FF – Someday [One Shoot]

 

jokwang

 

Title : Someday

Author : Dhiianiie

Cast :

  • Jo Kwangmin
  • Kim Ahra
  • Other Cast

Genre : Romance

Rating : T

Lenght : One Shoot

Warning : TYPO

Disclaimer : FF ini 100% imajinasi saya.

 

—–HAPPY READING—–  DON’T FORGET RCL ^^

 

Rintik hujan diluar sana masih setia menemaniku. Menemaniku malam ini. Aku menerawang jauh melihat kelangit yang gelap. Rupanya malam ini sang dewi malam tak menampakkan wujudnya. Awan hitam menyelimuti langit malam ini. Bunyi petir sesekali menggelegar. Aroma khas tanah sudah tercium masuk ke rongga hidungku mengalir hingga otakku sampailah pada sebuah perkiraan. Yah~ rupanya malam ini hujan akan kembali turun.

Aku sekarang beralih pada ranjang king size-ku. Merebahkan tubuhku disana. Mata ini rasanya sulit sekali untuk terpejam. Beberapa kali aku mencoba untuk menutup mata tapi masih saja sulit. Dikesunyian malam aku masih terjaga. Merasakan setiap hembusan angin malam yang menerobos masuk ke kamarku melalui celah-celah kecil pentilasi kamar.

 

Malam yang sunyi. Hanya lantunan lagu sendu yang menemani. Tapi kini sudah tak terdengar lagi karena sudah ku matikan. Hanya kesunyian yang kini menemani kelamnya malam. Aku tak sendiri. ada seseorang yang menemaniku. Menemani malam sunyiku. Seseorang yang amat begitu ku cintai. Ia tengah terbaring seraya membaca sebuah buku. Hingga mengabaikanku begitu saja. Tapi tak apa. Aku sangat bahagia karena bisa bersamanya. Mengingat beberapa saat lalu aku sempat terpisah dengannya.

 

# # # # #

 

Aku berjalan menelusuri trotoar kota Seoul. Ramai~ suasana itu yang tergambar. Mungkin ini akhir pekan. Aku hanya berjalan sendiri. jujur aku iri melihat orang yang berlalu lalang berpasang-pasangan. Diumurku sekarang aku masih sendiri tanpa pendamping hidup.

 

Kakiku terhenti tepat disebuah butik. Kulihat gaun putih yang begitu cantik. Tanpa kusadari aku melangkahkan kakiku masuk ke dalam butik tersebut. Entah kekuatan apa yang membawaku sampai ingin mencoba satu gaun pengantin. Tapi aku mengurungkan niatku dan hanya menyentuhnya saja.

 

“Agassi apa kau mau mencoba gaun yang ini?” Tanya seorang pramuniaga padaku. Aku sedikit terkejut karena sedari tadi aku terus memandangi gaun tersebut.

“Ah aniya..” Aku langsung saja keluar dari butik tersebut setelah menyahuti pertanyaan pramuniaga tersebut.

Aku kembali berjalan menelusuri trotoar kota Seoul. Berjalan tanpa tujuan. Cukup membosankan. Tapi aku lebih bosan jika harus terus terkurung di apartemenku. Aku mencoba membuka phone cellku yang sedari tadi siang sudah sepi seperti kuburan. Percuma aku mempunyai phone cell. Toh tidak pernah ada yang menghubungiku. Teman temanku~ mereka hanya akan menghubungiku jika ada sesuatu yang penting saja. Atau saat mereka membutuhkanku. Mereka sangat sibuk dengan namjachingunya sendiri. Oh tuhan~ sepertinya aku begitu malang. Namjachingupun aku tak punya.

 

BRUKKKKK…..

Ah tidak,,pundakku begitu sakit saat aku tak sengaja menabrak seseorang. Seorang namja. Bodohnya diriku yang sedari tadi memainkan phone cell dan tak melihat jalan. Phone cellku pun sampai terjatuh dibuatnya.

 

“Mianhae..” Ucapku seraya membungkukan badanku.

“Gwaenchana..” Tembal namja itu. Ia lalu membungkuk untuk mengambil phone cellnya. Rupanya ia juga tengah memegang phone cellnya sama sepertiku hingga terjatuh.

“Aigoo,,phone cellku..” Aku pun segera mengambil phone cell touch screenku.

“Untung saja phone cell ini tidak apa-apa..” Ucap namja itu. Kecil sekali suaranya. Ya rupanya ia hanya berbicara sendiri.

“Sekali lagi mianhae..” Aku membungkukan badanku lagi. Tapi namja itu tak bergeming dan hanya tersenyum manis padaku. Ia kemudian melenggang pergi meninggalkanku.

“Gwaenchana..” Ucapnya saat berlalu meninggalkanku seraya menepuk pundakku.

 

********

 

Tak terasa sudah selarut ini aku baru kembali ke apartemenku. Aku menaruh sembarangan tasku seraya menghempaskan tubuhku ke sofa. Lumayan melelahkan berkeliling jalanan hingga selarut ini.

DRTTTT…DRTTTTT…DRTTT….

Tak biasanya ada yang menghubungiku. Ah paling ini dari orang tuaku. Aku segera melihat layar phone cellku. Tapi kenapa tidak ada nama penelponnya. Tapi tunggu dulu. Ini seperti nomorku.

 

“Yoboseo..” Ucapku membuka percakan.

