“Itu yang harus kita pikirkan saat ini” Jonghyun menatap lekat Yonghwa yang sedari tadi hanya memperhatikan Shinhye saja,

“Yya Jung Yonghwa, apakah kau hanya akan memperhatikan Shinhye saja tanpa memperhatikanku? Bagaimanapun, aku ini ketua di kelompok ini. Arraseo?” bentak Yonghwa mencoba mempermalukan Yonghwa di depan Shinhye. Wajah Yonghwa mendadak merah karena tertangkap basah oleh Jonghyun.

“Mianhae Hyun-ah. Shinhye-ssi, bagaimana kalau kita menyanyikan lagu ‘Cant i love you’ dari Jinwoon dan Changmin 2am? Maukah kau menyanyikan ini bersamaku, Shinie?” ajak Yonghwa pada Shinhye.

“Ne? Lagu itu, baiklah aku mau Yongie” jawab Shinhye dengan menutupi wajah merahnya karena Yonghwa memanggilnya dengan Shinie, panggilan yang hanya di dapat dari kedua orangtuanya dulu.

“Neo? Apakah kalian sudah berpacaran? Bahkan sampai punya panggilan masing-masing seperti itu. Aigoo!” celetuk Jiyeon yang diikuti anggukan yang lainnya,

“Aniya! Kita tidak, maksudku kita belum berpacaran” jawab Yonghwa bersamaan dengan gelengan kepala Shinhye, namun setelah mendengar kata terakhir Yonghwa, Shinhye makin menunduk karena malu.

“Arrasseo! Arrasseo! Lalu bagaimana dengan lagu kita Jiyeon-ah?” Dongwoon bertanya pada Jiyeon,

“Eotteokhae kalau ‘When Were Together’ ? Kurasa ini lagu yang pas Dongwoon-ah” Jiyeon seketika menjawab dengan pandangan memohon pada Dongwoon,

“Ok Cool! Nan joahae Jiyeon-ah! Maksudku aku suka lagu itu, hehe ” kini Dongwoon terlihat seperti badut dengan pipi yang memerah,

“Oppa, uri eotteokhae? Aku pernah mendengar oppa menyanyikan lagu ‘My Love’ di cafe saat itu, bagaimana kalau kita menyanyikannya secara duet? Kurasa itu akan bagus oppa!” rajuk Yoona pada Jonghyun,

“Nan yeojachingu daebakk! Ok kita akan menyanyikannya chagi. Bagaimana kalau kita menemui seongsaenim sekarang?” ajak Jonghyun pada para anggotanya.

Mereka semua mulai mencari dimana para seongsaenim itu, dari ruang guru, kantin, dan di lapangan juga tak ada.

“Apakah mereka sedang berkencang sekarang?Ahh aku ingat! Kajja kita ke taman belakang sekolah, ppali ppali!” ajak Yoona pada semua temannya.

Taman Belakang Sekolah

“Akhirnya kita menemukan mereka, seong..” baru saja Yoona ingin memanggil mereka, mulutnya langsung ditutup oleh tangan Jonghyun.

“sstt chagi, sebaiknya kita perhatikan saja dulu mereka, sedang apa mereka sebenarnya” Yoona dan semuanya hanya mengangguk setuju pada ucapan Jonghyun.

“Nara-ya, ku dengar selama ini kau tidak memiliki namjachingu, benarkah itu? Apakah itu karenaku? Karena kau menungguku untuk keluar dari militer? Nara-ya tolong lihatlah aku saat aku berbicara padamu” Choi Daniel mencoba memutar tubuh Jang Nara agar menatapnya,

“Kau, tak tahukah aku sangat merindukanmu 4 tahun ini? Aku bahkan tak pernah peduli apa kata teman-temanku tentangku tanpa adanya dirimu. Hanya Shinhye yang mampu membuatku bertahan dikota ini, dikota yang memberiku kebahagiaan dan juga kesedihan karenamu, aku kira kau akan kembali padaku setelah menyelesaikan militermu, tapi nyatanya kau malah pergi meninggalkanku yang sudah setia menemani dan menunggumu sampai saat ini, kau sungguh kejam Choi Daniel! Neo nappeun namja!” dapat terlihat air mata mengalir dipipi mungil Jang Nara, bagaimanapun Nara mencoba menahan agar tak menangis, tetap saja air itu akan mengalir dipipinya.

