Don’t Leave (One Shoot)

 

Don't Leave

Don’t Leave

 

 

Author: Choi Eun Hee (@Star1Girl)

Title: Don’t Leave (Tteonajima)

Genre: Romance

Cast(s):

–          Dong Hae “Super Junior” as Lee Dong Hae

–          Bora “SISTAR” as Yoon Bora

–          Hong Ki “F.T. Island” as Lee Hong Ki

–          Yoona “SNSD” as Im Yoona

–          Other Cast(s)

Back Sound: Huh Gak – I Told You I Wanna Die (Lagu Paling Nyesek ini TTuTT)

 

 

***

 

 

*Bora POV*

Sudah satu tahun. Ya, setahun. Benar benar tidak terasa bahagia. Terjerat dalam pernikahan yang tanpa didasari sebuah cinta. Aku memandang hamster peliharaanku nanar. Hidup berumah tangga kurasa seperti hidup didalam sebuah neraka. Sama perihnya seperti lukamu yang diteteskan dengan perasaan jeruk nipis. Yoon Bora, sampai kapan kau terus disiksa seperti ini? Bisakah kau meninggalkannya? Dia tidak mencintaimu Yoon Bora. Dia tidak mencintaimu. Aku menepis fikiran itu. Kurasa ia hanya butuh waktu. Waktu untuk berfikir. Kudengar suara mobil di garasi. Ia pasti sudah pulang. Aku menghentikan aktivitasku bersama Popo. Hamsterku. Lalu berjalan menunggunya di pintu depan. Akhirnya dia pulang.

 

“Bagaimana pekerjaanmu? Lancar?” tanyaku. Ia hanya diam. Dan Kemudian memberikan jasnya kepadaku. Apakah aku salah menanyakan ini?

 

“Cukup lancar” ucapnya. Tanpa ekspresi apapun. Hanya datar, dingin, dan terdengar ketus serta terpaksa. Segitu enggannyakah kau untuk menjawab pertanyaanku?

 

“Aku sudah menyiapkan makan malam untukmu. Dong Hae-ah” ucapku. Ia Kemudian masuk kedalam kamarnya. Ya tuhan. Kenapa seperti ini? Kenapa aku seperti ini? Hidupku Begitu menyedihkan. Aku terdiam. Tak ingin aku berjalan kearahnya. Ataupun menghampirinya. Sesaat Kemudian ia datang menghampiriku. Dengan maksud untuk mengambil jasnya yang berada di tanganku.

 

“Jangan memasakkan apapun lagi untukku. Aku sudah makan di kantor” ia mengucapkannya pelan.

 

“Apa… Apa kau membenciku?” tanyaku. Namun Dong Hae diam. Ia tak menjawabnya dengan kata “Ya” ataupun “Tidak”. Aku Kemudian beralih berjalan menuju kamarku. Sejak pernikahan kami, aku dan dia pisah kamar. Karena sejak menikah denganku ia sudah melayangkan perkataan itu. Aku mengunci kamarku. Dan Kemudian menangis. Memangnya apa yang bisa kulakukan? Aku hanya bisa menangis, menangis dan menangis. Aku wanita yang lemah.

 

 

*Bora POV OFF*

*Dong Hae POV*

 

 

“Apa… Apa kau membenciku?” tanyanya. Namun aku tak bisa menjawabnya. Aku diam. Aku bimbang. Antara ingin mengatakan Ya dan Tidak. Ingin kusebut keduanya. Tetapi sepertinya jawaban itu benar-benar jawaban orang bodoh. Bora Kemudian berjalan meninggalkanku menuju kamarnya. Aku melangkah kecil menuju pintu kamar Bora. Dan dapat kudengar ia terisak. Bora… Menangis?

 

“Hiks.. Hiks…” isaknya. Segitu jahatnyakah aku? Hingga membuat Bora menangis seperti itu? Maafkan aku Bora, maafkan aku. Aku berjalan menuju meja makan. Dapat kulihat ia memasakkan daging cincang kesukaanku. Makanan yang paling sering dibuat oleh ibuku. Aku sangat ingin mencicipinya. Kucoba untuk mengambil sepotong kecil daging cincang tersebut.

 

 

Drrtt.. Drrtt..

 

Ponsel-ku bergetar, rekan kantorku yang menelfon. Kuurungkan niatku untuk mencicipi masakannya. Dan Kemudian mengangkat telfon itu.

 

“Ye? Hong Ki-ssi?” aku segera berjalan menuju kamarku untuk membicarakan masalah kantor dengannya. Aku akan mencicipi daging itu nanti setelah pembicaraanku berakhir.

 

***

 

Aku dan Hong Ki berbicara sangat lama. Aku membuat janji dengan kolegaku itu agar esok malam kami dapat makan malam bersama seraya bertemu dan membahas masalah proyek yang akan kami kerjakan bersama. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 10 malam.  Aku keluar kamar. Saat aku keluar, aku tidak menjumpai lauk pauk itu dimeja. Dan ketika kulihat di Tong sampah, ternyata Bora sudah membuangnya. Aku melihat gadis itu sedang mengunci pintu depan. Ketika ia berbalik, aku memandangnya, dan dia memandangku. Mata-nya sembap. Selama itu dia menangis? Lee Dong Hae, kau adalah suami yang kejam! Rutukku dalam hati. Bora Kemudian masuk kedalam kamarnya.

 

Aku memandang kepergian Bora. Tadi ia menatapku dengan nanar. Memperlihatkan jika dirinya betul betul terluka. Memperlihatkan jika dirinya betul betul ingin disayang. Aku masuk kedalam kamarku. Dan Kemudian aku membaca beberapa buku. Setelah itu aku tidur.

 

 

***

 

Aku bangun lebih awal kali ini. Aku keluar dari kamarku. Dan kulihat Bora sedang memasak. Dengan rambut panjang yang terurai, baju ungu muda yang dipakainya, serta rok setengah tiang berwarna hitam yang ia gunakan membuatku benar benar jatuh hati pada gadis ini. Tapi mendadak aku membencinya. Ketika mengingat dia yang memisahkan aku dengan Yoona. Kekasihku.

 

“Sudah bangun? Aku membuatkanmu sarapan” ucapnya. Aku mengabaikan omongan Bora. Dan Kemudian duduk di depan TV. Setidaknya aku memiliki waktu 1 jam sebelum berangkat ke Kantor. Bora berjalan kearahku dengan membawa sepiring sandwich dan segelas susu di tangannya. Ia duduk bersebrangan denganku. Lalu menyodorkan sandwich itu padaku.

 

“Makanlah” ucapnya. Aku mematikan TV itu sejenak. Lalu membuka pembicaraan dengan Bora.

 

“Sudah berapa kali kukatakan padamu? Jangan masakan apapun untukku. Itu hanya akan membuang buang waktumu”

 

“Aku hanya mengerjakan tugasku sebagai seorang istri. Ist.. istrimu.”