“Yoboseo..” Tembal seseorang dari sebrang. Dan tunggu dulu~ ini seperti suara namja. Perasaan aku pernah mendengarnya. Tapi dimana?. Dan suaranya sangat familiar bagiku seperti suara seseorang yang begitu aku rindukan. Tapi aku sendiripun tak tau siapa orang itu.

“Ne,,nuguya?” Tanyaku.

“Emm,,mianhae. Apa kau orang yang tadi menabrakku? Rupanya phone cell kita tertukar..” Ucap namja itu. Aigoo,,apa mungkin ia benar.

“Yang benar?” Kata itu yang spontan begitu saja keluar dari mulutku.

“Tentu saja. Walpaper phone cell ini pun rupanya fotomu..”

“Mianhae..aku tidak tahu..” Ucapku merasa bersalah.

“Kau tidak salah agassi. Tapi aku yang salah karena tadi aku yang mengambil phone cell ku terlebih dahulu..” Kata namja itu. Dari nada bicaranya terdengar juga ia seperti merasa bersalah.

“Agassi,,bisakah kita bertemu? Kalau kau bisa. Nanti aku akan mengirim pesan dimana kita bisa bertemu.” Sambung namja itu lagi.

“Ne,,arraseo..” Aku langsung memutus telponku.

 

Aigoo,,aku tak pernah menyangka ini bisa terjadi. Tapi saat ku lihat phone cell ini sama persis dengan phone cell ku. Mungkin tipenya sama.

 

********

Ku kira namja itu akan mengajakku dimana. Ternyata ditempat kemarin aku menabraknya. Ia sudah terlihat tengah berdiri menugguku. Rupanya aku sedikit terlambat.

“Mianhae aku terlambat..” Kataku saat menemuinya.

“Gwaenchana,,aku juga baru datang..” Tembal namja itu dengan menyunggingkan senyumannya. Jujur saja dia begitu tampan. Senyuman itu seperti sudah tak asing bagiku. Lagi-lagi aku merasakan kerinduan yang begitu dalam. Entah senyuman siapa yang aku rindukan.

“Ige..” Namja itu memberikan phone cellku. Aku pun segera merogoh tasku untuk mengambil phone cellnya.

“Mianhae,,kemarin aku begitu ceroboh..” Sambungnya. Aku langsung menukarkan phone cellnya.

“Ne gwaenchana..” Sahutku. Namja itu langsung memeriksa phone cellnya. Apa ia curiga aku mengotak-atik phone cellnya. Hmm,,bahkan aku tak berani membukanya.

“Emm,,kalau begitu aku duluan ne..” Aku langsung membalikkan tubuhku untuk pergi meninggalkannya hingga ada sesuatu yang menahan tanganku.

“Gomawo ne..” Ucapnya saat aku menolehkan kepalaku.

“Cheonmaneyo..” Tembalku singkat seraya menarik pelan tanganku hingga ia melepaskan tangannya.

 

*********

 

DRTT..DRTT…DRTT….

Phone cellku tiba-tiba bergetar. Kali ini benar-benar tumben sekali ada yang menelponku. Karena kali ini, ini benar-benar nomor phone cellku. Tapi ini nomor siapa. Aku saja tidak tahu karena tidak ada ID penelponnya. Tapi nomor ini seperti nomor siapa yah,,aku seperti pernah mengingatnya.

 

“Yoboseo..” Kalimat itulah yang selalu menjadi pembuka telpon yang ku terima.

“Yoboseo..” Suara namja itu lagi. Dari mana dia tahu nomorku.

“Ne,,bukankah kau namja yang tertukar phone cellnya denganku?” Tanyaku.

“Ne..”

“Ada apa kau menghubungiku? Bukankah urusan kita sudah selesai?” Tanyaku to the point.

“Ne urusan kita sudah selesai. Tapi aku ingin menelponmu. Apakah tidak boleh?” Tanyanya. Aigoo,,namja ini apakah dia ada maunya. Yah apa dia ingin berkenalan denganku.

“Boleh saja..” Kataku datar.

“Kalau boleh tau siapa namamu?” Tanyanya lagi.

“Emm,,untuk apa bertanya namaku?” Aku sedikt mengolok-oloknya. Kekeke biarkan saja. Lagi pula aku paling malas meladeni seseorang ditelpon seperti ini. Karena ini bukan kali pertama ada orang yang mengajakku berkenalan ditelpon.

“Tentu saja agar kita bisa saling mengenal..” Sahutnya.

“Ah jadi begitu..”

“Ayolah beritahu siapa namamu?” Rengeknya sangat menyebalkan bagiku.

“Baiklah. Ahra imnida..” Akhirnya aku mengalah dan memberitahu namaku.

“Ah nama yang bagus..” Pujinya. Emm dia memujiku apa sedang modus saja. Rasanya sudah basi sekali berbicara seperti itu.

“Ah masa..sudah dulu ne. Aku mengantuk ingin tidur..” Aku mencoba mengakhiri telpon.

“Tunggu dulu. Apa kau tidak ingin tahu namaku?” Tanyanya. Untuk apa aku mengetahui namanya. Tidak penting sama sekali. Tapi tidak enak juga kalau aku berbicara tak meneyenangkan padanya. Nanti aku bisa dikira yeoja yang sombong.

“Baiklah~ siapa namamu?” Tanyaku terpaksa.

“Jo Kwangmin imnida. Bangapseumnida..hehe..” Terdengar sedikit tawaannya. Jo Kwangmin_aku seperti pernah mendengar nama itu. Tapi dimana. Ah mungkin saja banyak yang memakai nama itu.