“Nara-ya, mianhae! Mianhae karena telah meninggalkanmu kala itu, aku tau aku sangat bersalah, mianhae Nara-ya! Jeongmal mianhaeyo! Sebenarnya kepergianku kala itu karena aku harus merawat ibuku yang sakit keras, sampai akhirnya dia tiada, aku sungguh ingin membawamu ke rumahku, dan eomma juga sangat ingin bertemu dirimu. Hingga saat aku berniat menjemputmu, eomma menutup mata untuk selamanya. Sampai akhirnya aku pindah ke keluarga Jung, yang telah merawatku sampai saat ini dan agar dapat mengawasi Yonghwa juga. Mianhaeyo Nara-ya! Nan bogoshipeo! ” matanya merah dan panas, air mata pun kini tak bisa dihindari lagi oleh Choi Daniel.

“Bisakah kita mengulang hal itu lagi? Hal yang mampu membuatmu terus berada disampingku, hal yang selalu membuatku tersenyum saat melihat senyummu dan akan selalu menjagamu, bisakah Nara-ya? Tahukah kau selama 4 tahun ini, hanya ada namamu di hatiku? Hanya ada senyummu yang berputar di otakku, nan saranghae! Jeongmal saranghae” Daniel mencoba menjelaskan seburuk apa dirinya dalam 4 tahun ini tanpa Nara,

“Daniel-ah, nado! Nado saranghaeyo, bisakah kali ini kau tepati janjimu dulu untuk tak menghilang dan meninggalkanku sendirian lagi?” Nara bertanya dengan memandang mata Daniel, tak ada kebohongan, hanya ketulusan yang mendalam yang terpampang disana, sama seperti waktu itu. Hanya saja, situasi dan kondisi yang merubah janjinya itu.

Hangat, hanya itu yang dapat dirasakan Nara saat ini. Tangan yang selama ini dia rindukan, harum parfum yang selama ini menghilang dari indra penciumannya, dan pelukan yang selalu dia inginkan setiap harinya, kini telah kembali. Mereka kini mendekatkan wajah masing-masing, deru nafas dapat dirasakan oleh keduanya, disaat bibir hanya tinggal beberapa centi untuk mencari lawannya, tiba-tiba…

“Yya hyung! Apakah kau akan menciumnya disini? Bagaimana kalau siswamu tengah memperhatikanmu? Ckckck…” Yonghwa yang langsung berdiri mendekati mereka menatap heran Namhyung nya itu, apa? Namhyung? Ya, Daniel adalah kakak sepupu Yonghwa. Dan mereka berdua sengaja merahasiakan identitas mereka dari yang lainnya.

“Jadi Choi Seongsaenim itu namhyungmu? Yya Jung Yonghwa, neo nappeun!” ucap Dongwoon diikuti dengan pukulan Jonghyun di kepala Yonghwa.

“ahh appo! Mianhae Jonghyun-ah, Dongwoon-ah!” Yonghwa mencoba membela dirinya dengan senyum mematikannya kepada kedua sahabatnya itu.

“Neo, untuk apa kalian semua datang kesini? Apakah ada hal penting?” tanya Choi Daniel pada mereka,

“Maaf sudah mengganggu waktu anda seongsaenim, kami hanya ingin bediskusi tentang apa yang akan kita tampilkan di audisi nanti, apakah anda berdua memiliki waktu yang baik?” tanya Jonghyun pada kedua seongsaenim itu,

“Tentu saja ini waktu yang sangat, sangat baik” jawab Daniel dengan nada penekanan pada kata waktu yang sangat baik.

“Daniel-ah, geumanhae! Mereka hanya ingin berdiskusi kepada seongsaenim yang mereka percayai, mari kita berdiskusi, biarkan saja Choi Seongsaenim dengan kekesalannya itu” Nara langsung mengambil alih para siswa-siswinya tersebut.