 

“Kenapa kau lakukan ini? Kenapa kau menyiksaku?”

 

“Menyiksamu? Tidakkah kata katamu itu seharusnya kuucapkan dan kuperuntukkan untuk dirimu? Apa kau sadar, siapa yang lebih terluka? Ah, sudahlah. Aku tidak ingin bertengkar dipagi buta seperti ini. Jika tidak ingin memakannya, kau dapat memberikannya kepada anjing diluar sana atau membuangnya” ucapnya ketus. Bora memang seorang wanita yang sangat menghindari pertengkaran. Bora selalu mengalah. Bahkan untukku. Pabo! Lee Dong Hae pabo! Kenapa kau berkata seperti itu padanya! Aku mengambil Sandwich itu. Dan Kemudian membuangnya ketempat sampah. Aku memang tidak Begitu suka dengan tingkah lakunya. Serta… ah lupakan! Menceritakannya membuat hatiku sakit! Aku segera masuk kedalam kamar untuk mandi. Sepertinya aku akan pergi ke Kantor lebih awal.

 

 

*Dong Hae POV OFF*

*Bora POV*

 

 

“Sudah berapa kali kukatakan padamu? Jangan masakan apapun untukku. Itu hanya akan membuang buang waktumu”

 

“Aku hanya mengerjakan tugasku sebagai seorang istri. Ist.. istrimu.”

 

“Kenapa kau lakukan ini? Kenapa kau menyiksaku?”

 

“Menyiksamu? Tidakkah kata katamu itu seharusnya kuucapkan dan kuperuntukkan untuk dirimu? Apa kau sadar, siapa yang lebih terluka? Ah, sudahlah. Aku tidak ingin bertengkar dipagi buta seperti ini. Jika tidak ingin memakannya, kau dapat memberikannya kepada anjing diluar sana atau membuangnya” aku mengucapkannya. Dadaku terasa sesak untuk yang kesekian kalinya ketika mendengarnya mengucapkan kata kata itu. Aku berlalu meninggalkan Dong Hae yang sedang menatapku dengan heran. Haruskah aku bercerai darinya? Tetapi aku tidak bisa. Aku terlalu mencintainya. Aku tidak bisa berpisah dari dirinya. Karena hanya satu yang dapat memisahkan kami. Hanya 1. Aku akan tetap mempertahankan hubungan ini sekalipun aku harus terluka.

 

***

 

Aku menyiapkan makanan untuknya. Aku telah meminta bantuan sekretarisnya untuk mengantarkan makanan ini untuk Dong Hae. agar dia tak mencurigai buatanku, aku membungkusnya dengan kotak makanan seperti layaknya makanan Restoran. Aku sedikit bahagia karena kudengar dari Sekretarisnya, Dong Hae memakannya dengan lahap dan berkata makanan yang kubuat itu enak. –atau, dia lebih mengenal makanan itu dengan makanan Restoran-. Sekretaris Min telah tiba dirumahku. Kemudian aku memberikan kotak makan itu padanya. Sengaja kusediakan 2 buah untuk Sekretaris Min.

 

“Nyonya, kenapa anda tidak berterus terang saja jika ini makanan buatan nyonya?” Tanya Sekretaris Min. aku hanya tersenyum.

 

“Tidak, aku lebih suka memberikannya seperti ini. Sekretaris Min, kumohon rahasiakan ini semua dari Dong Hae, ne?”

 

“Arrayo Nyonya. Dan terima kasih untuk makanannya. Kalau Begitu saya permisi.” Sekretaris Min membawa kotak makanan itu menuju Mobilnya lalu ia pergi. setidaknya ini yang bisa aku lakukan. Nanti Sore aku akan menunggunya pulang. Andai saja ia mencicipi masakan makan malamku.. Ia pasti tahu siapa yang membuatkan makan siang itu untuknya. Aku bergegas berganti baju. Dan Kemudian pergi ke pusat perbelanjaan. Persediaan bahan makanan sudah hampir habis. Aku harus membelinya lagi.

 

***

 

Aku memilah beberapa sayuran segar dan daging yang tersedia di sana. Dong Hae tidak menyukai daging babi. Dan saus tiram. Aku tahu itu. Ia akan muntah jika memakan makanan yang mengandung salah satu unsur yang tidak dia sukai. Meskipun kau telah mencampurnya dengan bumbu apapun. Ia akan tetap merasakannya. Setelah memilah daging dan mengambil mana yang kuinginkan, kulanjutkan untuk mencari bahan makanan yang lainnya.

 

 

BRUK!!

 

Tanpa sadar aku menabrak seorang pria. Pria itu jatuh bersama barang belanjaannya. Aku segera berjongkok untuk membantunya memungut barang belanjaannya yang jatuh berserakan dilantai.

 

“Aigoo! Mianhamnida Sajangnim! Mianhamnida!” ucapku seraya membantunya. Pria ini hanya berbelanja apel. Banyak apel dan beberapa Sachet Kopi Luwak yang diimpor dari Indonesia. [Fakta: Orang Korea senang meminum Kopi Luwak. Dan Kopi tersebut sebagian besar di impor dari Indonesia>>Kita harus bangga^^ sumber: Korean Chingu]

 

“Bora? Kau Bora-kan?” Lelaki itu tampak menyebutkan namaku. Dari mana ia tahu jika namaku Bora? Aku menengadahkan kepalaku. Dan alangkah terkejutnya aku ketika yang ku tabrak adalah Hong Ki. Mantan kekasihku.

 

“Hong Ki?” Pria itu mengangguk dan Kemudian tersenyum. Astaga~ aku tidak pernah menyangka jika pria itu Hong Ki. Dia berubah. Dia tidak seperti dulu lagi. Dia sangat tinggi dan bertambah tampan.

 

“Apa kabar?” tanyanya, ia juga tetap dengan sikap ramahnya itu.

 

“Cukup baik. Bagaimana denganmu?” ucapku. Ia Kemudian berdiri tegak karena seluruh belanjaannya sudah kumasukkan kedalam keranjangnya

 

“Aku juga baik. Tak kusangka kita akan bertemu seperti ini, Yoon Bora. Bagaimana hidupmu sekarang?”

 

“Tidak berubah” ucapku. Jujur hidupku memang tidak berubah. Sejak Hong Ki meninggalkanku, Appa dan Ayah Dong Hae telah sepakat untuk meninggalkan kami.

 

“Apanya yang tidak berubah? Kau masih mencintaiku?” tanyanya tiba tiba. Aigoo~! Bukan itu yang kumaksudkan. Hidupku tidak berubah seperti saat ia meninggalkanku. Menyedihkan. Aku terdiam.

 

“Yak! Jangan serius seperti itu! Aku hanya bercanda. Kudengar kau sudah menikah. Benar?” tanyanya.Aku hanya mengangguk karena  Aku tak mampu menjawabnya karena tiba tiba saja aku mengingat Dong Hae. hingga tiba tiba aku menangis.

