Jebal…. Gajima! Mianhae… Part 5

 

JGM5

Jebal…. Gajima! Mianhae… Part 5

(Sequel Of Jebal, mianhaeyo! Hyung..)

 

Author                       : Whindalee

Cast                            : Member Super Junior

Support Cast            : Temukan Sendiri ya..! ^^

Genre                        : Family, Friendship, Tragedy, Sad & Brothership.

Length                       : Continue

Rating                        : PG-13

 

Sebelumnya…

 

Kalian tahu? Melihat kalian seperti ini membuatku iri. Kenapa dulu aku tidak diperlakukan seperti itu?! Aku ingin ditengah-tengah pelukan hangat kalian itu.

 

Aku jadi tersadar akan suatu hal, bahwa tanpa kehadiranku kembalipun. Mereka masih bisa bahagia. Mereka masih bisa tersenyum. Tugas ku merawat Teuki hyung juga sudah tuntas. Ne, mungkin inilah saatnya aku harus kembali ke New York untuk melupakan mereka. Setelah itu aku tak akan pernah menampakan wajahku lagi didepan mereka. Mianhae…. Hyung! Ini semua demi kebaikan kalian. Aku tidak mau membuka luka lama yang hampir sembuh. Mianhae……

 

Selanjutnya…

07.30 a.m. KST

 

Tok…. Tok…. Tok….

 

“Hyung, boleh kumasuk?!” Ucapku diluar kamar Teuki hyung.

“Ne, masuk saja!”

 

Ketika kubuka pintu, kudapati ia sedang asik membaca novel diatas kasurnya yang nyaman dengan bersandar. Lalu kududuk dipinggiran kasurnya dan menatap wajahnya untuk memastikan bahwa ia sudah benar-benar pulih.

“Eoh, kau mau kemana? Kenapa rapi sekali?!” ujarnya sedikit terkejut dengan penampilanku yang terbilang formal ini. Jas, celana, dan dasi hitam dengan kemeja putih didalamnya memang membalut tubuhku yang putih saat ini.

“Kyu…..” panggilnya membuyarkan lamunanku.

“Ah, hari ini aku ada pertemuan di RS, hyung. Mungkin aku akan terlambat pulang atau bisa juga besok aku baru kembali.”

“Mwo? Apa acaranya begitu penting?”

“Ne, butuh waktu berhari-hari untuk menyelesaikan masalah di pertemuan ini, hyung. Oh ya, aku juga tidak membawa barang-barang milikku karena di RS semua fasilitas sudah tersedia. Jebal, jagalah barang-barangku, hyung!”

“Geurraseo, tapi kau membawa ponsel kan?”

“Ne, tapi kau tahu kan hyung, kalau aku jarang sekali menggunakan ponsel bahkan kau sendiri tidak pernah melihat rupa ponselku bukan?!”

“Ye… Oh, Kyu Soo-ah?!”

“Ne, hyung….”

“Setelah pertemuan itu berakhir. Bisakah kau kembali kerumah ini?”

 

Oh… Sial! Lagi-lagi air mataku memaksa untuk keluar karena ucapannya barusan.

 

“Ne, aku akan kembali. Tapi jangan menungguku jika kau sudah merasa lelah. Aku tidak ingin kau sakit lagi, hyung? Arra?” jawabku terpaksa berbohong.

Sebenarnya hari ini adalah hari terakhir ku berada di rumah ini sekaligus berada di Seoul. Kejadian kemarin sungguh menyadarkanku untuk segera pergi meninggalkan mereka walaupun terpaksa dan aku tidak bisa terlalu lama untuk tinggal disini.

“Arraseo.. Kau juga jangan terlalu keras bekerja!”

“Ye… Irrokhe.. Aku pergi sekarang, hyung!” ucapku sembari membungkuk kemudian berjalan menjauhinya dengan air mata yang jatuh beriringan.

 

Mianhae, hyung. Aku harus melakukan ini, aku yakin kalian masih dapat tersenyum dan merasakan kebahagiaan meskipun tanpa kehadiranku diantara kalian. Mianhae… Jeongmal mianhae….