Author Pov End

 

Di Hari Audisi…

Jung Yonghwa Pov

“Untuk hari ini, fighting! Jika kita tak lolos audisi, setidaknya kita telah berpartisipasi untuk audisi” Jonghyun mulai menyemangati kami dan dirinya sendiri untuk audisi hari ini. Kita adalah Triple Couple atau disingkat ‘Trile’, setiap pasangan setidaknya harus memiliki barang couple apapun itu. Kulihat Dongwoon dan Jiyeon yang mengenakan sepatu dan gelang senada, Jonghyun dan Yoona yang mengenakan kemeja dan jam tangan senada, tentu saja aku dan Shinhye memiliki hal yang sama, Shinhye mengenakan bandana berwarna hitam dengan dress berwarna biru pastel selutut dan aku mengenakan kacamata hitam pada bingkainya dan celana berwarna senada dengan gaun Shinhye.

“Kalian terlihat seperti pasangan saat ini, ckckck” ucap Dongwoon jail yang menunjukku dan Shinhye.

“Ayo kita berdoa untuk kesuksesan kita hari ini…………… ‘Trile’ fighting!” Jonghyun mulai melangkah maju, mencoba mendengarkan kelompok berapakah yang saat ini tampil. Dan ternyata kelompok 7 telah menyelesaikan audisi dan ternyata lolos untuk showcase. Kini giliran kami menguasai panggung ini, aku sangat melihat kecemasan Shinhye dari gerak-geriknya, lalu kuberanikan diri untuk memegang tangannya,

“Shinhye-ya gwaenchana, kau anggaplah ini seperti kita sedang latihan, lolos atau tidak itu hanya sebuah hadiah dari kerja keras kita, arrasseo?” aku mencoba meyakinkan Shinhye,

“Arrasseo, gomawo Yonghwa-ya” balasnya dengan senyum manisnya yang membuat aku yang kini berbalik cemas, cemas karena dentuman jantungku yang berdetak 100 kali lebih cepat dari biasanya. Shinhye-ya, kau membuatku gila dengan pesonamu.

Kini kami telah berdiri diatas panggung. Pertama-tama kami hanya menampilkan tarian sebagai pembukaan. Setelah itu, kami berdiri pada pasangan masing-masing. Jonghyun dan Yoona akan tampil pertama dengan lagu ‘My Love’ ciptaannya sendiri.

 

 

Changbakke biga naerimyeon kamjweodun gieoki nae mameul jeoksigo

Ijeun jul arattdeon saram ohiryeo seonmyeonghi tto dasi tteo olla

Nae saranga saranga geurieun na-eui saranga

Moknoha bulleobojiman deudjido mothaneun sarang

Nae saranga saranga bogopeun na-eui saranga

Geudae ireum maneurodo pein deut apeun saranga nae saranga

 

 

Kini giliran Jiyeon dan Dongwoon dengan lagu ‘When Were Together’

 
haruharu saraganeun ge sesang sogeso budichineun ge himdeul tte
sumaneun saram sogeso geu junge han myongppuniraneun ge neukkyojil tte
sarangseuron nun-gillo nareul barabwajuneun ni nuneul bomyon nan teukbyor-hada neukkyojyo
ttadeut-han ni pumeuro nareul anajumyoneun on mome sangchoga modu amuroga
When we’re together when we’re together oh
modeun ge gwenchanajyo apeun giokdeul sarajyo
When we’re together when we’re together oh
nan dasi hengbokhejyo nado moreuge misol jio

 

 

Kini giliranku dengan Shinhye tiba, aku mengharapkan Shinhye mengetahui alasan mengapa aku memilih lagu ini untuk kami berdua, ah aniya! Maksudku untuknya, ya hanya untuknya aku sengaja memilih lagu ini. Aku hanya ingin dia mengetahui kalau aku mencintainya, dan akankah dia mengizinkanku untuk mencintainya? Semoga saja ini bukan cinta sebelah tangan.

 

 

Maebeon majuchil ttaemada niga useojul ttaemada
Jogeumsshik nae ane jogeumsshik neol hyanghan maeumi jaradeoni

Ijeneun neol saenggakhamyeon ni moseubeul tteoollimyeon

Jakkuman dugeundaeneun nae shimjangeun meomchuljul molla
Deo isang gamchul su eobneun nae mam
Jeonbu da jugo shipeo
Hangsang gyeotheseo (ni yeopheseo) neol sarang hamyeon andwaelkka
Nuguboda neoreul jikhigo sipheun mam badajuandwaelkka

Neoui mamsoge (gaseumsoge) naega isseumyeon andwaelkka
Neoege gajang sojunghan sarami dwaega sipheo eoseo nae mameul badajweo

Ireon nae maeumeul arajweo algettdago daedabhaejweo

 

 

Setelah kami semua selesai bernyanyi, kami berpegangan tangan satu sama lain dan menundukan kepala kami. Tak ku sangka aku dapat menyentuh tangannya, tangan halus yang selama ini ku dambakan, tangan yang selama ini ingin aku genggam agar terus bersamaku melewati kerasnya hidup. Jantungku makin berdentum tak karuan, untung saja saat ini kami tertunduk, jadi aku bisa menyembunyikan wajah merahku di hadapan orang banyak.