 

“Yak? Kenapa lagi? Apa perkataanku menyakiti hatimu? Maafkan aku!” ucapnya. Aku menghapus air mataku. Aku tidak pantas membawa masalah rumah tanggaku pada Hong Ki. Hong Ki bukan siapa siapa dalam hidupku.

 

“Tidak. Kau tidak menyakiti hatiku. Hong Ki-ah, bagaimana hidupmu sekarang? Apa kau sudah menikah?” tanyaku

 

“Belum. Aku betah melajang. Semenjak berpisah denganmu aku selalu mencari wanita yang sama seperti mu. Wanita yang sabar, ceria dan baik hati. Tapi aku tidak pernah menemukannya.”

 

“Tentu saja ada. Kau harus membuka hatimu untuk wanita lain.”

 

“Hahaha Baiklah akan kucoba. Oh iya, bagaimana jika aku yang membayar semua belanjaanmu?” Tawar Hong Ki padaku. sebenarnya ia tidak perlu melakukan hal sebaik ini padaku. aku membawa uang dan bisa membayarnya sendiri.

 

“Tidak perlu. Aku bisa membayarnya sendiri” ucapku.

 

“Ayolah Bora, anggap saja ini sebagai salam pertemuan kita. Dan kau bisakan beri aku nomor  ponselmu?” pinta Hong Ki. Sebenarnya aku agak ragu. Tapi, mantan kekasih tidak harus saling membenci, iyakan? Mereka tidak harus menjadi musuh melainkan harus menjadi teman. Aku mengiyakan permintaan Hong Ki. Dan dapat kulihat senyum bahagia mengembang dari bibir manisnya.

 

 

***

 

Aku pulang dari supermarket dengan membawa banyak belanjaan. Setelah bertukar nomor Ponsel dengan Hong Ki kurasa aku akan memiliki teman curhat sekarang. Aku masuk kedalam rumah. Dan mendapati Dong Hae sedang duduk di kursi tamu. Ia sedang berbicara dengan seorang rekan kerjanya. Mr. Liu

 

“Itu istrimu tuan Lee? Dia cantik sekali.” puji Mr. Liu aku menurunkan belanjaanku. Kemudian memperkenalkan diriku.

 

“em, Annyeonghasimnikka. Jega Lee Bo Ra imnida. Jega, Dong Hae-neun anae.”

 

“Ah~ Nyonya Lee anda tampak awet muda dan Begitu feminim. Senang bisa mengenal anda. Andaikan saja anakku Amber bisa sepertimu” Liu Sajangnim tampak tertawa. Begitu pula aku. Tentu saja tertawa. Karena anak Liu Sajangnim adalah wanita tomboy.

 

“Liu Sajangnim, kuharap anda bisa tunggu disini. Saya akan memasakkan makan malam untuk kita.” Ujarku. Liu Sajangnim Kemudian mengangguk dan melanjutkan perbincangannya dengan Dong Hae, sementara aku berada didapur. Dong Hae tampak tidak senang ketika melihatku berkenalan dengan Liu Sajangnim.

 

 

Malamnya

 

 

Aku, Dong Hae dan Liu Sajangnim sedang berada di meja makan. Mereka tampak berbincang bincang. Aku masih berlalu lalang pergi ke Ruang Makan – dapur. Karena ada beberapa barang yang selalu lupa dibawa. Hingga tiba tiba aku mendengar perbincangan Dong Hae dengan Liu Sajangnim.

 

“Dong Hae-ssi, menurutmu masakan apa yang paling kau sukai dari istrimu?” Tanya Liu Sajangnim. Aku melihat Dong Hae yang Cengo dengan pertanyaan Liu Sajangnim. Tentu saja dia Begitu. Selama ini ia tak pernah menyentuh makanan yang kubuatkan sama sekali.

 

“Aku menyukai daging cincang yang ia buat. Rasanya enak” Apa? Coba kudengar sekali lagi? Kucoba tuk mengulangi kata kata itu di kepalaku “Aku menyukai daging cincang yang ia buat. Rasanya enak” Rasanya Enak? Ia menyukai daging cincang buatanku? Astaga~ benar benar tak terduga. Sangat tak kuduga.

 

“Dong Hae-ssi. Seorang suami, harus mengatakan sesuatu dengan tulus ketika membicarakan istrinya. Katakan padaku, apa yang ada di benakmu saat kau mengatakannya tadi?”

 

“Terpaksa” DEG! Terpaksa? Ia mengatakan itu dengan terpaksa? Apa masakanku kurang enak? Atau, dia memang sengaja mengatakannya?

 

“Waeyo?” Liu Sajangnim sepertinya sangat dekat dengan Dong Hae. buktinya, Dong Hae mau menceritakan ini kepada orang lain. Atau, ia berniat membuatku menjadi istri terburuk didunia dimata orang lain? Sekejam itukah Dong Hae padaku? aku mengeratkan peganganku pada Sup yang kupegang. Tanganku pasti memerah karena panasnya almunium pada pegangan piring sup tersebut. Perlahan aku berjalan menghampiri mereka. Aku tidak mau mendengar semua alasan yang bisa membuatku menangis.

 

“Eh.. Nyo..Nyonya Lee” Liu Sajangnim tampak gugup ketika melihatku datang. Mengacaukan perbincangan serius mereka. Tahan dirimu, Yoon Bora. Kau harus terlihat tidak tahu apa-apa.

 

“Silakan dimakan. Maaf lama. Tadi aku kekamar mandi dulu.” Ucapku. Liu Sajangnim tampak melenguh lega karena menurutnya aku tidak tahu apa-apa. Kau salah Sajangnim, aku tahu semuanya. Dong Hae tampak menatapku. Tajam. Namun aku mengacuhkannya. Aku duduk bersebrangan dengan Liu Sajangnim. Sementara Dong Hae duduk di kursi utama. Ini pertama kalinya Dong Hae mencicipi masakanku. Ia mengajak Liu Sajangnim untuk makan. Saat mencicipinya, Liu Sajangnim terdiam. Apa masakanku kurang enak? Dong Hae juga terdiam. Ada apa ini?

 

“Astaga Nyonya Lee. Masakanmu enak sekali. tidak salah jika kalian menikah. Ck, Dong Hae-ssi, kau benar. Masakannya benar benar enak.” Tuan Liu memuji. Dong Hae hanya tersenyum, Apakah ia merasakan hal yang sama seperti Liu Sajangnim? Ah, Bora-ya. Kau tidak tahu apa-apa.

 

 

***

 

Usai Liu Sajangnim meninggalkan rumah, aku membersihkan meja makan. Sedikit rasa bahagia melintas dalam benakku. Karena makananku habis. Dan yang memakannya adalah Dong Hae. ini kebahagiaan tersendiri buatku. Saat aku ingin mencuci piring, ketika terkena air kurasakan perih pada kedua telapak tanganku. Dan membuat piring yang sedang kupegang terjatuh.