“Kita kan sudah saling mengenal jadi aku tutup yah telponnya. Ppyong..”

“Tung..” Katanya terputus karena kali ini aku sudah menutup telponnya. Aku masih memikirkan sesuatu. Yah anama itu. Seperti sudah mengenalnya begitu lama. Padahal aku baru mengenalnya malam ini.

 

Hwaaa..tapi dia orang aneh. Aku tak tertarik berkenalan dengan seorang namja tak jelas. Apalagi itu melalu telpon. Hanya orang yang tak ada kerjaan yang melakukannya. Okeh sekarang waktunya untuk tidur.

 

*************

 

Siang ini matahari begitu terik. Mengapa bis sangat lama sekali. Sampai kapan aku harus menunggunya. Keringat sudah mengalir deras dipelipisku. Rasanya aku sudah lemas. Mengingat banyak keringat yang telah kukeluarkan.

Tiba-tiba saja sebuah motor sport hitam berhenti dihadapanku. Seorang namja membuka helmnya. Tapi tunggu dulu~ itu kan namja yang kemarin.

“Anyeong Ahra,,kau sedang apa? Apa kau sedang menunggu bis?” Tanya namja itu. Siapa itu namanya aku lupa. Ah iya Jo Kwangmin.

“Anyeong Kwangmin. Emm~ kau pikir aku disini sedang apa selain menunggu bis, eoh?” Tanyaku dengan sedikit ketus. Kenapa aku harus bertemu dengan namja aneh ini lagi. Namja aneh,,kadang ia bertanya yang tak perlu. Seperti barusan ‘kau sedang apa? Apa kau sedang menunggu bis?’. Sudah tahu tapi masih bertanya.

“Ahaha,,aniya. Apa kau butuh tumpangan? Kalau kau butuh tumpangan aku bersedia mengantarkanmu..” Tawarnya. Tapi aku juga sudah lelah menunggu bis. Jadi tidak ada salahnya jika aku ikut dengannya.

“Baiklah! Tolong antarkan aku pulang. Aku sedari tadi menunggu bis tapi tak muncul juga..” Aku pun langsung menghampirinya.

“Okeh,,naiklah..” Katanya. Dengan segera aku langsung naik ke atas motornya.

Deg~

Jantungku tiba-tiba saja berdegup kencang. Hatiku bergetar hebat. Kepalaku pusing. Aku seakan-akan pernah melakukan hal ini. Ah mungkin aku mengaco. Punya namjachingu saja belum pernah. Mana mungkin aku pernah dibonceng oleh seorang namja.

.

.

.

“Gomawo ne kau sudah mau mengantarku..” Kataku saat memberikan helmnya.

“Cheonmaneyo..” Tembalnya seraya membuka helm-nya. Omona~ dia tersenyum padaku. Senyumannya,,errrr~ begitu manis.

“Kau kenapa melamun seperti itu?” Tanyanya sedikit mengagetkanku yang tengah memandangnya.

“Aniya,,kalau begitu aku masuk dulu ne..”

“Bye..” Ia melambaikan tangannya padaku. Saat aku mulai melangkahkan kaki menuju apartemen terlihat ia masih melambaikan tangannya padaku. Dengan senyuman itu lagi. Dia begitu tampan saat tersenyum padaku. Aku tek mengerti kenapa dia sangat mempesona ketika tersenyum. Lagi-lagi aku merasakan merindukan sebuah senyuman. Entah itu senyuman siapa. Argh~ pikiranku kali ini kacau.

 

*******

 

Beginilah rupanya nasib seseorang yang tak punya kendaraan pribadi. Aku harus pergi ke kampus dengan bis. Kalau tidak menggunakan kereta bawah tanah. Tapi entah kenapa aku enjoy-enjoy saja menjalaninya. Hari ini beda dari biasanya. Aku ingin naik kereta bawah tanah saja. Tinggal beberapa meter lagi aku akan sampai di stasiun.

 

Aku akan menyebrang. Tapi disebrang sana terlihat seseorang tengah melambaikan tangannya padaku. Argh,,namja yang kemarin_Kwangmin. Kenapa aku selalu bertemu dengannya. Kenapa dia ada dimana-mana. Tapi ke stasiun aku harus menyebrang dan tidak ada jalan lagi.

 

Baiklah aku pura-pura tak melihatnya. Sampai pada akhirnya ia menahan pundakku dengan tangannya hingga aku menghentikan langkahku.

“Waeyo?” Tanyaku tanpa berbalik.

“Kita bertemu lagi..” Ucapnya sembari melepaskan tangannya dari pundakku, aku berbalik melihatnya.

“Ne..hehe..” Kataku dengan senyuman yang hambar. Tapi dia malah tersenyum semanis itu padaku. Mungkin sekarang aku tengah terpaku melihat senyumannya.

“Ya!kenapa kau melongo seperti itu..” Dia mengguncang-guncangkan tubuhku sampai kesadaranku dari pandangan ini kembali.

“Ah ani,,ani..” Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Berharap ia tak menyadari pandanganku tadi.

“Apa kau butuh tumpangan lagi?”

“Ani,,aku mau naik kereta bawah tanah. Lagi pula ini ke stasiun kereta bawah tanah sudah dekat..”

“Baiklah kalau begitu. Aku duluan ne..” Ia pergi meninggalkanku menuju motornya terlihat raut kekecawaan dari wajahnya. Tapi untung saja ia tak memaksaku. Huft,,kenapa aku terus bertemu dengannya.