Yonghwa Pov End

 

Author Pov

“Selamat kalian lolos audisi dan kalian merupakan bintang utama dalam drama kali ini. Tolong bersiap-siap untuk showcase 2 minggu lagi” ujar para juri pada Jonghyun dkk. Mereka sama sekali tak menyangka inilah hasil yang akan mereka dapatkan.

“Ya Tuhan, terima kasih untuk hari ini,” ucap mereka dalam hati masing-masing.

“Chukae untuk kalian semua, setidaknya mari kita merayakannya, apakah kalian mau?” ajak Jang Nara kepada siswanya yang berhasil lolos audisi,

“Ne seongsaenim” mereka serentak menjawab ajakan dari seongsaenim yang sangat mereka sayangi.

 

Di cafe…

“Silahkan memesan apapun yang kalian suka, karena kali ini aku yang akan traktir” ucap Choi Daniel pada siswanya itu,

“Bukankah seharusnya memang begitu? Ini adalah pajak karena kalian baru saja memiliki sebuah hubungan yang manis, iya kan teman-teman?” Yonghwa mencoba mengggoda hyungnya itu kali ini dan teman-temannya mengangguk tanda mereka menyetujuinya,

“Arrasseo, arraseo! Silahkan kalian memesan sekarang. Chagiya, apakah kau masih menyukai white coffee seperti 4 tahun lalu? Kalau iya, aku akan memesankan satu untuk kita berdua,” Daniel mencoba bertanya kepada Nara dan langsung dijawab dengan anggukan oleh Nara,

“Kalian, apa yang ingin kalian pesan? Aku akan memesankannya juga untuk kalian, khusus hari ini saja” Daniel segera mengambil pena dan selembar kertas yang memang telah disediakan oleh pemilik cafe tersebut,

“Kami Iced Moccachino 2 dan 1 porsi Samgyetang” Jonghyun memesan paling awal,

“Kami Iced Cappuchino dan 1 porsi Samgyupsal” diikuti oleh Dongwoo,

Tanpa ragu, Yonghwa langsung memesan “Iced Americano 2 hyung,” Shinhye tertegun mendengar apa yang Yonghwa katakan, bagaimana dia bisa mengetahui apa yang dinginkannya saat ini? Dia menatap Yonghwa dengan sejuta tanda tanya dalam kepalanya, bagaimana dia bisa mengetahuinya? Apakah dia akan meminum keduanya? Yonghwa yang merasa sedari tadi ada yang memperhatikannya langsung menolehkan matanya. Dan bingo! Mata mereka akhirnya bertemu, mata kecil berwarna coklat milik Yonghwa dan mata hitam bulat besar milik Shinhye. Mereka hanya dapat melempar senyum satu sama lain.

“Ini untukmu Shinie,” Yonghwa menyerahkan salah satu Iced Americano kepada Shinhye,

“Go, gomawo Yongie” Shinhye terbata-bata dan tak percaya mengapa Yonghwa bisa memesankan hal yang paling dia sukai itu.

Sejujurnya, Yonghwa tak menyukai kopi sejak kecil, tetapi semenjak dia menyukai Shinhye, dia belajar bagaimana cara meminum kopi dari hyungnya, karena Yonghwa mengetahui kalau Shinhye sangat menyukai kopi apapun, tapi kopi favoritnya adalah Iced Americano.