 

Akupun mulai melangkahkan kaki keluar rumah, tanpa membawa apapun selain ponsel yang kugengam. Saat tiba digerbang rumah, kutatap kesekelilingnya. Berharap bahwa ini yang terakhir yang mampu kulihat, kenangan terakhir yang mampu kuingat bersama mereka. Hidup mereka pasti akan jadi lebih sulit kembali, jika aku tiba-tiba muncul ditengah-tengah kehidupan mereka lagi.

 

Heechul Pov

 

“Annyeonghasimnika… Apa Anda Heechul-ssi?” tanya seorang yeoja tinggi putih dengan rambut gelombang coklatnya yang terurai ketika menghampiriku diruang tunggu.

“Ne…”

“Bisakah Anda mengikuti saya? Sajangnim sudah menunggu Anda diruangannya langsung.”

“Arraseo.”

 

Kuikuti yeoja yang ada didepanku ini, yang ternyata adalah sekertaris partner bisnis appa. Hari ini kukembali ke Seoul pun memiliki cerita yang cukup panjang. Selain urusan bisnis yang harus kuselesaikan, dongsaengku lah yang membuatku kembali ke negara tempat ku dilahirkan.

Saat di Tokyo satu persatu dongsaengku menghubungiku. Mereka mengatakan kalau dirumah ada namja yang benar-benar mirip dengan Kyuhyun.

Semua gerak-geriknya pun menyerupai Kyuhyun. Mulai dari kebiasaan bermain game, cara makan, cara berjalan, cara berbicara, ataupun caranya bersikap.

Dengan semua cerita itu mengoyahkan niatku untuk lebih lama tinggal di Tokyo. Aku ingin memastikan apa yang telah dongsaengdeulku katakan itu sungguh nyata atau tidak? Sebab aku tak akan langsung percaya jika tidak melihat dengan mata kepalaku sendiri.

Kedatanganku di Seoul juga belum diketahui oleh yang lainnya, karena ada urusan bisnis yang harus lebih dulu kuselesaikan. Seringkali pula appa memperingatiku untuk menjaga ikatan kerjasama dengan perusahaan ini baik-baik. Ia selalu mengatakan,

Heechul, setelah tiba di Seoul kau harus menemui Sajangnim Kim Corporation. Tolong jaga kerjasama ini baik-baik karena selama ini aku merasa sangat bersalah dengan pemilik perusahaan tersebut. Bertahun-tahun aku membencinya karena sebuah kesalahpahaman. Aku percaya padamu, Heechul! Jebal, jangan kecewakan aku…

 

Kata-kata itulah yang masih terasa begitu dipikiranku. Beban yang kumiliki kian bertambah satu demi persatu. Belum bisa ku melupakan Kyuhyun selama bertahun-tahun, namun timbul lagi masalah baru dalam hidupku.

 

“Anda bisa menunggu sajangnim disini… Sesaat lagi ia akan tiba!” ujar sekertaris itu ramah sambil tersenyum ketika membuka pintu ruangan yang lainnya.

“Eoh, geurraseo.. Gamshamnida…”

Kumasuki ruangan yang terlihat rapi ini, kemudian sekertaris itupun kembali menutup pintunya dan meninggalkanku seorang diri diruangan ini.

Kutatap mendetail ruangan yang cukup megah ini. Dari sudut ke sudut tak ada satupun debu yang bisa kulihat dengan mata. Ruangan ini bersih… sangat bersih. Saat kudekati sebuah meja besar dengan kursi kulit yang terlihat nyaman menambah kesempurnaan tata letak ruangan ini.

Aku juga merasa ruangan ini tidak perlu menggunakan lampu, karena sinar matahari yang masuk cukup menyilaukan kelopak mataku.

Akan tetapi, ketika asik menikmati ruangan ini. Mataku tertuju pada satu benda. Jantungku berdetak cepat seakan ingin lepas dari tempatnya, mataku pun mulai berair saat melihat foto berukuran sedang terpajang didinding.