.

.

.

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan lama. Aku sampai juga di kampus. Untung aku tidak terlambat. Masih ada sedikit waktu sebelum kelas dimulai untuk pergi ke perpustakaan. Lebih baik aku pergi ke perpustakaan dulu.

“Ahra-ya..” Panggil seseorang yang berhasil membuatku tercengang saat aku akan masuk ke perpustakaan. Namja itu lagi kenapa aku harus satu kampus juga dengannya. Yah siapa lagi kalau bukan Kwangmin.

“Ka..Kau..” Ucapku terbata sembari menunjuknya.

“Ya ini aku..hehe..” Dia malah tersenyum manis padaku. Apa ini. Akhir-akhir ini kenapa aku harus bertemu dengan orang sepertinya. Memang dia tak menggangguku. Tapi aku tak suka dengan sikapnya yang sok akrab denganku padahal kamin baru saling mengenal.

“Kwangmin-ssi,,ternyata dunia ini begitu sempit yah..” Ucapku.

“Maksudmu?”

“Yah,,pikir saja sendiri..” Kataku lalu masuk ke dalam perpustakaan. Aish,,masa ia tak mengerti perkataanku.

“Apa maksudnya..” Bisik Kwangmin yang sedikit terdengar olehku. Aku hanya bisa menunggingkan senyuman. Masa ia benar-benar tak mengerti dengan apa yang aku dengannya alami. Mulai dari pertemuan yang tiba-tiba. Sampai phone cell kami yang tertukar.

 

***********

 

Argh~ kenapa hari ini harus hujan. Mana aku tak membawa payung lagi. Halte bis lumayan jauh dari kampus. Aku bisa basah kuyup. Tapi kalau aku menunggu hujannya reda akan sangat lama sekali. Lebih baik aku terobos saja.

 

Aku berjalan sendirian ditengah derasnya hujan. Kota Seoul begitu sunyi beda dari biasanya. Jarang sekali mobil yang melintas. Padahal biasanya jam seperti ini sangat ramai.

“Kenapa kau hujan-hujanan? Nanti kau bisa sakit?” Tanya seseorang ditengah keheningan. Tiba-tiba saja aku tak merasa guyuran hujan lagi. Aku mendongakkan kepalaku. Payung~ ada yang memayungiku. Saat aku menoleh kesampingku. Kwangmin_ia tersenyum padaku.

“Aaaaa,,kenapa namja ini muncul lagi. Kenapa ia selalu tahu keberadaanku..” Batinku menjerit.

“Kenapa kau diam saja tak menjawab pertanyaanku?” Tanyanya lagi. Dasar namja cerewet. Kurasa ia lebih cerewet lebih-lebih dari seorang yeoja.

“Aku sedang berjalan menuju halte Kwangmin-ssi. Terus kau kenap berjalan? Bukankah kau bawa motor?” Tanyaku.

“Motorku ada dibengkel..” Jawabnya singkat. Perasaan tadi pagi dia masih membawa motornya ke kampus.

“Oh..” Aku hanya ber-oh ria. Kami pun sudah sampai di halte. Aku langsung duduk menunggu bis. Tak lama bis pun datang. Aku segera menaiki bis tersebut diikuti oleh Kwangmin.

“Huft,,bajuku basah..”Gerutuku.

“Apa aku bilang! Jangan hujan-hujannan..” Kata Kwangmin yang sudah ada disebelahku. Aku tidak terkejut sedikitpun karena sudah kuduga ia pasti duduk disebelahku.

“Hehe..” Senyuman hambarku berikan padanya.

“Pakailah ini. Kau pastikedinginan..” Selang beberapa detik ia melepaskan syal yang dipakainya dan melilitkan dileherku.

“Tapi ini kan punyamu..” Aku menatapnya sesaat, ia mlah terdiam.

“Pakailah. Kau lebih membutuhkannya untuk menghangatkan tubuhmu. Bajumu basah seperti itu..”

“Gomawo..” Ucapku. Aku tertunduk. Aku tak berani memandangnya lagi. Ternyata ia begitu baik. Walaupun menyebalkan. Tapi sudah dua kali ia menolongku. Pertama saat aku lama menunggu bis. Sekarang ini! Ia meminjamkan syalnya padaku. Hmm~ aku tak sengaja mencium syal ini. Bau aroma parfumnya begitu menempel.

BLUK..

Tiba-tiba Kwangmin menyenderkan kepalanya dipundakku. Apa-apaan orang ini. Kenapa seperti ini.

“Kwangmin-ssi kau apa-apaan. Jangan seperti ini..” Aku mencoba mendorong kepalanya dari pundakku. Tapi kepalanya lebih keras menahan dipundakku.

“Aku mengantuk. Jadi aku pinjam pundakmu sebentar..” Katanya lirih.

.

.

.

Akhirnya perjalanan sebentar lagi perjalanan yang menyebalkan ini berakhir juga. Sepertinya Kwangmin benar-benar tertidur di pundakku.

“Kwangmin-ssi ireona..” Aku mengguncang-guncangkan tubuhnya. Ia hanya melenguh sesekali. Demi apa dia benar-benar menyebalkan. Kepalanya begitu berat dipundakku.

“Kwangmin-ssi ireona..” Kataku sekali lagi masih dengan mengguncang-guncangkan tubuhnya. Dia mengerjap-ngerjapkan matanya dan menguceknya dengan punggung tangannya akhirnya ia bangun dan membenarkan posisinya juga. Pundakku begitu pegal dibutnya.