Setelah semuanya selesai menghabiskan makanan masing-masing, mereka bergegas untuk pulang. Langit tampak berwarna gelap bermega abu-abu dengan suara petir yang gemeruduk, pertanda sebentar lagi akan turun hujan. Semuanya tampak dengan langkah yang cepat untuk meninggalkan cafe itu, tapi tidak dengan Shinhye, karena dia baru saja memasuki kamar mandi dan menyuruh semuanya untuk pulanglah terlebih dahulu jika mereka tak ingin menunggunya. Mereka semua pergi meninggalkan Shinhye, namun tidak dengan Yonghwa, dia masih setia menunggu Shinhye karena dia tahu, Shinhye sangat takut dengan hujan. 30 menit sudah Yonghwa menunggu Shinhye, namun Shinye tak kunjung datang. Apakah Shinhye sudah pulang? Tapi tas miliknya masih ada disini. Yonghwa pun beranjak dari tempat duduknya dan mulai mencari Shinhye di dalam toilet. Namun dia lupa satu hal, Shinhye pasti berada di toilet wanita, bagaimana dia masuk kesana? Hujan kini mulai turun dengan petir yang saling bersahutan satu sama lain seakan tak ingin berhenti menyapa.

Yonghwa hanya bisa menunggu di depan toilet itu dengan mengawasi setiap wanita yang keluar dari sana. Setelah merasa aman, Yonghwa memberanikan diri untuk masuk kedalam toilet itu, dengan perlahan dia membuka pintu kloset satu persatu, tapi Yonghwa tak juga menemukan Shinhye.

“Shinie-ya, neo eodiga? Neo gwaenchana?” suara Yonghwa makin dekat dengan tempat dimana Shinhye berada.

Author Pov End

 

Shinhye Pov

“Shinie, neo eodiga? Neo gwaenchana?” suara Yonghwa makin dekat ku dengar,

“Yongie, aku disini, aku sangat takut Yongie” jawabku dengan nada gemetar yang mewakili ketakutanku.

Bisakah dia menemukanku di ujung kloset ini? Bisakah dia menghampiriku tanpa aku harus berteriak padanya untuk memberitahunya aku ada disini?

“Shinie! Akhirnya aku menemukanmu disini! Gwenchana?” Yonghwa berhasil menemukanku dan menanyakan bagaimana keadaanku. Apakah dia tahu kalau aku sangat takut sekarang? Aku rasa dia tahu, karena kini aku sudah berada di dekapannya. Hangat dan nyaman kurasakan. Sepetinya rasa takutku hilang seketika saat dia memelukku. Dia pun langsung mendaratkan bibirnya di puncak kepalaku mencoba melindungiku.

“Gwaenchana Shinie, aku ada disini sekarang bersamamu. Kajja kita keluar dan aku akan membuatmu melupakan bahwa kau membenci hujan.” Apa katanya? Melupakan benci dengan hujan? Tidak mungkin! Mendengar kata hujan pun aku bergidik ngeri, apalagi untuk tak membencinya? Yonghwa, ku mohon jangan menambah beban hidupku lagi.

Kami keluar dari cafe dan berdiri di depan toko dengan masih menatap hujan yang turun di depan kami. Kami keluar dari toko karena toko telah tutup. Kulihat Yonghwa menadahkan tangannya untuk menampung air hujan yang jatuh sambil tersenyum. Dapat kurasakan senyumnya itu. Senyum yang mampu membuat semua orang terperanjat karenanya.

“Apakah kau akan terus memandangku seperti itu Shinhye-ya? Apakah kau baru menyadari kalau aku sangat tampan?” tanya Yonghwa padaku dan aku langsung tertunduk malu dengan pertanyaannya barusan. Ya kau memang tampan, tetapi mengapa kau begitu percaya diri menanyakan hal itu?

“Aniya! Aku hanya bingung kenapa kau seperti itu. Menadahkan tanganmu ke air hujan yang baru saja jatuh. ” tanyaku padanya bermaksud mengetahui apa maksudnya. Dia tak menjawab, hanya terus tersenyum sambil tetap menadahkan tangannya itu. Aku pun mencoba mengikuti apa yang dilakukannya.

“Kau tahu Shinhye-ya? Hujan di musim panas adalah hujan terbaik. Karena disaat pohon, daun, dan bunga mulai menghaus, mereka akan segar kembali karena turunnya hujan. Aku pun merasa demikian, tapi apakah kau tidak merasakannya? Saat ada seseorang yang ingin memberikan angin segar dan kehangatan padamu, dan disaat yang bersamaan itu kau merasa jatuh ke dalam lubang yang tak bisa kau daki, akankah dengan senang hati kau memberinya pintu masuk untuk membantumu mendaki lubang tersebut?” aku mengerti maksud dari pertanyaan Yonghwa, hanya saja aku bingung mengapa dia bisa bertanya seperti itu. Tak lama, dia membalikkan badanku dengan kedua tangannya berada di lenganku agar berhadapan dengannya.

