Deception A Masokis (Part 11)

 

DAM11

Title: Deception A Masokis 11

Genre: Politic, Friendship, Romance, Action, School live

Rate: 15th

Cast:

Kyuhyun SJ as Cho Kyuhyun

Kang Rail OC

Changmin DBSK as Shim Changmin

Minhoo Shinee as Choi Minho

Jonghyun CNBlue as Lee Jonghyun

Author: Susan

FB: www.facebook.com/susan.a.hermawan

Twitt: @sa02011

 

 

 

            Sebuah permainan waktu adalah dua momen; pertemuan dan perpisahan. Dua hal itu adalah pertaruhan yang adil antara waktu dan manusia. Betapa sering kita mengupayakan hal-hal indah saat pertemuan, pun tak mungkin kita mampu mengelak dari sakitnya perpisahan. Berpisah dan bertemu ibarat dua titik dalam lingkaran yang tak pernah bersinggungan, lahir dari hukum alam dan pertautan antara manusia dengan manusia atau manusia dengan waktu atau manusia dengan Tuhan.

 

 

 

            -= Deception A Masokis =-

 

 

 

“Astaga, Rail! Kakimu berdarah!” seru Changmin. Aku hanya menggeleng.

 

“Aku tak apa! Cepat temukan Kyuhyun!”

 

“Tapi…”

 

“Ya! Ini hanya terkena pecahan kaca!”

 

“Ruangan ini banyak pecahan kaca! Kemana sepatumu? Apa kau sudah begitu gila hingga mengabaikan keselamatanmu? Sudah berapa kali kubilang untuk mengkhawatirkan dirimu sendiri sebelum kau mengkhawatirkan orang lain?”

 

Tanpa memedulikan apa yang diucapkan Kyuhyun, aku segera menghampirinya, mengalungkan tanganku di lehernya dan menghisap aroma tubuhnya yang khas. Menempelkan tubuh kami dan saling mengeratkan dekapan. Kekhawatiranku padanya luruh setelah aku memeluknya, memastikan jika dadanya masih hangat untukku.

 

Aku tak menghiraukan lagi tenda yang masih sedikit berasap. Sesekali Changmin dan Minho terbatuk kecil, kufikir mereka merasa pengap karena asap. Sayangnya, prediksiku salah. Ya, tentu saja, asapnya sudah menguar begitu api berhasil dipadamkan. Mereka terkikik menyadari keadaanku yang memeluk Kyuhyun. oh, sekarang, aku mirip gadis kecentilan dan mengejar pria. Dengan canggung, kulepas pelukanku, menatap mereka dengan serba salah, terutama Kyuhyun.

 

“Kau—darimana?” Minho mengalihkan kekikukan yang kualami.

 

Kyuhyun tegang, rautnya terlihat menutupi sesuatu. Ia kemudian berdehem dan berkata, “aku tadi membawa Jonghyun, tangan dan kakinya terkena pecahan kaca dan kudengar dari Jihyun kalian masuk lagi dalam tenda.”

 

Aku melihat sorot mata Kyuhyun. Pupilnya membesar dan napasnya tak teratur bahkan cara bicaranya tak seperti biasa. Apa dia tengah menyembunyikan sesuatu? Tanpa kuduga, Kyuhyun mendekat, “kalungkan tanganmu!”

 

Dia membopong tubuhku tanpa menghiraukan apa aku mau dibopong olehnya, dengan langkah pelan ia keluar dari tenda. Tatapanya lurus ke depan, sementara tatapanku terkunci pada satu fokus; wajah Kyuhyun. tubuhku terasa hangat menyadari keadaan ini. Pecahan botol itu berkeretak diinjak Kyuhyun. Sesungging senyum Kyuhyun terlihat.

 

“Apa aku tampak seperti pangeran?”

 

Kyuhyun menelan ludah, aku hanya kaku melihat jakunnya yang naik turun saat menelan salivanya. Tegang. Bayangkan! Kyuhyun membopongku di depan semua orang, kami keluar dari tenda yang hangus itu diikuti Minho dan Changmin. Astaga, mirip seorang pangeran membopong dayang kerajaan dan dikawal prajurit. Dan dayang tersebut itu aku. Betapa beruntungnya aku meski memakai gaun yang compang-camping karena kusobek tadi dan style yang aneh karena aku memakai jas rapat dan tak beralas kaki, namun dibopong oleh pangeran. Aish, jinjja! Aku bisa gila kalau merasa bangga dengan hal sekecil ini.