“Hoamm~ ini dimana?” Tanyanya watados.

“Kwangmin-ssi aku duluan ne..” Aku segera bangkit dan berjalan keluar dari bisku karena tujuanku sudah sampai. Tapi ternyata Kwangmin mengikutiku lagi.

“Untuk apa kau mengikuti ku lagi?” Tanyaku ketus saat turun dari bis.

“Aku salah naik bis.” Jawabnya polos. Aigoo,,kenapa kelakuanya seperti bocah SD saja sampai-sampai dia salah naik bis.

“Ya! babboya~ kenapa kau ini begitu babbo. Sudah aku tak peduli. Aku mau pulang!” Aku begitu saja pergi meninggalkannya. Tapi Kwangmin malah mengikutiku lagi.

“Berhenti mengikutiku!” Teriakku saat membalikan tubuhku. Kwangmin sedikit tersentak.

“Tapi..tapi..aku harus bagaimana. Sepertinya itu bis terakhir. Lihat saja sudah sepi. Apa aku boleh menumpang di apartemenmu satu malam saja..” Rengeknya. Apa dia sudah gila mau menginap di apartemen yeoja.

“Tidak bisa..” Jawabku tegas.

“Baiklah kalau begitu aku bisa tidur di emperan toko saja..” Dia berbalik pergi meninggalkanku. Tapi setelah kupikir-pikir kasihan juga. Dia sudah dua kali membantuku. Jadi hitung-hitung balas budi saja.

“Baiklah kau boleh menginap di apartemenku..” Teriakku saat ia sudah mulai jauh, Kwangmin langsung menoleh padaku terlihat seuntai senyuman mengembang.

“Aaaaa….gomawo..” Dia berlari menghampiriku. Coba tebak apa yang dia lakukan. Dia malah memelukku.

“Ish kau ini kenapa? Jangan seperti ini!” Aku berhasil mendorong tubuhnya.

“Emm,,mianhae. Habisnya aku terlalu senang. Kekeke..” Kekehnya.

 

Akhirnya pagi datang juga. Aku langsung bringsut dari tempat tidurku. Aku ke ruang tamu untuk membangunkan Kwangmin. Rasanya sangat tidak nyaman satu malam saja ada orang asing di apartemenku.

“Kwangmin-ssi ireona..” Aku mengguncang-guncangkan tubuhnya agar cepat bangun. Ia tidur begitu pulas walaupun hanya disebuah sofa.

“Kwangmin-ssi irona..apa kau hari ini tidak pergi ke kampus. ireona..” Aku mengguncang-guncangkan tubuhnya lagi. Tapi seketika rasanya tanganku seperti kaku. Saat aku tak sengaja menatap wajahnya yang sedang tertidur. Dia begitu tampan. Argh~ sekarang apa lagi ini. Kenapa aku tiba-tiba ambruk dan tatapanku masih saja menatap wajahnya yang tampan ini. Tanpa sadar telunjukku berjalan menelusuri setiap inci wajahnya.

“Ya! Apa yang kau lakukan?” Kwangmin berhasil mengagetkanku. Dan menahan tanganku. Padahal telunjukku masih menempel diwajahnya.

“Tadi ada nyamuk diwajahmu..” Aku mencoba mencari alasan.

“Yang benar?” Dia malah menatapku dengan tatapan intens dan mendekatkan wajahnya padaku.

“Untuk apa aku berbohong..” Aku langsung melepaskan tangannya dan bangkit. Omoo~ rasanya wajahku memanas. Mungkin warnanya sudah berubah menjadi merah.

“Aku terlalu manis. Jadi nyamuk saja sampai menempel dipipiku..” Ucap Kwangmin dengan percaya dirinya. Tapi dia tidak salah. Memang dia begitu manis dan tampan. Ah apa yang kupikirkan. Rupanya otakku mulai eror.

“Cepatlah mandi. Kalau tidak kau akan kesiangan. Aku hari ini libur..” Kataku saat meninggalkan Kwangmin dan masuk ke kamar.

 

Oh Tuhan~ apa yang aku rasakan tadi saat menatapnya. Ah namja aneh itu. Kenapa aku deg-deg’an saat menatapnya. Padahal ia sedang tertidur. Ah tidak mungkin aku menyukai namja aneh itu.

 

“Ahra,,kenapa airnya tidak menyala..” Teriak Kwangmin.

“Ah masa..” Aku langsung menghampirinya.

“Ne lihatlah kemari..” Dia menarik tanganku masuk ke dalam kamar mandi. Aku mencoba mengotak atik kerannya tapi airnya langsung mengalir. Aigoo,,dia membohongiku.

“Hehe..” Kwangmin tersenyum evil padaku lalu mencipratkan air itu pada wajahku. Ah rupanya dia mengerjaiku. Aku tak mau kalah segera ku ambil gayung plastik itu dan mengguyurnya tanpa ampun.

“Hahaha aku menang Kwangmin-ssi. Sekarang kau lebih basah dariku. Wee..” Aku meledeknya dengan memeletkan lidahku.

“Ya! Ahra,,ku kira kau tak akan membalasku. Lihatlah bajuku basah. Apa kau tahu aku tak membawa baju..” Kwangmin memandangi tubuhnya_lebih tepatnya bajunya yang basah karena ulahku. Ah benar juga dia. Mana dia membawa baju. Dia saja menginap disini karena ketidak sengajaan. Bagaimana ini.