“Shinhye-ya, na saranghae! Saranghaeyo! Apakah kau mengizinkanku untuk membantumu keluar dari lubang yang tak dapat kau daki itu? Aku akan terus menjaga dan melindungimu agar kau tak terjatuh kembali di lubang yang sama” seluruh badanku tiba-tiba gemetar, nafasku sesak seketika. Ada apa ini? Saat aku ingin menjawab semua pertanyaannya, kurasakan dia memelukku lagi. Kali ini aku dapat merasakan detak jantungnya yang sama sepertiku. Seperti atlet yang baru saja berlari marathon.

“Dapatkah kau merasakannya Shinhye-ya? Merasakan detak jantungku yang berpacu secepat kuda berlari saat dihadapanmu? Hanya saat bersamamu?” kurasakan sesuatu yang basah di pundakku. Apakah ini? Apakah Yonghwa menangis? Tapi mengapa dia menangis?

“Kau tau sejak pertama kali kita bertemu di halte bus 1 tahun lalu saat aku mencoba menyelamatkanmu dan kau malah mengiraku mencuri kesempatan juga mengiraku yadong? Sejak saat itu aku merasa tertarik padamu. Matamu menunjukkanku bagaimana jalan menuju hatiku agar hatimu berada disana dan menetap sampai saat ini,” aku kembali mencoba mengingat hal itu. Ah aku ingat sekarang!

“Ne aku tentu saja mengingatnya Yonghwa-ya, namun aku tak menyangka kalau kau telah memperhatikanku selama 1 tahun ini, bahkan memendam perasaan padaku. Aku minta maaf karena tak mengetahui hal itu yonghwa-ya. Maafkan aku atas ketidakpekaanku. Jeongmal mianhaeyo!” aku menjawab sebisaku dengan perasaan menyesalku yang turut mengalir didalamnya.

“Tak ada yang perlu dimaafkan Shinie, aku hanya perlu jawabanmu, apakah kau mau menjadi yeojachinguku? Aku sengaja mengatakan ini padamu saat hujan turun, agar kau tahu perasaanku yang telah jatuh kepadamu sama seperti hujan yang telah membasahi seluruh kota Seoul, tapi tidak akan pernah berhenti mencintaimu sama seperti hujan yang akan berhenti nantinya” Yonghwa menatapku lekat. Dia menempelkan dahinya di dahiku. Kehangatan, hanya itu yang mampu aku ungkapkan saat ini.

“Ne, aku mau menjadi yeojachingumu Yongie-ya” dia perlahan menjauhkan wajahnya dari wajahku,

“Waeyo Yongie-ya?” tanyaku heran padanya,

“Ani! Hanya saja aku bingung bagaimana kau bisa memanggilmu dengan Yongie,” dia kini makin bertanda tanya padaku,

“Aku hanya mengikutimu saat kau memanggilku Shinie, dan apakah kau tahu bahwa itu adalah panggilan orangtuaku kepadaku? Aku juga jadi bingung darimana kau bisa memanggilku Shinie,” aku kini bertanya balik padanya sambil mengerucutkan bibirku,

“Aku menemukan nama itu karena kau seperti matahari. Seperti sinar matahari yang menyejukkan hatiku disaat aku bosan dengan hidupku. Walaupun aku tahu matahariku tak sedang memancarkan sinarnya saat ini, tapi ku yakin dia akan segera memancarkan sinarnya segera mungkin” tangan Yongwha kurasakan hangat dikedua pipiku,

“Kau juga seperti matahari untukku. Menghangatkanku disaat aku merasa dingin ketika hujan turun, memberikan sinarmu untuk penerang disaat aku dalam kegelapan dalam hidupku. Terima kasih telah memberikanku arti yang baru ketika hujan turun, terima kasih untuk terus menjadi matahariku, dan terima kasih sudah membuatku tak membenci ataupun takut lagi pada hujan. Kini, aku bahkan sangat menyukai hujan. Karena disaat hujan, aku menemukan matahariku” kulihat matanya makin memerah. Dan airmata pun mulai berjatuhan satu persatu dari kedua mata indahnya. Apa ada denganmu Yongie?