 

PRANG

 

“Ah!” aku mengerang kesakitan. Rasanya sangat perih. Dan tanpa kusadari aku tiba tiba menangis. Bukan karena perih yang kurasakan di tanganku ini. Tetapi karena hatiku yang masih mengingat omongan Dong Hae. hatiku sangat perih. Aku merasakan dua luka sekaligus. Tiba-tiba saja Dong Hae datang menghampiriku. Ia berjongkok melihat tanganku yang melepuh.

 

“Aku tahu kau mendengarnya” ucap tiba-tiba Dong Hae mengambil kotak pengobatan pertama dan Kemudian mengobati tanganku. Benarkah ini yang kulihat? Dong Hae…Dong Hae memegang tanganku?

 

“Kau gadis bodoh, Yoon Bora. Aku sudah terlalu banyak menyakitimu. Kenapa kau betah berada disisiku?” pertanyaannya membuatku terperangah. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri. Karena Aku terlalu mencintainya. Aku tidak bisa berpisah dari dirinya. Karena hanya satu yang dapat memisahkan kami. Hanya 1. Aku akan tetap mempertahankan hubungan ini sekalipun aku harus terluka. Walau harus mati. Dong Hae kini telah usai mengobati tanganku. Aku menatapnya datar.

 

“Kau ingin tahu kenapa aku betah disisimu? Karena aku mencintaimu. Dan selamanya akan tetap Begitu.”

 

“Tapi kau tahu aku tidak mencintaimu.”

 

“Memang. Aku tahu itu sejak awal. Terlihat jelas kau tidak ingin mempertahankan pernikahan ini. Setiap menatapku selalu ada rasa bosan yang terbesit dalam benakmu. Benar? Aku tahu kau masih mencintai Yoona. Aku tahu kau ingin bersatu dengannya lagi. Aku hanya penghalang bagimu. Yoona pergi meninggalkanmu karena ia ingin bersekolah keluar negeri. Dan saat itupula ayahku memberitahu jika kita akan menikah. Aku, selama ini berharap aku bisa menggantikan posisi Yoona di hatimu. Karena aku terlalu mencintaimu. Aku mengerti dirimu. Lee Dong Hae. setelah bertemu dengan Yoona kuharap kau dapat bahagia bersamanya. Aku akan menghilang dari pandanganmu ketika kau sudah bersama Yoona. Kupastikan takkan ada sedikitpun bayanganku dari pandanganmu” Aku mengucapkannya dengan air mata yang berlinang. Dong Hae terdiam. Kepalaku agak pusing ketika mengatakan hal itu. Namun aku menahannya. Aku berbalik. Dan Kemudian melanjutkan pekerjaanku untuk mencuci piring piring tersebut. Namun ketika akan melakukannya, Dong Hae mencegat kedua tanganku.

 

“Jangan lakukan. Biar aku yang melakukannya.”

 

“Lepaskan!! Ini pekerjaanku. Jangan pernah lakukan!” aku menepis cegatannya pada tanganku. Aku mengambil sarung tangan plastic yang ada di laci. Dan memakainya. Sedikit ngilu. Namun aku menahannya. Kulanjutkan untuk mencuci piring piring itu.

 

“Yoon Bora” panggil Dong Hae

 

“Kau tidak dengar kata-kata ku! MENGHILANG DARI DAPUR INI! SEKARANG!” Aku membentaknya dengan isakan. Aku menangis. Dong Hae Kemudian berjalan meninggalkanku. Air mataku Semakin tumpah. Entah kenapa saat ini aku merasa hatiku benar benar sakit. Sangat sakit.

 

 

***

 

 

 

Aku menatap langit dari jendelaku. Malam ini sepi. Kasihan bulan itu. Bulan itu sendirian. Seperti aku. Aku merasa sendirian. Meskipun didalam rumah ini aku tinggal bersamanya. Tuhan, kuatkan aku. Kumohon. Jika memang aku bukanlah orang yang bisa menggantikan posisi Yoona di hati Dong Hae, biarkanlah aku hidup bersamanya sampai ia menemukan Yoona. Gumamku dalam hati. Sepanjang hidupku, aku akan tetap mencintainya. Mencintainya sampai akhir hayatku.

 

 

***

 

 

“Hong Ki-ssi, kau tidak kerja?” tanyaku. Hari ini Hong Ki mengajakku untuk bertemu dengannya di Café. Hong Ki terlihat kusut. Ia pasti lelah karena bekerja semalaman. Hong Ki tersenyum padaku.

 

“Tidak. Eung? Matamu sembap, kau pasti habis menangis. Iyakan?” tebak Hong Ki. Benar, dia benar. Aku memang habis menangis. Semalaman. Aku merutuki betapa bodohnya diriku. Betapa malangnya aku dan betapa mirisnya kehidupanku.

 

“Anio..” aku berusaha menyangkalnya.

 

“Jangan berbohong padaku. Kau tidak akan bisa berbohong. Aku tahu semuanya. Dari matamu. Jujur saja padaku.” terang Hong Ki. Aku menatapnya nanar. Air mataku tiba tiba jatuh. Aku menceritakan semuanya pada Hong Ki. Dari awal pernikahanku dengan Dong Hae hingga saat ini.

 

“Kau bilang suamimu itu Lee Dong Hae? direktur utama dari Lee’s Construction?” tebak Hong Ki. Darimana ia mengetahui jika Dong Hae pemilik Lee’s Construction? Aku mengangguk. Apakah Hong Ki ini bawahan Dong Hae? mengapa aku tidak pernah melihatnya?

 

“Dasar pria jahat! Beraninya ia menyakitimu!” Hong Ki geram. Ia mengepalkan kedua tangannya. Namun aku memegang kedua tangan itu. Dengan maksud meredam amarah Hong Ki.

 

“Jangan sakiti dia. Kumohon.”

 

 

*Bora POV OFF*

*Author POV*

 

 

Dong Hae menatap meja kerjanya. Kepalanya terasa kosong. Tidak memikirkan apapun. Meetingpun berjalan dengan tidak lancar tadi. Karena ketidak seriusannya dalam mengikuti rapat. Akhirnya meeting tersebut ditunda. Ia masih memikirkan kata kata Bora yang sangat menusuk hatinya semalam.

 

“Aku, selama ini berharap aku bisa menggantikan posisi Yoona di hatimu. Karena aku terlalu mencintaimu. Aku mengerti dirimu. Lee Dong Hae. setelah bertemu dengan Yoona kuharap kau dapat bahagia bersamanya”

 

“Tuhaan! Apa yang harus aku lakukan sekarang!” gumam Dong Hae seraya mengacak acak rambutnya. Pikirannya benar benar kacau. Sangat kacau.

 

Drrtt..Drrtt..