 

Aku tak kuasa melihat sekitar, hanya cenderung menunduk atau melihat Kyuhyun saja. Kubiarkan darah menetes dari telapak kakiku dan rasa nyeri berdenyut yang seharusnya kurasakan itu tak ada, diganti rasa aneh yang menyergap tiap kali aku berduaan dengan Kyuhyun. Ah, otakku masih cukup waras untuk menyadari bahwa kami sedang dilihat orang.

 

“Turunkan aku sebelum banyak orang yang curiga.” Bisikku.

 

“Lalu kau berjalan terseok-seok karena luka di telapak kakimu?” Kyuhyun menarik bibirnya, tersenyum. “Bisa tidak kau diam saja?”

 

Ya Tuhan, butakan saja mataku sekarang agar tak melihat tatapan dari beberapa orang yang heran pada kami. Atau, butakan saja mereka yang mengumbar matanya! “Kyuhyun-ah, kumohon… turunkan aku!”

 

“Bermimpi saja!”

 

Kyuhyun menjawab dengan enteng, ia membelok ke kanan menuju sapphire line building, melewati pintu masuk bangunan dan membawaku ke ruang care and healthy. Ia mendudukkan aku di ranjang roda, mengambil pinset dan kotak obat untuk luka luar. Aku tertegun saat ia mengambil pecahan kaca di telapak kakiku dengan pelan. Ya Tuhan, dalam sehari ini aku mengeluh dan menyebutMu karena perilaku Kyuhyun. Kenapa pria ini begitu hangat padaku? Kenapa dia amat perhatian padaku? Ia benar-benar membuatku nyaman ada di sampingnya. Kyuhyun mengoleskan obat merah setelah membersihkan kakiku dengan kapas yang dibasahi alkohol. Ia membebatnya dengan kain kasa dan menepukkan tangan begitu selesai. Aku terperangah.

 

“Kau disini saja dulu, aku ingin melihat keadaan Jonghyun.”

 

“Aniya!”

 

Kyuhyun berhenti, ia menatapku. “Ada apa lagi?”

 

Kuucapkan terima kasih dan memintanya tak meninggalkanku sendirian. Kyuhyun melangkah padaku, duduk di kursi yang ada di sebelah ranjangku. “Kuantar kau ke asrama?”

 

Aku mempoutkan bibirku, tak suka dengan ajakannya. Mau mengantarku ke asrama dan meninggalkanku, begitu maksudnya. “Pergilah. Aku bisa disini.” Aku menghela napas, betapa pintarnya aku berbohong! Membohongi kata hatiku yang menginginkan Kyuhyun ada didekatku. Gila, aku terkesan manja pada Kyuhyun. Ini tak boleh terjadi. sangat diluar nalar kelakuanku kali ini. Notabenenya, Kyuhyun bukan siapa-siapaku. Tsk! Dia mau menjenguk sahabatnya dan aku melarangnya? Sangat irrasional keinginanku.

 

Kyuhyun meraih saku jasnya yang kukenakan. Aku terkesiap. oh, bodoh! Tubuhku gemetaran karena itu padahal Kyuhyun hanya mengambil ponselnya.

 

“Bagaimana Jonghyun?” Kyuhyun berbicara di ponsel, ia mengangguk-angguk mengerti dan begitu tahu keadaan Johyun yang baik-baik saja, ia menutup panggilannya. Ia menatapku lalu memainkan Samsung galaxy SHW-M110Snya dengan random, membuat putaran-putaran di udara sebelum akhirnya ia kembali bersuara.

 

“Kuantar kau…”

 

“Tidak!” potongku cepat dan disambut tatapan curiga dari Kyuhyun, pemuda itu tersenyum nakal padaku. “Apa kau masih belum puas berdua denganku?” Tanya Kyuhyun memincingkan mata dan bibirnya melengkung separo. Sialan, apa namja itu tengah berusaha memesonaku? Bisakah ia diam tanpa ekspresi agar otakku bisa normal dan bekerja maksimal? Jjincha! Kenapa berdekatan dengan Kyuhyun membuatku gila seperti ini?

 

“Aku—aku merasa janggal denganmu!” ucapku segera, mencoba menampik tudingan Kyuhyun yang menyatakan seakan aku begitu menggilainya. Bodoh! Aku tak akan semudah itu mengumbar betapa aku terpesona dan hendak gila karena dia.

 

“Kau—jika kau menolong Jonghyun, kenapa sampai jam tanganmu jatuh? Lalu kau lihat, sudut bibirmu…” Aku menegakkan tubuh agar kami sejajar, saling menatap lurus dan mempertahankan ego. Tanpa kuduga, Kyuhyun malah tertawa.