“Gomawo sudah menjadikanku mataharimu Shinie-ya, aku sungguh sangat senang sekarang karena cintaku tak bertepuk sebelah tangan pada akhirnya. Aku akan menjadi payungmu Shinie-ya, aku janji!” dai kembali memelukku lagi, kali ini pelukannya seolah pelukan yang tak ingin kehilangan orang yang dicintainya.

“Kau tak perlu menjadi payung untukku Yongie-ya, kau hanya perlu menemaniku disaat aku ingin merasakan hujan. Kajja!” aku kini menarik tangannya untuk berlari ditengah derasnya hujan. Ini semua karenanya. Karenanya kau, aku ingin merasakan hujan yang selama ini kujauhi.

“Kajja kita berteduh, nanti kau akan sakit Shinie,” Yonghwa menarik tanganku untuk berteduh dipinggir toko yang tak jauh dari cafe tadi.

“Bagaimana aku bisa sakit kalau obatku itu adalah kau? Kau ini tak ingin sekali meli…” baru saja aku ingin melanjutkan kata-kataku, kini dapat kurasakan bibir Yonghwa telah berada di bibirku.

Dia menciumku dengan lembut tanpa adanya nafsu yang mendera. Aku pun ikut menikmati hal ini. Tanpa sadar, langit pun telah menunjukkan ribuan bintang kepada kami. Oh, ternyata hujan sudah berhenti. Begitu juga dengan ciuman manis kami.

“Kajja kita pulang! Aku tak ingin yeojachinguku sakit dan mengharuskan aku tak dapat bertemu dengannya besok” dia menarik tanganku menuju halte bis terdekat. Kami duduk di kursi tengah didalam bis itu. Akupun menyandarkan kepalaku di pundaknya. Kulihat dia menatapi langit dengan tersenyum.

“Kau tahu Shinie, ketika ribuan bintang datang menggantikan hujan yang baru saja turun, itu adalah pertanda bahwa alam ini menyetujui apa yang baru saja terjadi di bumi ini. Sama seperti kita,” dia mencoba mengungkapkan hal itu padaku, aku hanya mengangguk karena itu. Aku rasa malam ini aku dapat bermimpi indah. Bahkan sangaaat indah!

“Aku pulang” sapaku pada penghuni rumah ini. Namun tak kunjung kudapatkan jawabannya. Aku berjalan memasuki ruang tamu. Kulihat bibi sedang tertidur dengan selimut tipisnya. Ku ambilkan selimut yang tebal untuk memakaikannya, “Terima kasih sudah menjagaku selama ini bibi, aku menyayangimu” ku kecup dahi bibi ku dan bergegas masuk ke kamarku.

Shinhye Pov End

 

Yonghwa Pov

“Tolong jaga dia untuk kami! Kami percaya hanya kaulah malaikat yang mampu membuatnya bangun dan bangkit dari mimpi buruk ini. Terima kasih banyak” kulihat seorang ahjumma dan ahjussi berbicara padaku dan makin lama makin menghilang. Siapakah mereka? Apakah aku mengenal mereka? Dan siapakah dia?

Aku terbangun dari mimpi anehku saat kurasakan cahaya pagi banyak memasuki celah di kamarku. Aku mencoba meraba kasurku dan akhirnya aku menemukannya, handphoneku.

Kulihat ada sms disana. Buru-buru kubaca karena itu berasal dari yeoja yang sangat kucintai. Yeoja yang baru saja semalam menggandeng tanganku lembut setelah aku menyatakan cintaku padanya.

 

From : Shinie

Yongie… hari ini aku akan mengajakmu untuk bertemu kedua orangtuaku. Bukankah hari ini kau tak ada kelas? Aku pun sama. Aku akan menunggumu di halte bis depan sekolah pukul 10.00. Annyeong Yongie…

 

Bertemu dengan kedua orangtuanya? Bukankah itu berarti aku akan ke makam orangtuanya bersamanya?

Kulihat jam di kamarku yang masih menunjukkan pukul 08.30. Ku ambil handuk dan segera masuk ke kamar mandi.