“Nan molla..” Aku langsung pergi meninggalkannya. Jujur aku bingung. Kasihan juga dia kalau harus memakai baju basah.

“Kwangmin-ssi kau jangan khawatir. Aku mau keluar sebentar..” Yah aku sudah menemukan sebuah ide. Belikan saja dia baju baru.

 

*********

 

“Aaaaa…” Teriakku ketika Kwangmin duduk di sofa dengan hanya mengenakan handuk saja.

“Ya! Kenapa berteriak seperti itu, eoh?” Tanya Kwangmin menghampiriku.

“Ani..ini pakailah..” Aku menyodorkan kantung plastik berisi baju itu padanya.

“Apa ini?”

“Pakailah..” Aku langsung pergi ke kamarku. Bisa gila aku lama-lama jika terus berhadapan dengannya.

“Gomawo ne..” Teriak Kwangmin. Aku hanya diam saja tak menjawab. Rasanya cukup memuakkan melihatnya terus berada disini. Kapan dia akan pulang.

“Kwangmin-ssi..aku mau jalan keluar dulu bentar ne. Kalau kau mau pulang. Pulang saja..” Aku membuka pintu tapi tangannya malah menahan pintu. Ia menatapku dengan senyuman manisnya. Ada apalagi orang ini.

“Boleh aku ikut?” Tanyanya dengan tamapng innocent yang ia buat-buat.

“Ani..” Ku lepaskan tangannya dari gagang pintu.

.

.

.

Sendiri terduduk di sebuah bangku taman. Merasakan setiap hembusan angin yang menyapu lembut wajahku. Sangat sejut dan menenangkan batinku yang beberapa hari ini kacau karena namja yang baru saja ku kenal. Namja aneh dengan senyuman yang sangat manis dan juga tampan. Yah aku tidak bisa mengelak kalau ia begitu tampan.

Aku memasang earphoneku. Setidaknya beberapa lagu akan memberikan relaksasi untukku. Sebagai penghibur dikesendirianku.Lagu ini yang aku putar. Entah kenapa aku sangat menyukai lagu ini. Aku memejamkan mataku untuk meresapi setiap alunan lagu ini. Liriknya yang begitu menyentuh serta alunan nadanya yang mampu menenggelamkan perasaanku hingga aku terbawa suasana.

 

TES~

Satu tetes air mata keluar begitu saja dari pelupuk mataku. Entah kenapa aku begitu menginginkan sosok namja untuk pendamping hidupku yang sepi ini. Aku ingin kehangatan dihidupku yang begitu dingin ini. Sesaat setelah satu tetes air mata itu keluar kenapa bayangan wajah Kwangmin meuncul begitu saja.

 

Aku mencoba menepis. Tapi saat aku kembali menghayati alunan lagu ini. Bayangan itu kembali muncul. Apa ini. Orang ini baru aku kenal. Tapi kenapa dia begitu saja mengisi ruang kosong dihatiku.

 

“Hiks,,hiks,,hiks..” Kenapa tangisku semakin menjadi-jadi. Aigoo,,kenapa tiba-tiba kepalaku juga menjadi sakit seperti ini. Seperti ada sesuatu yang menghantam keras otakku. Aku mencoba bangkit untuk pulang. Bumi serasa bergoyang. Entah kenapa ini tiba-tiba terjadi.

 

JEDUAKKKKK…

Ah sakit sekali. Ketika kepala ini berhasil menghantam pohon yang tengah berdiri kokoh. Darah segar pun keluar begitu saja dari kepalaku. Aigoo,,kepalaku bocor. Aku ambruk tanganku meraih keningku yang mulai mengeluarkan banyak darah segar. Sesaat sebelum aku benar-benar kehilangan kesadaranku terlihat sosok itu.

“Kwang..Kwangmin..” Lirihku dan semuanya menjadi gelap.

 

***********

 

Aku mengerjap-ngerjapkan mataku. Mencoba mengedarkan bola mataku. Putih seisi ruangan ini hanya itu yang aku lihat. Hingga aku tahu sekarang akau berada di rumah sakit. Aku memegang keningku yang kini berbalut dengan perban. Aku memalingkan pandanganku. Terlihat namja yang setia menemaniku sampai ia tertidur pulas disampingku.

 

“Chagiya..” Aku mencoba membangunkan namjachinguku_Kwangmin. Aku mengguncang-guncangkan tubuhnya agar ia bangun. Dan akhirnya ia bangun juga.

“Tadi kau bilang apa?” Tanyanya tak percaya.

“Chagi..memang salah kalau aku memanggil namjachinguku chagi, eoh?” Tanyaku.

“Chagiya..akhirnya kau mengingatku lagi..” Kwangmin memelukku erat. Satu demu satu tetes air mata keluar dari pelupuk matanya hingga membasahi piama rumah sakit. Aku pun tak bisa menahan tangisku hingga tumpah bersamanya.