 

“Kenapa dengan—” Kyuhyun mendekat, membiarkan aku menghirup nafasnya yang segar, “sudut bibirku?”

 

Aku mengerang frustasi, kuhempaskan kepalaku di bantal dan menangkupkan tanganku di wajah. Itu adalah salah satu usahaku agar Kyuhyun tak menjejali otakku dengan kegilaan hanya karena memandangi lekuk wajahnya yang sempurna di mataku. “Pergilah, Kyu….”

 

“Hei, kau belum menuntaskan kecurigaanmu. Aku ingin mendengar analisis cerdasmu!”

 

“Oke… oke….” Aku duduk lagi, “dengar ya? Selalu ada hal aneh saat kita berdua. Kau ingat saat kita kencan, ayah mengijinkan kita pergi berdua, situsnya di bajak, saat kau dilepas dari laporan cyber crime, situs ayah kembali dibajak dan saat kau berperilaku gila di prom—memelukku dari belakang, tenda prom terbakar. Apa kau tak curiga?”

 

Kyuhyun tersenyum.

 

“Dugaanku yang terakhir, kau terlibat ini semua.” Nadaku hamper mendesis dan menatap tajam Kyuhyun. pemuda itu tertegun beberapa saat, ia menatapku, dingin.

 

“Ingat katamu di green building tadi,” Aku menatap Kyuhyun dengan kaku, “kau menyangkal kemampuan Park In membajak situs, itu artinya, kau mengatakan bahwa kau yang mampu melakukan itu semua,”

 

“Analisis yang bagus. Apalagi yang kau pikirkan tentangku?”

 

“Meski kau tahu siapa yang melakukan ini semua, kau merahasiakannya. Jam tanganmu bisa jatuh di lantai, dan sudut bibirmu terlihat memar, kufikir, kau tadi sempat berkelahi sebelum membawa keluar Jonghyun.” Selidikku dan aku mulai bergairah melihat ekspresi Kyuhyun yang tegang. “Aku tak peduli seberapa berat kau terlibat dengan hal itu. Yang kuingatkan, berhati-hatilah dengan ayahku. Dia tak sebaik dengan apa yang kau fikir.”

 

“Aku berjanji bahwa aku akan melindungimu.” Kyuhyun mendekat, nadanya pelan namun pasti membuat hatiku menghangat mendengar ucapannya.

 

“Bukan itu yang kuminta. Kau harus baik-baik saja, itu sudah cukup untukku.”

 

“Apa kau mencintaiku?”

 

“Apa begitu penting aku mengatakan kalimat itu?”

 

Kyuhyun tersenyum kaku, “Katakan! Aku mau mendengarnya.”

 

“Apa balasanmu jika aku mengatakan itu? Kau mau bercerita tentang apa yang kau alami?”

 

“Apa kau sedang membuat penawaran denganku?”

 

“Aku butuh kepastian.” Elakku lalu tersenyum, menirukan caranya menarik bibir.

 

“Baiklah, aku setuju. Tapi, aku akan menceritakan semua itu saat kau tidur denganku. Seranjang!” tambahnya, “tanpa sehelai pakaian.”

 

“Oh, penawaran yang sangat menarik.”

 

“Kurasa seimbang dengan rahasiaku.”

 

“Apa kau agen ganda?”

 

“Aku siswa high school, apa yang kubisa?”

 

Aku memanyunkan bibirku, merasa tak puas dengan jawaban Kyuhyun yang berbelit-belit. Aku menarik napas, menghempuskan udara dengan kasar, “Kumohon, keluar dari lingkaran ayahku.”

 

Kyuhyun tersenyum, “Kau tak membenciku?”

 

“Untuk apa?”

 

“Orang yang berbahaya adalah orang yang kau cintai. Dia bisa menghancurkanmu dalam sebuah titik dimana kau tak bisa bangkit dari keterpurukan.”

 

“Apa kau sedang mengatakan bahwa kau adalah orang yang kucintai dan kau sangat berbahaya untukku?”

 

“Kurang lebih begitu.”

 

“Jika benar demikian, biar saja aku mati di tangan orang yang kucintai.” Ucapku ringan.

 

“Gadis bodoh!”

 

“Aku? Aku memang bodoh karena bisa jatuh cinta dengan pemuda misterius sepertimu.”

 

“Salah. Seharusnya, kita ada di dua titik tanpa bersinggungan. Kedekatan kita hanya akan membuat orang disekitar kita dalam bahaya.” Kyuhyun tersenyum bahagia begitu mendengarku mengatakan bahwa aku mencintainya.

 

“Lalu, menurutmu bagaimana baiknya?”