Setelah selesai, ku lihat dirku di cermin dan berkata,

“Kau sudah sangat tampan Yonghwa. Kajja!” kulihat jam di arlojiku menunjukkan pukul 09.25.

Aku gowes sepedaku santai bermaksud tak membiarkan diriku terlihat kusut dihadapan Shinhye.

Aku parkirkan sepedaku di halaman sekolah dan bergegas menuju halte bis depan sekolah. Kulihat Shinhye melambaikan tangan sambil tersenyum kearahku yang berada diseberang jalan.

“Kau sudah menunggu lama? Mianhae aku agak terlambat,” ucapku padanya,

“Gwaenchana Yongie” kulihat senyumnya yang kuartikan tak ada kekecewaan sedikitpun disana.

“Kajja kita naik bis itu!” dia menarik tanganku menuju ke arah bis yang baru saja datang. Kami memilih duduk di kursi paling depan.

“Yongie, kau tahu kau adalah lelaki pertama yang ku ajak bertemu dengan orangtuaku. Dulu, aku pernah berjanji akan membawa namja yang kucintai untuk bertemu dengan mereka. Namun aku tak bisa membawa siapapun sampai akhirnya mereka…” kulihat matanya tiba-tiba menjadi merah. Aku tak ingin melihat air matanya jatuh membasahi pipinya lagi. Aku langsung memeluknya seakan tak ingin dia tersakiti lagi.

“Kau tidak harus berpura-pura, menangislah ketika kau ingin menangis, tertawalah ketika kau ingin tertawa. Dan jangan pernah mencoba membuang apalagi melupakan masa lalumu. Karena dari masa lalu, kau mampu berdiri lebih tegar hari ini. Dan kau bisa mengingat masa lalumu dengan hal-hal indah didalamnya” kutepuk pelan bahunya agar dia lebih tenang. Kurasakan dia makin terisak di pundakku. Aku sangat mengerti perasaannya saat ini.

Sekitar perjalanan 35 menit, akhirnya kami sampai di tempat ini. Tempat dimana orang-orang yang sudah tak kasat mata tinggal didalamnya. Ya, ini adalah pemakaman.

“Disinilah rumah kedua orangtuaku Yongie, ini adalah appa dan eomma.” Kulihat Shinhye menunjukkanku nisan yang bertuliskan nama kedua orangtuanya itu.

Ku perhatikan foto yang menempel di nisan itu dengan seksama. Kurasa mereka sudah tak asing lagi di mataku. Tapi dimana aku bertemu dengan mereka? Kuputar kedua otakku agar aku mengingatnya. Tiba-tiba ku ingat mimpi anehku semalam. Jadi, kedua orang yang mengenakan baju putih dan bercahaya seperti malaikat itu adalah orangtua Shinhye. Aku merasa sedikit takut akan hal ini, sampai akhirnya Shinhye membuyarkan lamunanku,

“Yongie, ada apa denganmu? Apa kau tidak senang kuajak kesini?” pertanyaan Shinhye membuatku tercengang, bagaimana mungkin aku tak senang dia mengajakku untuk menemui calon mertuaku?

“Aniya, geunyang… ah molla Shinie!” aku pun langsung menunduk memperkenalkan siapa aku pada kedua orangtua Shinhye, Shinhye sangat terlihat senang dengan yang kulakukan barusan.

“Kajja kita pulang Yongie” ajak Shinhye padaku,

“Annyeong appa, eomma! Aku akan pulang sekarang” Shinhye menarik tanganku untuk menjauhi tempat itu.

“Ahjussi, ahjumma, aku akan menjaga Shinhye seperti aku menjaga diriku sendiri, aku akan terus membuatnya tersenyum sampai saat dia sudah tidak bisa tersenyum lagi untuk selamanya” janjiku pada makam kedua orangtua Shinhye sambil tersenyum mematung. Kulihat mereka tersenyum lagi kearahku dan menghilang diantara angin yang berhembus pagi ini.

Yonghwa Pov End

End..

5 thoughts on “On Rainy Days

  1. Yeeyy suka banget sama ceritanya ,cerita2 anak sekolahan slalu asik buat dibaca 😉
    Baguss eon, ditunggu ff YongShin lainnya ^^

Tinggalkan komentar