 

~~~~~~~~~

“Aku senang sekali bisa bertemu dengan orang tuamu..” Kata Kwangmin pada Ahra.

“Aku juga senang sekali..” Ucap Ahra.

“Chagiya..kedua orang tua kita sudah merestui hubungan kita. Aku sangat senang sekali..” Kwangmin meraih tangan Ahra dan mengukir sebuah ciuman manis dipunggung tangann Ahra. Ahra hanya tersenyum dan sangat merasa tersanjut oleh perlakuan Kwangmin.

“Chagiya saranghae..” Ucap Ahra ketika Kwangmin melepaskan tangannya. Kwangmin kini menarik dagu Ahra dan mencium kilat bibir Ahra.

“Nado chagi..” Sahut Kwangmin kemudian setelah melepaskan tautannya.

“Kajja kita harus cepat-cepat kalau tidak pertunjukan teaternya akan keburu dimulai..” Kwangmin menggandeng tangan Ahra. Mereka berdua berjalan menuju halte bis.

“Chagi kau tunggu disini ne..” Kwangmin melepaskan gandengannya.

“Kau mau kemana?” Tanya Ahra bingung.

“Ada deh. Pokoknya kejutan. Aku tidak akan lama..” Kwangmin langsung meninggalkan Ahra dan menyebrang ke sebuah toko bunga.

“Ah jadi rupanya kejutan itu yang akan dia berikan padaku..” Batin Ahra ketika melihat Kwangmin membawa satu bucket mawar putih kesukaan Ahra.

“Chagi..” Teriak Kwangmin dari sebrang. Ahra hanya tersenyum melihat tingkahnya yang melambai-lambaikan bucket mawar putih.

“Tunggu aku..” Masih dengan senyuman Kwangmin melangkahkan kakinya untuk menyebrang jalanan yang tengah sepi pada saat itu.

“Ceroboh sekali dia menyebrang tanpa menoleh. Untung jalanan tengah se..”

 

TIN…TIN…

Ucapan Ahra terhenti ketika sebuah klakson mobil beberapa kali berbunyi. Ia melihat Kwangmin yang terus saja tersenyum memandangnya.

“Awas…” Teriak Ahra, Kwangmin hanya melongo.

 

Darah kini sudah bersimpah ditubuh mungil Ahra. Kwangmin bangkit dan menghamiri Ahra. Yah~ Ahra mendorong Kwangmin tanpa menyelamatkan dirinya sendiri.

“Ahra-ya..sadarlah chagi. Kau harus bertahan aku akan membawamu ke rumah sakit..”

.

.

.

Ahra sudah mulai membuka matanya. Senyum kebahagian langsung terukir diwajah Kwangmin.

“Syukurlah kau sudah sadar..” Kwangmin menggenggam erat tangan Ahra.

“Ahra eomma dan appa sangat mengkhawatirkanmu nak. Untung saja kau sudah melewati masa kritismu..” Kata eomma Ahra.

“Kalian siapa?” Tanya Ahra hingga Kwangmin melonggarkan genggamannya.

“Kami orang tuamu..” Ucap appa Ahra.

 

~ ~

 

Kwangmin terdiam di balkon rumahnya. Tetesan air mata itu keluar begitu saja dari pelupuk matanya. Penyesalan kini tengah bersarang di benaknya. “Kenapa bukan aku saja yang celaka. Kenapa harus kau Ahra. Sekarang kau tak mengingatku lagi. Kata dokter kemungkinanannya kecil ingatanmu untuk kembali pulih..”

“Aaaaaaaaaaa. Kenapa harus seperti ini..” Teriak Kwangmin sembari mengacak-acak seisi kamarnya.

 

Dua minggu sudah Ahra melakukan perawatan di rumah sakit dan hari ini ia sudah di bolehkan pulang oleh dokter. Tak ada sosok Kwangmin disanan walaupun hanya sekedar untuk menjemput Ahra. Sejak kejadian itu Kwangmin mengalami gangguan pada jiwanya hingga ia harus melakukan pemulihan di rumah sakit.

 

*******

 

“Mianhae aku terlalu lama melupakanmu chagi. Hiks, hiks, hiks..” Tangisku pecah didalam pelukan Kwangmin. Kwangmin mengusap lembut rambutku.

“Aku sangat senang chagi akhirnya kau kembali mengingatku. Aku selalu bersabar menunggu ingatanmu kembali. Hingga suatu hari saat aku keluar dari rumah sakit setelah melakukan pemulihan aku mencoba menemui dengan cara tak sengaja menabrakmu didepan sebuah toko. Apa kau masih ingat?”

“Tentu saja aku ingat. Mianhae waktu itu aku belum bisa mengingatmu. Malah aku sering bersikap kasar padamu..”

“Gwaenchana chagi. Aku justru sangat senang karena bisa kembali dekat denganmu..” Kwangmin terus mengusap lembut rambutku. Pelukan yang sudah sangat lama tak kudapatkan darinya. Begitu hangat. Aku sangat merindukan ini.

“Bogoshippoeyo,,chagiya..” Aku semakin mengeratkan pelukanku. Aku begitu merindukannya.

“Nado..” Kwangmin melonggarkan pelukannya dan mengecup keningku penuh kehangatan. Begitu dalam kecupannya.

 

# # # # #

 

Aku membenarkan posisiku lagi untuk mensejajarkanku dengan Kwangmin yang sedang duduk di ranjangku. Aku menatapnya lekat. Ia begitu tampan.

“Chagiya..kau mau pulang jam berapa, eoh?” Tanyaku. Ia masih asik dengan buku tebalnya.

“Molla..” Tembalnya tanpa memerhatikanku. Ah menyebalkan.

“Apa kau mau menginap?”

“Ne, bolehkan?”