 

Ponsel Dong Hae berdering. Seseorang menelfonnya. Ia melihat siapa yang menelfonnya. Dan Begitu terkejut ketika membaca nama yang tertera. Im Yoona. Dong Hae agak ragu untuk mengangkat telfonnya. Sudah hampir 1 tahun ia dan Yoona tak bertemu. Dong Hae Kemudian mengangkat telfonnya.

 

“Yeoboseyo?”

 

“Dong Hae Oppa. Ini aku, Yoona” ucapnya dari seberang sana.

 

“Mworago?”

 

“Bisakah kita bertemu? Aku ingin mengatakan sesuatu.”

 

 

 

*Author POV OFF*

*Bora POV*

 

 

Aku bercanda seharian dengan Hong Ki di café itu. Ternyata Hong Ki benar benar bisa membuatku melupakan kesedihanku. Kami Kemudian hendak pulang. Aku dan Hong Ki berjalan ke tempat parkir. Langkahku terhenti ketika kudapati Seseorang seperti Dong Hae berdiri dihadapan seorang wanita. Itu memang Dong Hae. dan wanita yang disebelahnya itu adalah… Yoona. Mendadak dadaku terasa sesak. Hong Ki-pun melihatnya. Dan kini kulihat Dong Hae memeluk Yoona. Sesak. Berapa lama lagi aku akan menyaksikan semua ini? Hong Ki yang terlihat kesal Kemudian hendak berjalan kearah Dong Hae. Namun aku menahannya. Kau harus pergi Yoon Bora. Kau tidak harus menyaksikan kejadian yang menyakitkan ini. Aku menarik Hong Ki agar ia pergi bersamaku. Baru saja kesedihan ini coba kuredam. Namun…Hal itu terjadi dan kulihat dengan mata dan kepalaku sendiri. Selama berada di Mobil Hong Ki, aku hanya diam. Aku masih memikirkan bagaimana cara Dong Hae memeluk Yoona. Pelukkan itu yang kuinginkan. Pelukkan itu.

 

“Kenapa kau biarkan dia memeluk wanita lain!” Hong Ki sepertinya kesal. Aku Kemudian menghela nafasku. Lalu menjawab pertanyaannya.

 

“Selama itu membuatnya bahagia. Aku akan melakukan apapun. Sekalipun aku harus merelakannya memeluk wanita lain”

 

“Kau terlalu polos Yoon Bora!! Aku tahu isi hatimu yang sebenarnya! Kau tidak bisa melihat pemandangan itu karena kaupun menginginkannya! Jangan pernah berbohong Yoon Bora!” Suara Hong Ki meninggi. Hong Ki benar. Lagi lagi dia benar. Aku memang menginginkan pelukan itu. Aku berharap Dong Hae bisa memelukku seperti itu.

 

“Buat dia sadar jika dia memilikimu Yoon Bora! Kau tidak bisa pasrah seperti itu.” Hong Ki menasehatiku. Aku tidak akan pernah bisa. Selamanya tidak akan pernah bisa. Dong Hae tidak pernah merasa jika ia memilikiku. Aku hanya dianggapnya sebagai batu sandung diantara dirinya dan Yoona.

 

“Aku, akan melakukan apapun asalkan Dong Hae bahagia.” Ujarku

 

“Termasuk merelakan dia bersama wanita lain? Itu hanya akan membuat hatimu sakit!”

 

“Kenapa kau perhatian seperti itu padaku!! Tidak perlu kau memperlakukan aku seperti saat ini!”

 

“Aku, Aku meninggalkan dirimu dan membiarkanmu berada disisi Dong Hae karena aku tahu kau mencintainya. Kau lebih mencintai Dong Hae ketimbang diriku. Aku tahu itu. Meskipun aku mencintaimu, aku rela mengorbankan perasaanku asalkan aku bisa melihatmu bahagia. Dan kau tidak boleh melakukan hal yang sama dengan yang kulakukan! Karena kau tidak tahu rasanya. RASANYA SAKIT!” aku terdiam. Hong Ki meninggalkanku demi kebahagiaanku? Aku tidak menyangka ternyata ini alasan Hong Ki meninggalkanku. Dia bukan pria egois. Hong Ki ternyata adalah orang yang…

 

“Hong Ki-ssi”

 

“Jangan biarkan orang lain merebutnya. Lakukan demi diriku. Kumohon” kami sampai. Tak kusangka ternyata Hong Ki sebaik itu padaku. aku turun dari mobilnya. Mengucapkan terima kasih lalu kulihat mobil silvernya itu menghilang. Aku masuk kedalam rumah. Seperti orang yang tiada memiliki semangat hidup sama sekali. mengingat kejadian itu membuatku kehilangan semuanya.

 

 

 

*Bora POV OFF*

*Dong Hae POV*

 

 

Aku melangkahkan kakiku pulang setelah aku bertemu dengan Yoona. Rasanya memang membahagiakan. Tetapi entah kenapa, saat memeluk Yoona diparkiran tadi aku terus saja memikirkan Bora. “Kau ingin tahu kenapa aku betah disisimu? Karena aku mencintaimu. Dan selamanya akan tetap Begitu.” Perkataan itu terus mengusikku. Yoona tampak berbeda dari Yoona yang dulu. Ia lebih pucat dari sebelumnya. Ah aku ingat. Dia sedang sakit. Dan entah kenapa pula saat mendengar Yoona telah bersuami membuatku tidak merasa patah hati. Pasalnya, selama ini aku merindukan Yoona, aku mengatakan pada Bora jika aku mencintai Yoona. Tetapi kenapa perasaanku pada Yoona tidak seperti dulu lagi? Aku masuk kedalam rumah. Dan aku Begitu terkejut ketika melihat isi rumahku yang sudah seperti kapal pecah. Berantakan dimana mana. Televisi dibiarkan hidup. Majalah majalah berserakan dilantai. Tiba tiba aku khawatir pada Bora. Apakah ada perampok? Aku mencari Bora kedalam kamar. Tidak ada. Akupun mencari Bora kedapur. Ia juga tidak ada didapur. Ketika tiba di kamar mandi aku mendengar percikkan air dan isakkan.

 

“Hiks..Hiks..” itu isakan Bora. Aku sangat yakin tangisan itu adalah tangisan Bora. Aku ingin mengetuk pintu kamar mandi itu, tapi aku merasa malu. Aku Kemudian memilih untuk berbalik dan membersihkan segala yang berserakan di ruang tengah.

 

 

Beberapa menit Kemudian…

 

Selesai aku merapikan ruang tengah, Bora tak kunjung keluar dari kamar mandi. Apa yang sedang ia lakukan di sana? Aku bertambah khawatir. Aku hendak mencarinya. Namun tiba tiba ia muncul dari pintu dapur dengan mata sembap. Ia habis menangis panjang?

 

“Kau biarkan rumah ini berantakan? Dan kenapa kau terlalu lama berendam di kamar mandi huh?” tanyaku cuek.