Didalam foto itu terdapat dua namja berkacamata yang menurutku usia namja yang satu itu melebihi 40 tahun, mungkin ialah sajangnim diperusahaan ini. Tapi, yang membuatku terkejut setengah mati bukanlah namja itu. Melainkan namja yang ada disampingnya, ia berambut coklat tua dengan kacamata yang juga menghiasi wajahnya.

“Kyu….”

“Eoh, mianhamnida membuatmu menunggu. Silahkan duduk!” ujar salah satu namja berkacamata difoto itu yang tiba-tiba muncul. Buru-buru kuseka air mata yang terlanjur menetes ini.

“Bagaimana keadaan appamu?”

“Baik, Kim Hyun-ssi.” Sahutku mencoba tersenyum.

“Oh, baguslah! Arraseo, kita langsung saja bicarakan proyek ini.”

“Ne….”

 

Rapatpun terlah berjalan lebih dari 2 jam. File yang kubawa juga sudah dibolak-balik berulang kali. Namun, tetap saja pikiranku melayang pada foto yang ada diruangan itu. Aneh namun begitu nyata kulihat, karena didalam foto itu ada namja yang begitu mirip dengan dongsaengku, Kyuhyun.

“Heechul-ssi?!”

“Oh, ne….!” ujarku kaget.

“Apa kau sudah lelah?”

“Aniyo… Aku hanya melamun.”

“Panggil saja aku ajusshi, Heechul-ssi.”

“Mwo?”

“Ne, aku risih mendengarmu terus berbicara formal padaku. Aku dan appamu ini sudah berteman sejak lama, meskipun pernah terjadi kesalahpahaman diantara kami. Tapi aku tetap menganggapnya sebagai keluargaku sendiri termasuk anak-anaknya.”

“Ne, ajusshi. Hajiman, boleh kutanyakan sesuatu?”

“Wae?”

“Hem… Didalam foto itu, apa kau mengenalnya?” tanyaku sambil menunjuk kearah foto yang sudah mengganggu pikiranku. Sesaat wajahnya menegang dan tingkahnya menjadi sedikit kikuk.

“Oh, itu putraku. Ia baru saja tiba di Seoul beberapa bulan yang lalu dan sekarang ia bekerja di International Hospital Seoul.”

“MWO?!”

“Ne, ia adalah putraku. Namanya Kyu Soo.”

“Kyu Soo?”

“Apa kau pernah bertemu dengannya?” tanyanya dengan wajah yang masih tegang dan takut.

“Eoh, aniyo.. Aku tak mengenalnya!” sahutku bohong karena tiba-tiba gelagat ajusshi jadi mencurigakan.

“Boleh kutanyakan satu hal lagi?” tambahku.

“Ne….”

“Apa kau mengenal eommaku?”

Dia hanya diam sambil menunduk, sikapnya ini membuatku semakin yakin akan satu hal.

“Mianhae, aku tidak bermaksud mencampuri masalah pribadimu. Jeongmal mianhae, jika aku begitu lancang. Ajusshi, aku juga mohon diri. Kurasa pertemuan hari ini cukup. Annyeong….” Ujarku sambil membungkuk dan berlalu.

“Chankhamman…”, suara ajusshi seketika menghentikan langkah kakiku. Aku kembali menatapnya dari kejauhan dan berharap ia menjelaskan sesuatu yang sangat ingin kudengar.

“Aku adalah teman eommamu sejak sekolah dasar. Selama bertahun-tahun ia menghilang, kemudian kutemui ia kembali disaat sudah menikah dengan appamu. Sebenarnya dulu aku pernah memendam perasaan padanya, namun aku sadar tidak akan mampu memilikinya. Hingga pada akhirnya aku menikah dengan yeoja yang begitu baik hati dan ramah. Namun, rasanya Tuhan belum mengizinkan kami hidup bahagia bersama. Istriku meninggal ketika melahirkan putra pertama kami. Keduannya tidak terselamatkan sampai membuatku benar-benar putus asa dan hampir saja berniat untuk bunuh diri.”