“Ani..kau ini hanya tunanganku saja. Kita belum menikah jadi jangan harap kau boleh menginap disini!” Kataku dengan penuh penekanan.

“Pelit..weee..” Dia akhirnya menoleh ke arahku dan memeletkan lidahnya.

“Biarin..” Aku mempoutkan bibirku.

“Emm,,kau sangat lucu seperti itu..”

“Ah appo..” Ringisku saat Kwangmin mencubit hidungku.

“Selama kau hilang ingatan hidupku begitu sepi tanpamu chagi. Aku sangat merindukanmu..” Kwangmin melepskan tangannya dari hidungku dan malah memelukku.

“Aku juga chagi..” Aku mengusap membalas pelukannya.

 

-Ahra POV end-

 

~

 

-Kwangmin POV-

 

Ku peluk tubuh mungil ini. Aku bisa merasakan kehangatan darinya karena ia membalas pelukanku. Pelukan yang sangat aku rindukan. Satu tahun aku terpisah darinya hingga kini aku bisa bersamanya lagi. Aku sangat senang sekali. Aku sangat bersyukur ingatannya bisa pulih walaupun memakan waktu cukup lama. Tapi jujur itu tak masalah. Yang terpenting aku bisa bersamanya lagi.

 

Semua yang telah terjadi padaku dengan Ahra itu semua adalah takdir kami. Tapi kejadian saat phone cell kami tertukar itu bukan takdir melainkan itu rencanaku. Yang meminta orang tua Ahra agar Ahra tak mengetahuiku itu juga adalah aku. Aku tak ingin Ahra begitu keras mencoba mengingatku karena itu pasti akan menyakiti kepalanya. Aku ingin ia mengingatku dengan kemauannya bukan karena paksaan. Saat hujan bersamanya pun itu rencanaku. Semua yang kulalui bersamanya mulai dari phone cell kami tertukar itu adalah akal-akalanku agar bisa kembali dekat dengannya.

 

Hubungan yang sedikit rumit. Penuh dengan lika-liku. Dan dibumbui dengan bumbu yang begitu lengkap hingga menciptakan cita rasa yang begitu lezat. Kekekeke~ hubunganku dengannya sesuatu bagiku.

 

Kucium pucuk rambut Ahra. Tercium aroma samponya. Aku sangat merindukannya.

“Chagiya..rupanya kau tak pernah mengganti merek shampomu. Keke” Kekehku.

“Ah appo..” Dia malah mencubitku.

“Kau ini namja aneh. Sampai wangi shampoku saja kau ingat..” Katanya yang masih memelukku.

“Tentu saja aku ingat. Karena aku akan selalu mengingat tentangmu chagi. Kau itu bagian dari hidupku.”

“Ah kau gombal chagi..” Ahra melepaskan pelukannya dan menatapku intens.

“Ani..aku berkata yang sejujurnya..” Tembalku.

“Chagiya..aku sangat merindukanmu. Selama ini aku ingin memelukmu tapi aku tak mampu. Aku selalu merindukan senyumanmu. Tapi aku hanya bisa melihat senyumanmu dari jauh. Sungguh menyakitkan. Tapi sekarang semua itu telah berakhir karena kau kini kembali padaku. Saranghae Ahra..” Sambungku lagi.

“Walaupun aku kemarin sempat hilang ingatan tapi ingatan tentangmu tak pernah sepenuhnya hilang chagi. Malah kau selalu tersimpan rapi dihatiku entah kenapa aku selalu merindukanmu. Walaupun saat itu aku tak tau aku merindukan siapa. Tapi sekarang aku tahu kalau itu kerinduanku padamu. Nado saranghae Kwangmin-ssi..”

“Jangan memanggil nama. Aku lebih suka kau memanggilku oppa..” Aku menggenggam tangan  Ahra. Ahra hanya tersenyum mendengar perkataanku. Hingga akhirnya ia berbicara juga.

“Saranghae oppa..” Uapnya sedikit berteriak. Aku langsung menarik dagunya.

 

-Kwangmin POV end-

 

~

 

-Author POV-

 

“Jangan memanggil nama. Aku lebih suka kau oppa..” Kata Kwangmin seraya menggenggam erat tangan Ahra.

“Saranghae oppa..” Ucap Ahra dengan sedikit berteriak. Tanpa pikir panjang Kwangmin langsung menarik dagu Ahra dan memiringkan wajahnya kedekat wajah Ahra.

~CHU~ bibir mereka kali ini bertemu satu sama lain. Kwangmin mencium Ahra penuh kehangatan hingga Ahra pun membalasnya.

 

“Kau jangan pernah meninggalkanku lagi ne chagi..” Kata Kwangmin seraya menjauhkan wajahnya dari Ahra.

“Tentu saja chagi. Aku akan selalu bersamamu. Sampai kapanpun karena aku sangat mencintaimu..” Ucap Ahra. 

“Ah bagaimana ini aku bisa pulang. Hujannya deras sekali..” Kata Kwangmin ketika ia baru menyadari hujan yang begitu deras.

“Kau harus pulang. Tunggu saja hujannya reda..”

“Ah kau masa tega membiarkanku pulang ditengah hujan yang deras seperti ini..” Kwangmin sedikit cemberut dan membuang muka.

“Aku tak perduli. Wee..” Ahra malah meledek Kwangmin dan merebahkan tubuhnya mnutupi tubuhnya dengan selimut.

“Aish,,napeun yeoja..” Gerutu Kwangmin.

 

 

—–THE END—–

 

Gomawo ne yang udah nyempetin waktu buat baca FF ini.

Komentar, kritik dan sarannya yah untuk memperbaiki pembuatan FF selanjutnya ^^

6 thoughts on “FF – Someday [One Shoot]

Tinggalkan Balasan ke ake Batalkan balasan