 

“Bukan urusanmu” ucapnya lebih cuek. Ada apa dengannya? Tidak biasanya ia seperti ini. Ah, bukankah seharusnya aku senang karena ia bersikap Begitu? Tiba tiba aku merasa lapar. Aku membuka kulkas. Tidak ada makanan ringan sama sekali? yang ada hanya sayuran. Aku melihat ke Tong sampah. Banyak sekali snack utuh yang dibuang olehnya. Aku takut untuk memungutnya. Siapa tahu itu makanan kadaluarsa. Mataku beralih ke lemari makan. Ia belum memasak? Lalu apa yang dia lakukan?

 

“Yoon Bora~! Yoon Bora~! Buka pintunya” ucapku seraya mengetuk pintu kamar Bora. Sesaat Kemudian Bora membukakan pintunya.

 

“Ada apa?” tanyanya Datar. Bora tidak pernah begini sebelumnya. Apa yang terjadi? Kenapa tiba tiba aku diacuhkan seperti ini olehnya?

 

“Aku lapar. Kenapa tidak ada makanan? Buatkan aku makanan” perintahku.

 

“Masak saja sendiri. Kau bisa mengambil snack yang kubuang ketempat sampah” ucapnya lagi lagi dengan nada yang sama.

 

“Kau kira aku binatang!”

 

“Makanan itu baru saja kubeli tapi mengingat Kau yang tidak pernah makan dirumah, jadi aku membuangnya. Terserah sekarang. Jangan ganggu aku. Aku ingin tidur.” Bora lagi lagi berbicara seperti itu. Ia tiba-tiba berubah cuek padaku. dan..

 

BLAM!

 

 

 

Ia membanting pintu kamarnya dengan kasar. Aneh, kenapa Bora bersikap seperti itu? Tidak biasanya. -_- ah! Kau ini bagaimana Lee Dong Hae! biarkan saja dia Begitu.

 

 

***

 

 

1 minggu kemudian

 

 

“Mana makan siangku, sekretaris  Min? ini sudah 1 minggu masakan yang kau bawa sangat berbeda dari yang sebelumnya. Apa restoran itu gulung tikar?” tanyaku. Aku benar benar lapar siang ini. Dan Sekretaris Min juga sudah 1 minggu membawakan aku makanan yang berbeda rasa.

 

“Joeseonghabnida, Sajangnim. Makanan yang selama ini anda makan… Bukan dari Restoran” aku terkejut. Bukan dari Restoran? Lalu dari mana ia membawakan aku makanan se-enak itu?

 

“Maksudmu Sekretaris  Min?”

 

“Selama ini, nyonya yang memasakkannya untuk tuan” ucapan sekretarisku itu membuatku terkejut. Maksudnya, Bora yang selama ini memasakkan makanan makanan itu untukku?

 

“Nyonya bilang, aku harus merahasiakan darimu jika ia yang selama ini memasakkan makan siang itu. Dan sudah satu minggu terakhir ini nyonya menyuruhku agar aku tidak perlu datang untuk mengambil makan siang lagi, jadi aku membelinya di Restoran.” lanjutnya. Aku masih tidak percaya jika selama ini Bora-lah yang membuatkan makan siang untukku.

 

“Kau tidak bercandakan Sekretaris Min?”

 

“Tidak tuan.”  Sekretaris Min kemudian kusuruh pergi. sungguh, aku masih tidak percaya. Sebaik itu Bora padaku. apa yang telah aku lakukan? Aku menyia-nyiakan wanita yang sudah sangat baik padaku. Aku menyia-nyiakan wanita yang mencintaiku. Kenapa aku Begitu bodoh? Tiba tiba Seseorang menerobos masuk kedalam ruanganku. Rekan kerjaku. Hong Ki.

 

“Hong Ki-ssi?”

 

“Cih, pria jahat! Jangan seformal itu padaku!” ucapnya. Aku kaget. Ada apa lagi ini >.< kenapa Hong Ki terlihat seperti sedang marah padaku?

 

“Memangnya ada apa?” tanyaku.

 

“Ada apa? Ada apa? ADA APA? Apa kau tidak tahu? Seberapa besar penderitaan yang istrimu alami karena ULAHmu?”

 

“Kenapa kau tiba tiba membawa istriku?” Hong Ki tiba tiba berjalan kearahku. Ia Kemudian meraih kerah bajuku dengan kasar.

 

“Aku adalah orang yang mencintai Yoon Bora!! Dan, aku adalah mantan kekasihnya. Bora memilihmu tetapi kau MENYIA-NYIAKANNYA!!! Pantaskah kau lakukan ini padanya!!” Hong Ki tampak membentakku. Aku sungguh kaget tatkala mendengar jika Hong Ki adalah mantan kekasih Bora. Hong Ki adalah orang yang mencintai Bora?

 

“Kemana hatimu!! Dimana rasa kemanusiaanmu! Kau itu suaminya! Setiap hari dia menangis dan menceritakan betapa terlukanya dia. Kau tidak tahu jika dia menangis setiap malam, membiarkan mata indahnya itu bengkak karena menangisi pria bodoh sepertimu huh! Dan terlebih lagi, dia membiarkanmu bahagia. Dia merelakan perasaannya terluka demi melihat kebahagiaanmu memeluk wanita lain!!!!” Lemas. Itulah yang kurasakan. Ketika mendengarnya membuatku benar benar merasa tidak pantas untuk memiliki Bora. Dia setiap hari terluka.. Karena aku? Pria macam apa aku ini!! Ketika aku mengacuhkannya, aku bahagia karena ia masih memperhatikan dan peduli padaku. sekarang, ketika dia mengacuhkan aku, Aku merasa bersedih karena ia tak peduli denganku lagi. Semua perasaanku, kepedulianku hanya kuberikan untuk Bora. Hong Ki membiarkan tubuhku jatuh. Aku berlutut dihadapannya.

 

“Dengarkan aku. Dia, dia sangat mencintaimu. Dia bilang, ketika melihatmu menghabiskan makanan yang dibuatnya setiap siang ia merasa sangat bahagia. Dan ketika melihatmu mengobati luka pada tangannya, ia merasa sangat bahagia. Tapi semua itu sirna ketika dia melihatmu memeluk wanita beberapa hari yang lalu.” Yoona? Ia cemburu melihatku memeluk Yoona?

 

“Mian…aku tidak bisa menjadi suami yang baik untuk Bora” tiba tiba aku terisak. Aku mengingat semuanya. Betapa kejamnya aku pada istriku sendiri.

 

“Bukan padaku. tetapi pada Bora. Jangan tinggalkan dia. Karena baginya, hanya kau yang ia cintai didunia ini.”