 

Aku hanya terdiam dan tak mampu memotong perkataan ajusshi Kim.

 

“Saat jiwaku benar-benar terpuruk, eommamu datang menguatkanku. Tapi perasaan yang pernah kualami sebelumnya, tidaklah sama pada saat itu. Aku hanya menganggapnya sebagai teman yang setia ketika ku berada disaat yang sungguh sulit seperti saat itu.”

Air mataku tumpah dan rasanya sudah tidak sanggup untuk ditahan. Aku pun langsung berjalan keluar ruangan tanpa berpamitan.

 

***

 

“Jeongsonghamnida, ajumma. Bisa tolong Anda berikan dua ikat mawar putih berukuran sedang?” ujarku saat tiba di toko bunga.

“Ye, chankhamman..”

Aku mengangguk sambil tersenyum.

 

Kini dua ikat mawar putihpun sudah ada ditanganku dan sengaja kuletakan dibangku samping mobil. Sebelum kembali kerumah, aku memang berniat untuk mengunjungi eomma dan Kyuhyun di Bukit Daegu. Sudah sangat lama aku tidak kesana…

Tatapan ku masih terfokus pada bunga mawar itu. Mengingatkanku saat pertama kali meletakan bunga di makam Kyuhyun yang masih baru dan sebelum kepergiaanku ke Tokyo menyusul appa.

 

Namun, rasanya Tuhan belum mengizinkan kami hidup bahagia bersama. Istriku meninggal ketika melahirkan putra pertama kami.

 

Ingatan itu tiba-tiba saja muncul dalam benakku hingga terasa bahwa aku adalah namja yang pabo. Ye.. Jeongmal paboya!

“Aish, kenapa aku baru menyadarinya? YA! Paboya!!” ujarku kesal sendiri sambil memukul kepala.

Dengan sigap kuputar kunci mobil hingga mesin benar-benar menyala dan kulaju dengan cepat semakin cepat.

“Akan kuselesaikan masalah ini setelah kembali dari pemakaman.” Gumamku yakin sambil mempertajam tatapanku kejalan raya.

Jarum spidometer kini sudah menunjuk ke angka 80. Namun, rasanya masih kurang cepat untuk segera tiba dipemakaman itu. Aku terus berdoa dalam hati, memohon dan mengharapkan semua yang ada dipikiranku ini benar terjadi.

 

***

 

Author Pov

 

Angin berhembus pelan membiarkan rambut yang sedikit basah karena keringat berangsur mongering. Kaki panjang itupun menginjak rerumputan hijau yang subur di Bukit Daegu. Jas abu-abu yang sebelumnya ia kenakan itu telah dilepas, membiarkan kemeja lengan panjang yang digulung berwarna biru laut terlihat begitu jelas.

Ia berjalan dengan tenang sambil memeluk dua ikat mawar putih sehingga menutupi sebagian wajahnya yang manis dan langkahnya harus terhenti, walaupun belum tiba ditempat tujuan.

Buliran bening itu jatuh berlombaan melewati pipi, mengenai putik mawar putih yang masih mengatup separuh. Menatap langit-langit yang dipenuhi awan, menyerupai permen kapas yang putih tersebut. Ia menarik nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan langkah kakinya.

Baru beberapa langkah ia berjalan, namun dengan terpaksa harus terhenti lagi karena keraguannya untuk menghampiri namja yang sedang berdiri didepan salah satu makam. Dan saat ini tinggal beberapa meter ia mendekati namja sekaligus makam tersebut.

 

dashin na gateun saram saranghaji malgo
dashin geuriwuhhal saram mandeulji malgo

nuhman barabogo nuh anim an dwesuh
harudo mot buttil mankeum saranghae jooneun saram manna jaebal

nun apa nal jabeuryuh hajiman
pyungseng neh gyutten haengbokhaejil jashin ubtneun
bigubhan yuhjaya

“Yeoboseyo! Ne, appa… Aku akan kembali ke New York sore ini.” Ujar namja yang berdiri didepan makam Eun Hyo Rim.