 

“Pura-pura tak mengenal.” Usulnya.

 

“Ide yang bagus tapi aku tak setuju.”

 

“Umm…?” Kyuhyun berpindah, ia kini duduk di ranjang. Kami saling menatap tajam dan mengabaikan bahwa di sekitar kami mulai dipenuhi beberapa orang yang terkena luka pecahan kaca dari botol wyne.

 

“Rail…”

 

“Huum?”

 

“Tutup analisis bodohmu. Analisismu itu hanya memojokkanku seolah aku termasuk dalang dibalik ini semua.” Kyuhyun tersenyum, “jika kau mengatakan aku berkelahi tadi, itu memang benar. Tapi perkelahianku bukan karena hal yang kau katakan. Satu hal lagi, ayahmu itu orang yang baik.”

 

“Cih! Tinggalkan aku sebelum aku berkeinginan meninju wajahmu yang begitu kau agung-agungkan!”

 

“Oh, kau akan merindukanku semalaman, Ekor Tupai.”

 

“Kau terlalu percaya diri, Masokis”

 

“Rail!” Ayah menghampiriku, ia berdiri di sisiku, matanya mengamati kakiku yang dibebat Kyuhyun. “Kau ceroboh sekali.” Keluhnya. “Malam ini kau pulang saja.”

 

“Tidak!” aku bersikeras tak mau pulang.

 

“Mr. Kang, boleh kami meminta waktu anda untuk wawancara?” wartawan itu menyerbu Ayahku. Mereka berdesak-desakan dan membuatku muak.  Kuletakkan tanganku di bahu Kyuhyun. “Papah aku ke asrama!” permintaanku mirip perintah yang harus dituruti Kyuhyun. pemuda itu menelusupkan smartphonenya di jas yang kupakai lalu menarik bibir dengan bangga, ia tak memapahku malah membopongku lagi. Kurasa pipiku memanas. Kyuhyun berjalan santai dan membuka percakapan.

 

“Oh, apa yang akan ditanyakan wartawan pada Ayahmu dengan kedekatan kita ini?”

 

“Kurasa dia akan kebakaran jenggot karenanya.”

 

“Kau benar-benar putri yang tak berguna.” Kyuhyun tertawa, mengolokku. Dia fikir, dia sudah berguna untuk orang tuanya? Lelaki menyebalkan!

 

“Dan aku tak peduli dengan penilaianmu.”

 

“Eh, biasanya gadis normal akan berperilaku manis di depan orang yang dicintai.”

 

“Kau lupa? Aku bukan tipe gadis yang bermulut manis dan berperilaku baik jika ada maunya. Menjijikan sekali berperilaku seperti itu. Tingkah yang sangat murahan!”

 

“Ra-ya, kau membuatku gemas! Ahahahaaa. Sepertinya, aku benar-benar cinta mati dengan gadis seaneh dirimu. Oh, apa otakku tak normal karena menyukaimu?”

 

“Kyuhyun sayang… setahuku, cinta itu memang tak bisa dijangkau oleh logika.”

 

Aku menggoda Kyuhyun dengan panggilan sayang, membuat Kyuhyun berhenti melangkah dan fokus menatapku. “Demi Tuhan yang maha pengasih, apa otakmu memang sudah diperbaiki?”

 

APA? APA KATA KYUHYUN BARUSAN? Jadi dia fikir selama ini, otakku mengalami disorientasi, disfungsi atau gejala aneh, begitu? Astaga! Apa aku separah itu dalam imajinasi dan pendeskripsian jati diriku di pikirannya? Tuhan, beri aku tambahan hati hari ini dan ampunilah dosa besar Kyuhyun karena menuduhku begitu rendah.

 

“Seorang Rail memanggil ‘sayang’ Ahahaaa. Ra-ya, kau memang menarik. Kadang, kau mengulur hatiku dengan sikap dinginmu. Tapi kau juga mengekangku agar selalu menatapmu. Ini perpaduan sikap yang sangat keren!”

 

Mati saja kau, Kyuhyun!

 

 

 

 

TBC

 

 

RCLnya ditunggu ya? 😀

 

11 thoughts on “Deception A Masokis (Part 11)

  1. Hehe mian thor bru ksh komen lg,.kebiasaan klo crtax bgus ska kebablasan bcx.keren thor crtax,cuman….kurang pnjang,hehehe

  2. Hahaha suka sama moment kyu sama rail yg sesuanu banget 😀
    sebenarnya siapa dalang dari semua ini? Kyuhyun kah? Park in? Ibu kyuhyun? Atau author? 😀

Tinggalkan Balasan ke fitriainf Batalkan balasan