 

 

 

*Dong Hae POV OFF*

*Author POV*

 

 

Bora masih saja termenung menatap foto pernikahannya. Air mata-nya masih berlinang. Selama ini ia merasa diperlakukan seperti seorang budak. Bukannya seorang istri. Bora menghapus air mata yang berlinang dipipinya ketika mendengar suara mobil Dong Hae. Ia Kemudian menyembunyikan foto pernikahan tersebut. “Haruskah ku akhiri sekarang?” gumam Bora dalam hatinya. Ketika Dong Hae masuk, Bora hanya diam. Ia bingung. Kapan moment yang pas untuk ia mengatakan semuanya. Beberapa saat ia menunggu Dong Hae yang telah usai mandi. Dong Hae berjalan ke meja makan. Namun Dong Hae tak menemukan sepiringpun makanan tersaji di Meja makan.

 

“Kenapa kau tak hidangkan makan malam untukku?”

 

“Untuk apa? Bukankah kau yang menyuruhku untuk tidak memasakkan apapun untukmu? Dan sekarang aku sudah melakukannya”

 

“Kenapa kau jadi seperti ini? Yoon Bora?”

 

“Aku hanya melakukan apa yang kau pinta. Apa itu salah?”

 

“Apa kau marah karena aku menemui Yoona waktu itu?” Bora terdiam. Jujur ia memang marah. Namun ia meredam amarah itu. Asalkan Dong Hae bahagia ia rela terluka. Itulah hal yang diyakininya.

 

“Kau harus tahu alasan mengapa Yoona menghampiriku waktu itu”

 

“Tidak perlu. Tidak usah buang tenagamu demi menjelaskan hal bodoh seperti itu. Kau sudah bertemu dengan Yoona. Jadi kuharap kau bisa bahagia dengannya.” Dong Hae terkejut dengan perkataan Bora.

 

“Apa maksudmu?”

 

“Aku tahu Lee Dong Hae, kau masih mencintai Yoona. Sudah kukatakan padamu sebelumnya. Aku akan menghilang dari pandanganmu ketika kau sudah bersamanya” Jawaban Bora membuat Dong Hae terdiam lagi. Dong Hae benar benar merasa bersalah karena telah menyakiti Bora. Ia sudah menyianyiakan Seseorang yang selalu ada untuknya.

 

“Yoon Bora, maksud kedatangan Yoona waktu itu adalah ia ingin meminta bantuanku karena ia saat ini sedang terkena anemia. Dan dia membutuhkan banyak darah. Dia butuh bantuanku untuk mencari pendonor.”

 

“Bukankah golongan darahmu dan dirinya sama? Seharusnya kau donorkan darahmu untuk wanita yang kau sayangi itu. Ia pasti akan berterima kasih banyak padamu. Lalu kalian akan bersatu dalam ikatan pernikahan. Jangan pikirkan soal perceraian kita. Biar aku yang mengurusnya”

 

“YOON BO RA! Apa kau tahu perasaanku!!!”

 

“Akulah yang seharusnya bertanya, APA KAU TAHU PERASAANKU!!! Selama 1 tahun, kau memperlakukan aku seperti ini! Kau anggap aku ini siapa!! KAU ANGGAP AKU INI SAMPAH!!! Kau bahkan tidak pernah menghargai apa yang kulakukan untukmu. Iyakan? Kau hanya menganggapku sebagai budak yang bisa kau perlakukan seenaknya, yang bisa seenaknya kau kecewakan tanpa kau pikirkan betapa sakitnya aku! Budak yang tidak pantas untuk mencintaimu!! Benarkan!!! Jawab aku!!” Air mata Bora jatuh seketika.

 

“Aku mempertahankannya selama 1 tahun, karena kuharap kau bisa mencintaiku. Aku mempertahankannya selama 1 tahun, Karena aku hanya mencintaimu. Aku selalu berdoa kepada tuhan setiap hari agar kau tidak meninggalkan aku. Karena hanya kau yang kumiliki didunia ini. Selama 1 tahun aku bersabar untukmu. Selama 1 tahun aku sakit, terluka dan menangis karenamu! Aku hanya berharap kau tidak meninggalkan aku!”

 

“Yoon Bo Ra… Maafkan aku. Aku tidak bisa menjadi suami yang baik untukmu”

 

“Kau bisa menjadi suami yang baik untuk Yoona!! KAU HANYA UNTUK YOONA!”

 

“Berhenti berbicara soal Yoona! Apa kau perlu bukti!! Aku tidak mencintai Yoona!!! Aku.. Aku hanya mencintaimu dan aku tidak ingin kau mengatakan hal bodoh semacam ini!!!” Dong Hae membentak disertai isakan yang benar benar mengagetkan Bora. Tiba tiba saja Dong Hae berlutut dan mencium kaki Bora.

 

“Maafkan aku Yoon Bora. Maafkan aku. Aku sungguh menyesal karena telah mengecewakanmu” Bora tidak tega melihat Dong Hae yang selama ini bersikap dingin dan cuek padanya ternyata menyimpan cinta untuknya. Bora menangis. Ia mencoba untuk kuat dan bersikap dingin.

 

“Jangan sentuh aku!! Lee Dong Hae kau..!!!!” belum sempat Bora menyelesaikan perkataannya Dong Hae telah membungkamnya dengan ciuman. Ciuman pertama Bora. Bora awalnya memberontak. Ia ingin Dong Hae melepaskan ciumannya. Namun Dong Hae tidak menggubris Bora. Ia tetap mencium bibir lembut Bora. Sebagai bukti jika ia bersungguh sungguh dengan ucapannya. Ia mencintai Bora. Sangat mencintai Bora. Mereka berciuman sangat lama. Sangat lama. Dong Hae Kemudian memeluk Bora dengan erat.

 

“Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu.” Bora membalas pelukkan Dong Hae. Bahagia. hanya itu yang dirasakan Bora. Bora terus menangis dalam dekapan Dong Hae. ia tak mampu mengatakan apapun lagi. Ia benar benar merasa Bahagia.

 

“Maukah kau memaafkan aku? Maukah kau mengulangnya dari awal bersamaku? Yoon Bora?” Bora tidak menjawabnya. Ia hanya mengangguk disela sela tangisannya. Ini adalah kali pertama Bora merasakan hangatnya pelukan Dong Hae.

 

 

***

 

“Aku tidak percaya. Sampai saat ini aku belum bisa mempercayainya 100%” ucap Bora ketika ia sedang berbaring di pangkuan Dong Hae. Dong Hae sedang sibuk mengelus rambut Bora yang sangat lembut itu.

 

“Maksudmu, sayang?”

 

“Aku masih belum bisa mempercayai jika saat ini aku bersamamu.” Senyum manis mengembang di bibir Bora. Dong Hae tampak tersenyum mendengar perkataan Bora.

 

“Tapi… Hanya satu yang belum…” lanjut Bora.

 

“Apa itu?”