Heechul yang mendengar pembicaraan tersebut langsung terkejut dan tak percaya. Pertama, karena namja yang bernama Kyu Soo tersebut mengatakan akan kembali ke New York dan yang kedua, gantungan kerang yang ada diponselnya masih teringat dengan jelas oleh Heechul.

 

Flashback

 

“YA! Tas milik siapa ini? Tidak bisakah letakan benda ini ditempatnya?!” oceh Eunhyuk tidak karuan.

“Taruh saja ditempatnya semula. Pasti tas itu akan diambil oleh pemiliknya..” jawab Heechul yang tak mau ambil pusing.

“Ah ne.. Eoh, omo! Coba kau lihat, hyung. Mwo ya?” ujar Eunhyuk yang entah itu kagum atau justru menyindir ketika melihat sesuatu ditas yang ia pegang.

Ditas tersebut memang terdapat gantungan kerang batu yang terlihat unik dan jarang ditemui hingga Heechul tidak melepaskan pandangannya pada benda itu.

“Hyung…”

“Biarkan saja!! Kau tidak perlu memikirkan benda yang pantas untuk yeoja itu.” Tukas Heechul tajam.

“Mwo? Kau bilang apa, hyung?” tiba-tiba saja Sungmin menyambung seakan tak terima ucapan Heechul.

“Yang dikatakan Chullie hyung itu benar, Minnie-ah! Benda seperti ini lebih pantas jika dipakai oleh seorang yeoja.”

“Jebal! Jangan katakan hal sembarangan mengenai benda itu. Gantungan kerang ini tanda persaudaraan serta persahabatanku, Kibum, Kyuhyun, dan Teuki hyung bersama. Dan tas yang sedang kau pegang itu Hyukjae, itu milik Kyuhyun.” Ucap Sungmin seraya merampas tas dari Eunhyuk.

“Tanda apa? Hah, kalian seperti anak kecil saja. Terlalu kekanak-kanakan…!” ujar Eunhyuk.

“Terserah kalian mau mengatakan apa! Yang jelas benda ini begitu berarti bagi kami.”

Sungmin menampakkan wajahnya yang sedikit kesal sambil menjauhi Heechul dan Eunhyuk yang sedang tersenyum mengejek.

 

Flashback End

 

“Benarkah itu kau?” gumam Heechul dalam hati.

Aku tidak mungkin salah. Semua sudah terlihat dengan jelas perlahan-lahan. Mulai dari semua ucapan dongsaengdeulku, foto diruangan Ajusshi Kim, kata-kata Ajusshi Kim, hingga gantungan kerang batu diponselnya itu. Semua sama…. Sangat sama…

“Ne, appa! Akan kuhubungi kau lagi, jika aku akan segera berangkat. Annyeong…”, Kyu Soo mengakhiri pembicaraannya melalui ponsel itu. Heechul pun berjalan mendekati Kyu Soo dengan hati yang kalut dan lainnya.

“Apa yang sedang kau lakukan disini……. Kyuhyun-ah…..” ujar Heechul akhirnya.

 

 

 

 

Tbc

14 thoughts on “Jebal…. Gajima! Mianhae… Part 5

  1. jeebaaalll………
    lanjutiinn saeeeng……

    Kyu…
    ngaku gak yaaahh…..

    chulliieee…bawa plg Kyu..
    itu dongsaengmu…..

  2. tadi ky’nya sdh koment…
    kok gak nongol ya tulisannya…

    Chuulliiiiiieee………..
    beneran aja….dia itu Kyu….
    bawa pulang chulliee..
    jangan ragu lagiiiii…..

    x ini …
    chulliiee yh harus bawa KYU
    balik lagi jadi magnae mereka………!!

  3. chuliee kembali, wah apakah kyu mau ngaku g’ ya, cepet bawa pulang kyu chullie dia dongsaengmu chullie selesaikan semua kesalah pahaman selama ini chulie, thor cepetdilanjut dah penasaran ni, please………

Tinggalkan Balasan ke indah bebe Batalkan balasan