 

“Kita butuh Aegiya”

 

 

***

 

 

*Author POV OFF*

*Bora POV*

 

Aku terbangun dengan sekujur tubuh yang sakit. Aku melihat Seseorang yang sedang memelukku. Dong Hae. ia masih tertidur pulas. Aku membelai wajahnya. Meski tertidur ia tetap terlihat tampan.

 

“eungh,,, sudah pagi?” Dong Hae terbangun ketika merasakan tanganku menyusuri wajahnya. Aku tersenyum menatap Dong Hae. tubuhnya dan tubuhku masih berbalut selimut.

 

“Kenapa kau pandangi aku seperti itu?”

 

“Ini adalah malam pertama aku tidur denganmu. Aku merasa sangat Bahagia.” ucapku. Ia Kemudian mengecup bibirku sekilas. Dan Kemudian turun dari tempat tidurnya.

 

“Mulai hari ini dan seterusnya, kita akan selalu tidur berdua.” Ucapnya. Tuhan. Terima Kasih karena kau telah memberikan Namja ini untukku. Terima Kasih.

 

***

 

3 Minggu Kemudian…

 

Aku sudah merasa cukup Bahagia bersama Dong Hae. Namun, berbeda dari hari hari yang sebelumnya, entah kenapa aku merasa was was untuk hari ini. Aku tidak bisa membiarkan Dong Hae bekerja untuk hari ini. Karena aku merasa jika… Sesuatu yang buruk akan terjadi. Saat hendak membuatkan Dong Hae sarapan, tiba tiba aku merasa mual. Dengan segera aku berlari kekamar mandi.

 

“Ueekkk..ueekk..” aku memuntahkan apa yang ingin kumuntahkan. Namun, hanya air yang dapat kumuntahkan. Rasanya Begitu tidak enak. Kepalaku rasanya pusing. Namun aku menahannya. Aku Kemudian membuatkan Dong Hae sandwich. Karena kurasa untuk membuatkannya makanan yang terlalu merepotkan akan membuatku pingsan. Aku duduk disampingnya ketika kami akan makan. Aku tidak menyentuh sedikitpun sandwich yang kubuat. Aku merasa mual dan tidak enak.

 

“Yeobo, bisakah kau jangan pergi bekerja hari ini?”

 

“Memangnya kenapa?”

 

“Temani aku.”

 

“Tentu tidak bisa Chagiya, hari ini aku ada rapat penting. Tidak bisa ditunda lagi. Aku pasti pulang. Percayalah.”

 

“Tapi perasaanku tidak enak, kumohon. Turuti aku.”

 

“Chagiya, itukan hanya perasaanmu saja. Buktinya aku masih bisa tersenyum untukmu. Iyakan? Jangan berfikir yang tidak tidak” ucapnya. Ah, sungguh aku merasa tidak enak. Aku takut terjadi sesuatu pada Dong Hae. Selesai ia makan, ia bergegas mengambil tas kerjanya. Lalu ia pergi bekerja. Aku mengantarnya kedepan. Ia beberapa kali mencoba untuk menyalakan mobilnya. Namun selalu tidak bisa. Begitupula dengan mobilku. Tuhan, Apakah ini pertanda?

 

“Aarrggh!! Aku bisa telat ke Kantor jika seperti ini! Chagiya, kau yakin sudah mengisi Full Bensin mobilmu?” Tanya Dong Hae. dan aku hanya mengangguk.

 

“Ya sudahlah. Kalau Begitu aku naik bus saja. Aku pergi dulu ya.” Dong Hae berpamitan denganku. Ia mencium bibirku lagi lalu berjalan menuju halte. Perasaanku benar benar tidak enak. Ah, lupakan Yoon Bora. Dong Hae tidak apa-apa. Dong Hae sungguh tidak apa apa. Namun perasaanku sungguh tidak bisa diajak kompromi. Lebih baik aku yang memastikan sendiri. Ia harus sampai ke halte dengan selamat.

 

 

 

*Bora POV OFF*

*Author POV*

 

 

Dong Hae berjalan sambil bersiul siul menuju halte yang tidak Begitu jauh dari rumahnya. Pagi ini Begitu cerah. Tetapi ia masih berfikir keras. Ada apa dengan mobilnya? Dong Hae memasang earphone pada telinganya. Hingga yang ia dengar adalah suara lagu. Dong Hae tidak sadar jika ada sebuah mobil brutal yang sedang melaju dengan kencang. Mobil itu sudah mengklaksonnya beberapa kali. Namun na’as Dong Hae tidak mendengarnya lantaran music Di earphone miliknya itu.

 

 

BRAKKK!!!

 

 

Tabrakanpun tak dapat di hindari. Dong Hae terkapar di tengah jalan di Kota Seoul pagi itu. Semua orang berhamburan menghampirinya. Memadati pertengahan jalan tersebut hingga membuat jalanan macet. Bora melihat kejadian itu dengan mata dan kepalanya. Ia tak percaya jika pria yang sedang terbaring lemah dijalan itu adalah suaminya. Bora berlari sekencang mungkin. Ia melihat Dong Hae telah bersimbah darah. Baru 3 minggu Bora menikmati kebersamaannya bersama Dong Hae. kini Dong Hae telah meninggalkannya dengan cara yang… tragis.

 

“DONG HAE!!! DONG HAE!!! DONGHAE!!!!” Bora terisak seraya memeluk Dong Hae. air mata-nya, berjatuhan me

mbasahi baju kerja Dong Hae yang telah bersimbah darah. Ia memegang pergelangan tangan Dong Hae. berharap menemukan denyut nadinya. Namun Nihil. Bora tidak menemukannya. Inilah kenyataannya. Dong Hae, telah meninggalkan dirinya. Selamanya.

 

“DONG HAEEEEEEE~~~!!!!”

 

 

“DONG HAEEEEE!!!”

 

 

“LEE DONG HAE!!!!!!!”

 

 

 

END

RCL~ xD

13 thoughts on “Don’t Leave (One Shoot)

  1. Wow… Fantastic baby. Aku menikmati membacanya. Bagus. Suka. Menulismu baik dan pemilihan cast nya juga aku suka. Entah kenapa pemasangan yoona donghae membuatku malas, jd aku bnr2 menikmati ini. Ini sungguh nikmat.. Hemm.

  2. Ceritanya sangat bgus thor~tp sayang harus brakhr dg kematian donghae..aku kurang setuju cz kashn yoon bora dia sudah mendapatkan bnyak luka harusx brakhr dg bahagia

  3. keren!!!Bora Donghae,lumayan;)abis YoonHae agak ngebosenin cari cast yg barulahxD disini hampir nangis masa’-‘ ceritanya bagus bangetttt!!! Hwaiting Author;)

  4. huah cast kesukaan aku bora – donghae kalau yoona donghae pasti aku gak baca, males bngt baca cast yoona danghae….
    huh itu knp hae oppa bisa bgitu, ada lanjutan lagi gak eonni butuh banget lanjutan….
    gak boleh crt.a sampe sini eonni….
    T_T

Tinggalkan komentar